Sebelum bel masuk berbunyi, seorang Nadine sudah gerasak-gerusuk tak karuan seraya membuka buku catatannya. Pandangannya menghadap ke arah Ara, di mana saat ini tengah menyimpan tasnya di bangku.
"Ra, gue nyontek PR biologi dong, gue lupa ngerjain, ni."
"Pasti abis nonton drakor, kan, lo?"
"Tau aja lo, Ra. Ya, habis gimana dong, udah candu banget gue. Padahal gue udah keluarin tuh buku di meja belajar, eh tapi ujung-ujungnya gue buka laptop buat nonton drakor."
"Ya udah nih, salin sana! Gue mau ke toilet dulu, ya."
"Sendiri?"
"Iya lah, masa rame-rame." Ara pun pergi keluar menuju toilet seorang diri.
Berjalan dengan langkah cepat, karena kandung kemihnya sudah tak tahan untuk minta di keluarkan.
Ketika sampai di toilet, Ara langsung memasuki bilik toilet yang kosong dibagian tengah. Beberapa menit kemudian, Ara mencuci tangan di wastafel dan membenarkan kunciran rambutnya yang agak berantakan.
"Oke, beres," ucapnya setelah menyelesaikan kegiatan yang ia lakukan.
Saat ingin membuka pintu, tiba-tiba saja pintu itu tak bisa terbuka. Sepertinya ia terkunci, atau memang ada yang sengaja menguncinya dari luar?
"Aduh, ke kunci lagi, mana gue cuma sendiri di sini. Dua menit lagi bel masuk, gimana dong? ...
"Ah, iya. Kenapa gak ngechat Nadine aja. Dodol banget si lo, Ra!" Ara merogoh saku rok abunya, ia berniat mengambil ponsel miliknya. Tapi yang ada, hanya gumpalan kertas yang isinya coretan di kala ia sedang bad mood.
"Ish, HP gue ketinggalan di tas, gue lupa. Nah, terus gue gimana?" Ara merasa putus asa sekarang, karena jika mendobrak pintu pun percuma. Tenaganya tidak seperti laki-laki, dia terlalu lemah untuk mendobrak pintu toilet ini.
Duk duk duk
"Woy, bukain tolong! Siapapun yang ada di luar tolongin gue! Ini gue ke kunci di dalem." Ara berteriak seraya mengetuk pintu itu dengan cukup keras.
Sementara Nadine yang berada di dalam kelas, kini sedang kebingungan. Lantaran sahabatnya belum juga kembali dari toilet.
"Aduh, tuh anak kemana, si? Ini udah bel masuk, masa ke toilet belum balik-balik juga?"
"Masa, si, dia bolos? Atau mungkin, terjadi sesuatu sama Ara?" Nadine dengan segala pemikirannya.
Ketika Nadine mencoba ingin keluar, tiba-tiba saja Pak Haris--- guru biologi--- datang ke kelasnya. Nadine pun mengurungkan niatnya untuk menyusul Ara. Ia akan tetap menunggu di kelas saja, siapa tahu setelah ini Ara akan kembali lagi.
●●●
"Psstt, Ndre, mau ke mana?" ujar Reno teman sebangkunya.
"Toilet," jawab Andre singkat.
"Oh, oke. Gue kira lo mau ke kantin. Tadinya mau nitip makanan."
Andre hanya menggelengkan kepalanya. Teman sebangkunya itu selalu konyol, bisa-bisanya di saat jam pelajaran dia mau makan. Kemudian Andre izin pada guru pengajar yang ada di depan.
Setelah diberi izin oleh guru tersebut, Andre pun melangkah menuju toilet. Ia menyusuri koridor yang cukup sepi, lantaran semua murid masih melakukan kegiatan belajar mengajar.
Ketika sampai di toilet pria, ia mendengar suara perempuan minta tolong dari arah toilet perempuan. Tepatnya berada di samping toilet laki-laki.
"Tolong siapapun yang ada di luar, gue ke kunci di dalem."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Teen FictionAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...