27. Mulai Mendengarkan

552 38 0
                                    

Akhir pekan ini, Andre masih saja bergelung di dalam selimut. Semalam, ia tidak dapat tidur dengan cepat. Ia memikirkan saran dari Ara, juga sekaligus memikirkan orangnya. Hal itu, mampu membuatnya menjadi senyum-senyum sendiri. Dan ia baru bisa tertidur pulas, ketika pukul 02:00 dini hari.

Tok tok tok

"Ndre, bangun, yuk! Kita sarapan bareng. Ayah udah nunggu di bawah," ujar Mira dibalik pintu kamar Andre.

Tak ada sahutan dari dalam, karena Andre masih saja memejamkan matanya. Mira mencoba sekali lagi mengetuk, tapi tak ada hasil. Sampai akhirnya, ia membuka knop pintu kamar Andre yang memang tidak terkunci.

Mira masuk ke dalam dengan pelan. Di sana, ia melihat Andre yang masih tertidur pulas dibalik selimutnya. Ia mulai membuka jendela kamar, agar cahaya matahari masuk ke dalam. Langkah kakinya menghampiri Andre dan juga berniat untuk membangunkannya.

Mira manatap wajah Andre dengan lekat. Dia benar-benar tampan. Perpaduan yang pas antara Fajar dan Kiana. Ia tersenyum, karena saat ini bisa melihat Andre dari dekat. Biasanya, selalu ada jarak di antara mereka. Terakhir kali bersitatap dalam jarak dekat seperti ini, ketika Andre masih di bangku kelas tujuh menengah pertama.

Mira mulai menepuk pelan pipi Andre, agar terbangun dari tidur pulasnya. "Ndre, bangun! Ayah udah nunggu di bawah."

Andre mengerang karena ada yang menepuk pipinya.

"Buka matanya, Ndre! Kasiah Ayah nungguin," ujar Mira sekali lagi, agar Andre bangun.

"Iya, Andre bangun," jawab Andre purau, seraya bangun dengan posisi duduk di ranjang. Ia mencoba memasuki cahaya melalui netranya. Hingga mata itu terbuka dengan lebar. Andre menoleh ke arah samping kanan. Di sana, ia mendapati Mira yang sudah berdiri dengan senyuman yang terpatri di bibirnya.

"Tante, tunggu di bawah aja, aku mau mandi," ujar Andre seraya beranjak dari ranjang, menuju kamar mandi.

Mira yang melihat tingkah Andre seperti itu lantas tersenyum. Suatu peningkatan dan ada rasa kebahagiaan untuknya. Karena Andre, sudah mau melihat dan memanggilnya, meski hanya dengan sebutan tante. Ia membereskan tempat tidur Andre yang berantakan. Seusai itu, ia keluar menuju meja makan.

●●●

Mira menyiapkan semua makanan di meja. Di sana, sudah ada Fajar yang kini tengah memerhatikan Mira yang sejak tadi tersenyum. Dirinya heran, mengapa Mira terlihat bahagia sekali? Lantas, ada apa dengannya?

"Sayang, kamu gak apa-apa, kan?" ujar Fajar pada Mira dengan dahi yang mengerut.

Mira melihat ke arah Fajar, dan senyuman itu justru semakin melebar. "Aku baik-baik aja, bahkan sangat baik."

"Kamu aneh."

"Aku sekarang lagi bahagia, kamu jangan merusak suasana," jawab Mira seraya terkekeh.

Fajar pun menganggukkan kepalanya saja. Tak lama kemudian, Fajar dikejutkan dengan suara decitan kursi di sebelahnya, yang berhadapan langsung dengan Mira.

Mira makin tersenyum merekah melihat Andre yang sudah duduk manis dihadapannya. Sementara Fajar, menatap Andre dengan penuh dengan tanda tanya. Bagaimana bisa, putra semata wayangnya mau makan bersama satu meja dengannya juga Mira?

Andre merasa heran dengan dua orang di hadapannya. Pertama ayah, yang menatapnya dengan raut wajah penuh tanya. Sementara tante Mira, yang kini terus tersenyum padanya. "Bisa kita mulai sarapannya?"

"Oh iya, bisa. Kamu mau apa? Mama yang siapin, ya," ucap Mira dengan antusias. Ia mulai menyendokan nasi serta menawarkan lauk apa saja yang ingin dimakan oleh Andre. Sang empu tak menolak diperlakukan seperti itu. Dia justru menerima saja.

ANDREAS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang