Marcel mengendarai motornya dengan mengebut. Ia benar-benar kesal terhadap dirinya sendiri karena terlambat menghampiri Ara. Seharusnya, ia yang ada disana bukan Andre. Bodoh sekali!
Motornya berhenti, di tempat yang seharusnya tidak dituju olehnya. Entah angin apa, ia bisa berakhir ke tempat ini, padahal tidak di rencanakan sama sekali. Mulai menghela nafasnya sebentar, sampai akhirnya ia turun dan berjalan menuju gerbang yang kebetulan tidak dikunci. Ia memencet bel, agar dibukakan pintu tersebut.
"Iya, sebentar." Terdengar suara teriakan dari dalam.
Marcel terdiam membelakangi pintu. Ia tak memencet bel kembali, lantaran sudah mendengar sahutan seseorang dari dalam rumah.
Ceklek
Pintu utama dibuka dengan pelan. "Maaf, cari siapa, Mas?"
Marcel membalikkan tubuhnta menghadap pintu. Ia tersenyum tipis pada orang yang ada dihadapannya saat ini.
"Den, Marcel," kager orang itu seraya menatap Marcel dengan lekat.
"Bi, apa kabar?"
"Alhamdulillah, baik. Aden apa kabar?"
"Alhamdulillah baik, Bi."
"Mama ada?"
"Ada, mari masuk!" Orang itu mempersilahkan Marcel masuk ke dalam rumah. Menitahnya untuk duduk di sofa ruang tamu. Dan orang itu pun segera memanggil majikannya, yang disebut mama oleh Marcel.
●●●
Wanita paruh baya yang masih terlihat muda, menghampiri Marcel yang sedang duduk di sofa. Melihat punggungnya saja membuat ia tersenyum senang.
"Marcel," ujarnya dengan nada lirih.
Marcel menoleh ke arah suara tersebut. Suara yang selama ini ia rindukan. Sudah lama sekali sejak kejadian itu, ia tak mengunjungi rumah ini juga mamanya.
Marcel tersenyum hangat melihat kedatangan mamanya. Mata mereka saling memandang. Di sana tersirat akan kerinduan yang sangat mendalam.
Tanpa kata lagi, Marcel menghampiri wanita itu dan memeluknya erat, yang dibalas juga oleh wanita tersebut.
"Aku kangen, Ma," ucap Marcel seraya menitikan air mata.
"Mama juga kangen, Cel. Udah lama banget kita gak ketemu. Tiap kali mama mengunjungi rumah ayahmu, kamu selalu menjauh."
"Maaf, karena udah buat mama menjauh dari Marcel."
Setelah lama mereka berpelukan, Marcel mulai melepasnya. Ia menatap mamanya penuh haru dan juga rindu.
"Kamu duduk dulu, Cel! Mama mau buatin minum sama cemilan dulu." Lalu, wanita itu pun pergi meninggalkan Marcel seorang diri.
Tak lama kemudian, wanita itu kembali lagi dengan nampan berisi cemilan juga minuman, yang ada di kedua tangannya.
"Di makan, Cel!"
"Iya, Ma."
"Kamu tambah tinggi sekarang. Gak nyangka, kamu udah sebesar ini. Perasaan, kemarin kamu masih kecil, deh."
"Aku gak selamannya kecil, Ma."
Dan mereka pun melanjutkan obrolan, dengan Marcel yang mendominasi dengan banyak cerita pada mamanya itu. Banyak hal terlewatkan oleh wanita itu bersama Marcel. Cerita itu terus berlangsung, hingga terdengar suara deru motor dari luar. Kemudian, terdengar derap langkah kaki memasuki rumah, dengan salam yang tak lupa keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Fiksi RemajaAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...