Andre tengah berjalan keluar kelas, karena waktu pulang sudah terlewat sejak lima menit yang lalu. Ketika berjalan di koridor, tiba-tiba ada seorang siswi yang menabraknya dari arah berlawanan. Matanya menyiratkan akan emosi.
"Auh, sakit banget bokong gue. Tapi perasaan gue nabrak manusia, deh. Tapi kenapa kaya tembok gitu, sampe gue terpental jatuh?" ucap orang itu tanpa sadar, jika orang yang ditabraknya masih setia berdiri di sana.
Ketika siswi itu mulai mengangkat bokongnya untuk berdiri, dirinya langsung dihadapkan dengan kakak kelas yang super jutek. Ia merasa merinding akan tatapan tajamnya itu.
"Maaf, Kak, tadi lagi buru-buru. Soalnya ada ekskul dance, takut telat juga. Jadi lari, deh." Siswi itu mengucapkan seraya terkekeh akan tingkah lakunya.
"Mata lo buta? kaki lo lumpuh? Jalan tuh yang bener, tolol!" ucap Andre dengan sorot mata yang tajam.
"Eh, anjir!" siswi itu mengumpat dalam hati.
"Gue tau jadwal ekskul dance akan dimulai sepuluh menit dari sekarang. Jadi gunain otak lo, jangan bego!" Setelah berbicara seperti itu, Andre langsung pergi menuju parkiran untuk pulang ke rumah.
"Wah, gila ya tuh orang gue di bilang tolol terus bego pula. Dasar papan triplek, gak pernah apa sekali gitu berkata lembut, pedes banget. Nyokapnya ngidam cabe kali ya waktu ngelahirin dia?" sungut siswi itu kesal. Kemudian ia pergi ke ruangan ekskul dance, dengan kaki yang agak dihentakan ke lantai.
●●●
Kiara Syaihrani. Cewek mungil, ceria, kadang ceroboh, mempunyai bentuk mata bulat kecil dan pipi yang agak tembam. Ia yang tadi tak sengaja menabrak sang pentolan sekolah, yakni Andreas.
Karena terlalu kesal akibat ucapan Andreas, ia sampai tak melihat jalan. Di depannya itu, ada tempat sampah yang menjulang tinggi
Brukk
"Heh, tong sampah ... ngapain si ada di depan gue? Udah tau gue mau lewat. Dasar sampah, lo!" Kiara menendang tempat sampah itu hingga terjatuh. Untung saja sampah yang ada di dalam hanya sedikit, jadi tak sampai berserakan keluar.
"Ish, apes banget gue hari ini. Tadi ketemu cowok yang punya mulut pedes banget, terus barusan gue nabrak tong sampah. Nanti apaan lagi coba? Erghh!" Kiara mendumal sepanjang jalan menuju ruang dance. Hingga dirinya membuka pintu ruangan itu dengan keras.
Brakk
"Anjir!"
"Bangsat!"
Orang-orang yang ada di dalam ruangan dance cukup terkejut akan kedatangan Kiara. Dan yang membuat mereka kasal, dia membuka pintu dengan cara tak santai. Maka dari itu teman-temannya langsung mengumpat begitu saja.
"Heh, Ra. Lo kalau mau masuk salam dulu gitu kek. Ini main nyelonong aja, udah gitu lo banting lagi tuh pintu," ujar Vanya teman satu ekskulnya.
"Bodo amat! Pokoknya hari ini gue lagi kesel pake banget." Kiara berbicara dengan nada kesal seraya menatap temannya satu persatu.
"Semerdeka lo deh, Ra!" Nadine temannya yang lain, menatap Kiara dengan pasrah.
●●●
Andre sudah sampai di kediamannya. Ia segera menyimpan motornya itu di garasi, kemudian masuk ke dalam rumah. Ketika memasuki rumah, ia melihat sang ayah yang tengah menonton televisi."Ndre, Ayah mau bicara."
Andre hanya melirik sekilas tanpa minat. Ia pergi berlalu ke kamarnya dengan santai. Jujur saja, ia terlalu malas menghadapi ayahnya itu.
"Huft, susah sekali jika diajak bicara," gumam ayah Andre, saat tahu anaknya lagi-lagi tak menganggapnya ada.
Tak lama kemudian, ada suara ketukan pintu utama yang membuat atensi ayah Andre mengarah pada daun pintu rumahnya.
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum, Ndre. Kento yang ganteng datang," ujar Kento saat memasuki pintu rumah Andre.
"Masuk Kento! Andre ada di dalam."
"Eh, Om Fajar. Apa kabar, Om?" ujar Kento, seraya mencium punggung tangan ayah Andre, Fajar.
"Selalu baik, Ken."
"Ya udah, Om. Saya langsung ke kamar Andre aja kalo gitu. Permisi, Om." Fajar mengangguk seraya mempersilahkan Kento memasuki rumahnya.
Ketika sampai di depan pintu kamar Andre, Kento segera mengetuk juga berbicara untuk diperbolehkan masuk ke dalam.
"Ndre, gue masuk, ya?"
"Iya."
Kento memasuki kamar milik Andre. Ia duduk di sofa yang tersedia, seraya menatap Andre dengan penuh selidik. "Lo, ribut lagi?"
"Gak, buang tenaga."
Kento menggangguk mengerti atas ucapan Andre. Tak lama kemudian, atensinya kembali ke arah Andre seraya mengangkat barang bawaan yang disediakan oleh bundanya tadi di rumah. "Eh iya, by the way gue bawain masakan nyokap. Ada daging sapi saus tiram, sambal goreng sama lalapan, dan tumis kangkung. Yuk, ke bawah! biar nanti cuciannya gak bawa-bawa lagi. Tenang, om Fajar tadi udah ke kamarnya, kok."
Andre pun mengangguk seraya bangkit dari duduknya di atas ranjang.
Seusai pembicaraan yang singkat itu, mereka pun memutuskan pergi ke bawah untuk makan bersama.
________
Thank you ❤
01:03
200202
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Teen FictionAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...