Kento dan Andre, kini sudah stay di bangku mereka yang saat ini sedang menikmati makanannya. Saat sedang asik makan, mereka berdua di kejutkan dengan kedatangan seorang siswi yang tengah membawa nampan makannya.
"Hai, Ndre," sapa siswi itu.
Yang di panggil, hanya mendongakkan wajahnya sebentar, setelah itu menikmati makananya kembali. Kento yang melihat kelakuan sahabatnya, hanya menghela nafas sebentar.
"Sorry, lo teman sekelasnya Andre, kan?" tanya Kento pada siswi tersebut.
"Ah iya, gue Tantri." Siswi itu menjawab seraya tersenyum. Tak lama kemudian, dia pun izin pada Kento dan Andre agar bisa duduk di meja yang sama. "Em, by the way, gue boleh duduk di sini?"
"Bo ...."
"Gak," jawab Andre cepat, memotong perkataan Kento.
Kento menoleh ke arah sahabatnya itu, kok bisa ada manusia sekejam Andre, si? Apalagi ini dengan perempuan.
"Ndre, kok lo tega banget. Cewek loh dia tuh, biarin aja dia duduk di sini, toh gak ganggu juga." Kento berujar pada Andre.
"Ken, lo ...."
"Boleh-boleh, silahkan lo duduk! Pegel nanti kalo diri terus. Kasian juga tuh makanan di tangan lo, dari tadi di anggurin. Kalo keburu dingin juga, kan, gak enak." Kento mempersilahkan Tantri dan juga dengan cepat memotong pembicaraan Andre. Karena dia tak mungkin mengusir perempuan yang hanya ingin makan di tempatnya.
Andre melihat Kento dan menatapnya tajam. Sedangkan Kento, hanya tak acuh saat Andre menatapnya seperti itu.
"Udah biarin dia makan di sini, Ndre," ujar Kento dengan berbisik.
Lagi-lagi Andre mengalah, sebenarnya dia muak dengan Tantri, karena cewek itu suka dengannya. Dia juga selalu memperhatikannya jika berhadapan seperti ini.
●●●
Ara dan Nadine mengedarkan ke seluaruh area kantin, lalu mereka menemukan bangku kosong di tengah. Nadine duduk terlebih dahulu, sedangkan Ara tengah memesan makanan.
Ketika Ara sampai di bangku yang Nadine tempati, pandangannya tepat ke arah Andre, suhu tubuhnya tiba-tiba menjadi panas. Ara memicingkan matanya, ia juga seperti mengenali perempuan yang duduk di sana bersama Andre dan Kento.
Nadine mendongakkan wajahnya saat ia ingin minum, dan melihat tingkah Ara yang aneh. Lalu dirinya mulai mengikuti arah pandang Ara. Barulah ia mengerti kenapa sahabatnya seperti itu.
"Ehem." Nadine berdehem sedikit keras, agar membuyarkan lamunan Ara.
"Kenapa?" tanya Ara pada Nadine.
"Ada yang spesial, ya, dari meja sana. Sampe makanan lo, dianggurin gitu?"
"Apaan deh, lo kira martabak apa pake spesial segala." Ara berkilah pada Nadine, lalu ia mulai menyuapkan makanannya.
"Gak usah berkilah deh, Ra. Gue tau, lo cemburu, kan, sama Kak Andre?"
"Hah? e-- enggak, s-- siapa yang cemburu," jawab Ara dengan nada yang kentara gugup.
"Udah ketebak kali, Ra. Dengan jawaban lo yang gugup gitu, tandanya lo emang lagi cemburu sekarang."
Ara bungkam atas pernyataan Nadine. Karena pada kenyataannya, memang seperti itu. Melihat Andre satu meja dengan perempuan lain, membuat dirinya mendadak panas seketika.
"Kalo suka bilang aja kali, gak usah gengsi untuk mengakui."
"Udah lah, Din. Lagian kalo emang gue suka sama dia, dia bakalan suka juga sama gue? Kayanya itu mimpi, deh."
"Kalah sebelum berperang, Ra? Gak asik lo."
Lagi-lagi Ara hanya bungkam dan memilih untuk meneruskan makannya. Ya, mau bagaimana lagi, ia memang tidak yakin kalau bisa memiliki Andre. Memikirkannya saja membuat dirinya seketika pusing, dan itu merupakan sebuah kehaluan semata baginya.
________
Terima kasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Teen FictionAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...