Andre baru saja memarkirkan motornya di tempat biasa. Lalu dirinya melangkah berjalan menuju kelasnya. Seperti biasa, setiap kali Andre berjalan, atmosfer di sekitarnya pun ikut merasakan hal yang berbeda. Banyak dari mereka yang menunduk, atau ada juga yang melihatnya secara diam-diam.
Ketika sampai di koridor, lagi-lagi ada yang menabraknya dari belakang. Sorot mata itu kini berubah semakin tajam.
"Anjir, gila! Bener-bener tuh orang, ngejar gue sampe sekolahan. Akhirnya aman gue udah di sini, dia gak bakalan bisa masuk ke dalam." Siswi itu mendumal kesal. Ia tidak menyadari, kalau sekarang dirinya menjadi pusat perhatian murid-murid yang lewat, juga mendapat tatapan tajam dari sang empu yang ditabraknya.
"Allahuakbar!" ujar siswi itu dengan terkejut, ketika dirinya memutar tubuhnya menghadap Andreas.
"Sejak kapan papan teriplek ada di sini?" gumamnya pelan, namun masih terdengar oleh Andre.
"Lima menit yang lalu."
"Ha?"
"Mata lo gak pernah lo gunain untuk liat jalan? Ceroboh, tolol, bego!" Andre lagi dan lagi berkata kasar pada orang yang ada dihadapannya.
"Bisa gak, si, bicaranya yang sopan sedikit? Jujur sakit juga hati gue gara-gara lo katain terus. Punya mulut kok pedes banget, heran."
"Murid tolol dan ceroboh kaya lo, pantes buat gue perlakukan kaya gitu." Seusai mengucapkan itu, Andre berlalu begitu saja tanpa menghiraukan banyak tatapan yang mengarah padanya.
"Dasar papan teriplek! Gue ngomong baik-baik, tapi elonya ngeselin pake banget. Benci gue sama lo!" teriak siswi itu tanpa tahu malu. Entah lah, memikirkan Andre yang selalu berkata kasar, membuatnya juga ingin mengumpat berkali-kali. Seusai dengan serentetan kalimat umpatan itu, dirinya berlalu pergi menuju kelas, meninggalkan tatapan aneh dari murid-murid lain di sekitarnya.
Orang yang menabrak itu ialah Kiara atau biasa disapa Arga. Si gadis ceroboh dengan keberaniannya menghadapi pentolan sekolah.
Murid-murid yang menyaksikan, sebagian salut terhadap keberianan Ara. Lantaran begitu berani pada seorang Andre, si cowok famous namun bermulut kasar.
●●●
"Kesel, kesel, kesel! Pokoknya gue kesel banget sama yang namanya Andreas Kenaan." Ara berujar seraya mendaratkan bokongnya di kursi.
"Weh, ada masalah apaan, ni? Sampe berurusan sama pentolan sekolah," ujar Nadine teman sebangku, sekaligus teman ekskul dance Ara.
"Gara-gara gue gak sengaja nabrak dia dua kali, Din. Terus setiap kali gue minta maaf, pasti mulut pedesnya itu yang keluar. Ya, gue mana tahan lah kaya gitu, akhirnya gue berontak dong. Terus gue udah ngomong baik-baik supaya dia gak kasar lagi, eh dia malah ngatain gue. Abis itu, dengan santainya dia langsung ninggalin gue gitu aja. Nyebelin, kan?" Ara mengadu dengan nada yang kesal pada Nadine.
"Ya, lo kaya gak tau dia aja sih, kakak kelas si mulut cabe. Dia juga mana mau ngalah sama cewek macem lo. Lagian ngapain si, lo lari-lari sampe koridor? Masih pagi juga," jawab Nadine dengan nada santai.
"Biasa, gue di tagih sama debt collector. Gue, kan, lagi gak pegang uang sekarang. Ya udah, gue kabur aja."
"Ya ampun, Ra. Kenapa lo gak bilang sama gue. Kan, lo bisa chat gue, terus nunggu di depan gerbang buat bayar hutang lo."
"Udah berapa banyak lo bayarin hutang-hutang gue, Din. Gue gak mau ngerepotin lo lagi."
"Please, deh, Ra. Gue ini sahabat lo bukan orang asing. Kalo sahabatnya perlu bantuan dan selama gue bisa bantu, ya gue bantu, Ra. Gue gak merasa direpotkan, serius. Emang hutang lo udah berapa?"
"Tujuh ratus ribu, Din, udah banyak." Ara mengerucutkan bibirnya dengan kepala yang ia sembunyikan dilipatan tangannya.
"Udah, deh, jangan murung gitu. Lo pake uang gue! Untuk ini gue gak minta ganti, gue ikhlas. Kasian sobat gue dikejar-kejar mulu nanti," ujar Nadine diakhiri dengan kekehan.
"Din, tujuh ratus ribu, loh? Itu gak sedikit."
"Kenapa si, Ra? Ya, gak apa-apa, lah. Ini uang tabungan gue, kok, tenang aja. Dan gue juga masih ada uang simpenan."
"Tapi, Din ...."
"Ra, udah. Ini lo ambil aja, gue ikhlas serius."
"Makasih banyak, ya, Din. Lo emang sahabat gue paling baik. Gak ngerti lagi gue sama lo, baiknya kebangetan. Harus pake apa gue ngebales kebaikan lo, Din?"
Nadine tersenyum seraya melebarkan tangannya. Ara yang mengerti pun segera menghambur ke tubuh Nadine. Mereka kini saling berpelukan.
"Cukup jadi sahabat baik gue, Ra. Sampai kapan pun. Itu aja balesan buat gue, gak keberatan, kan?"
Ara terkekeh dipelukan itu. Nadine itu definisi keluarga bagi Ara. Untuk itu, mana bisa dirinya menjauh begitu saja dari Nadine. Selamanya ia akan ingat kebaikan sahabatnya ini. Dan semoga saja, ia bisa balas membantu jikalau Nadine membutuhkan sesuatu.
Tapi tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Semua murid-murid yang tadinya berada di luar, kini segera memasuki kelas juga duduk di bangkunya masing-masing dengan rapi.
●●●
"Ndre, kantin, yuk!" ajak Kento pada Andre. Yang memang sudah berada di kelas Andre sejak tadi.
"Iya," jawab Andre dengan singkat
Mereka pun melangkahkan kakinya bersamaan menuju kantin. Memang ya, pesona orang-orang tampan tuh membuat siswi SMA Garuda menatap begitu lekat ke arah Andre dan Kento.
"Ndre, mau pesen apa?"
"Samain aja."
"Oke. Tunggu, ya." Dan Kento pun mulai melangkah menuju stand makanan serta minuman, yang ada di kantin tersebut.
Ketika Andre sedang menunggu pesanan, matanya tak sengaja menuju ke arah siswi yang telah menabraknya dua kali, dan dengan beraninya siswi itu mengucapkan kata benci padanya.
Lamunan Andre seketika buyar, kala Kento telah kembali membawa makanan yang mereka pesan. Kemudian mereka pun menyantap makanan itu dengan hening.
Jika tadi di meja Andre dan Kento, kini beralih pada Ara dan Nadine.
"Ra, mau pesen apa?" ujar Nadine pada Ara.
"Em, beli es teh manis aja sama nasi goreng." Nadine pun mengangguki ucapan Ara.
Beberapa menit kemudian, Nadine kembali dengan pesanan makanan serta minuman yang mereka pesan
"Ni, pesenannya."
Ara tersenyum seraya memindahkan makanannya yang ada di atas nampan itu, ke atas meja tepat dihadapannya. "Makasih ya, Din."
"Sama-sama, Ara."
Seusai itu, mereka segera melahap makanan tersebut tanpa ada obrolan di dalamnya. Penuh hening dan cukup khidmat untuk menikmatinya.
________
See you in the next part ...
Thank you ❤
23:54
200202
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Teen FictionAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...