Andre dan Ara saat inu sudah berada di penurunan halte terakhir, ini tujuan yang akan mereka kunjungi. Sebenarnya yang tahu hanyalah Andre, Ara si hanya mengikutinya saja.
Mereka menyeberang jalan dan memasuki kawasan yang banyak rerumputan, juga terdapat rumah pohon di dalamnya.
Andre menaiki tangga pada rumah pohon tersebut, yang kemudian di susul oleh Ara. Mereka masuk ke dalam dan duduk ditepi luar. Karena dari situ, mereka bisa melihat area taman dan keadaan sekitarnya.
Jujur saja, Ara sangat menyukai pemandangan sekitarnya. Pun ini adalah pertama kali baginya, ada yang mengajak ke tempat yang indah. Dan yang mengajak itu ialah Andreas Kenaan.
Keheningan menyelimuti mereka berdua. Belum ada yang ingin membuka suara baik Andre maupun Ara. Mungkin juga mereka terlalu hanyut dengan suasananya.
Beberapa menit kemudian, Ara memutuskan untuk bertanya. Lantaran ia terlalu jengah dengan keheningan itu.
"Tau tempat ini dari mana?"
"Tempat di mana kalau gue lagi ada masalah. Gue sering ke sini sama Kento, tempat ini juga gue temuin pas pertama kali menginjak sekolah menengah pertama."
"Terima kasih banyak, loh, karena udah ajak gue ke tempat kaya gini. Gak nyesel sih, diajak bolos sama lo, Kak." Ara mengucapkan kata itu dengan tulus, seraya memberi senyuman pada Andre.
Andre yang ditatap seperti itu mendadak gugup, lalu memutuskan kontak mata terlebih dahulu. Takut-takut jika dirinya khilaf dengan keadaan seperti ini. Bagaimana pun ia ini laki-laki normal, ia takut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Baru Andre sadari saat ini, kalau Ara benar-benar cantik dan imut. Entah perasaan apa yang muncul dari dalam hatinya, yang pasti jantungnya mendadak berdetak dengan kencang.
●●●
"Mang, baksonya dua. Sama es teh manisnya dua juga, ya." Pinta Andre kepada tukang bakso, yang memang tempatnya berada di dekat taman tersebut.
"Sering beli di sini juga?"
"Iya, ini bakso favorit gue." Pesanan mereka pun datang, lalu mereka mulai melahapnya.
Hari sudah semakin sore. Mereka benar-benar membolos hingga pelajaran telah usai. Kini waktu menunjukkan pukul 16:15, cukup lama mereka berada di luar.
Bahkan saat mereka sedang menunggu di halte untuk menuju ke sekolah, Kento sempat menelepon Andre. Karena pada saat ke kelasnya sudah tak ada Andre di sana, kata teman sebangkunya saja, Andre tak masuk sejak bel istirahat pertama berakhir.
Andre menyuruh Kento untuk mengambil tasnya dan juga Ara yang memang sama-sama masih di dalam kelas. Ara sih memang tak ada yang menghubunginya, karena ponselnya ia simpan di dalam tas sejak bel istirahat dibunyikan. Dia memang sengaja untuk meninggalkan ponselnya di dalam tas, karena tak ingin diganggu pada jam makannya.
Mereka sampai di gerbang sekolah, dan langkahnya memasuki area parkir. Kebetulan juga, sudah ada Nadine dan Kento yang menunggu di sana.
Saat Andre dan Ara muncul di hadapan mereka berdua, Kento langsung menyambut dengan sedikit heboh.
"Weh-weh, ada yang bolos bareng, ni. Ngapain aja tuh kalian berdua?" ujar Kento seraya melempar tas milik Andre yang langsung ditangkap sang empu.
Andre hanya diam tanpa mau menjawab ucapan Kento. Ia tahu sekali bahwa sahabatnya itu tengah menggodanya sekarang.
"Kak Kento, Din. Makasih udah nungguin, dan udah diambilin juga tasnya."
"Sama-sama, Ra. By the way, gue balik duluan, ya, bareng Kento. Lain kali tuh kalau mau bolos Hp di bawa dong Ra, biar gue gak khawatir," ucap Nadine pada Ara.
"Iya-iya, sorry. Gue lupa kalo Hp gue masih di dalem tas. Ya udah, kalian hati-hati loh, ya."
Kento dan Nadine pun melenggang pergi dari kawasan sekolah, hingga motornya sudah tak terlihat lagi. Sedangkan Ara dan Andre masih berdiam diri di area parkir.
"Kak Andre, gue baru inget," ucap Ara menghentikan kegiatan Andre yang baru saja ingin memakai helm. Kemudian Andre pun menurunkan helm itu kembali.
"Kenapa?"
"Gue mau tanya, kenapa seminggu ini lo hilang? Gue selalu cari lo tapi lo selalu gak ada, temen-temen lo bilang kalo lo ada acara keluarga. Tapi feeling gue beda, bukan tentang hal itu aja, kan, alasan lo gak masuk satu minggu ini?" tanya Ara penasaran.
Andre meneguk salivanya, apa ia harus bicara soal ini pada Ara? Apa ia sudah yakin kalau Ara itu bisa mengubah hari-harinya yang kelam? Apa Ara harus tahu tentang ia dan keluarganya? Apa Ara bisa mengubah dirinya dari sikap egois ini? Apa omongan Kento tadi harus ia realisasikan sekarang?
Ara yang melihat Andre terdiam, hanya menghela nafasnya. Ia tahu, Andre belum siap untuk cerita padanya sekarang. Ia yakin kalau ada yang disembunyikan dari Andre. Ara mengerti dan memaklumi hal itu. Dan sepertinya, ia tak akan membahasnya lagi.
"Kak, gak usah dibahas tentang pertanyaan gue itu. Sorry, karena gue udah ganggu privasi lo, kalo gitu gue balik, ya." Ara pamit pada Andre. Baru saja ia membalikkan tubuhnya, tangannya dicekal oleh Andre begitu saja.
"Maaf, gue belum bisa cerita sama lo. Tapi saat gue udah bener-bener gak kuat untuk itu dan udah percaya sama lo, gue pasti bakalan cerita. Dan sekarang, lo gua anter balik, naik!"
Ara pun tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Kali ini, ia tak membantah untuk pulang bersama dengan Andre. Ara pun segera menaiki motor dengan Andre yang sudah siap di depannya. Dan Andre, mulai melajukan motornya menjauh dari kawasan sekolah.
________
Terima kasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Roman pour AdolescentsAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...