Ara kini berada di Hans Cafè. Ia segera mengganti pakaian seragam kafe, yang sengaja ia bawa dari kosannya.
"Belum juga dua bulan, Ra, udah ke sini aja," ujar Bimo pada Ara.
Kebetulan, memang Hans meliburkan Ara selama dua bulan. Tetapi, Ara yang tak betah berlama-lama di kosan, mulai masuk ke kafe kembali.
"Abis bosan banget di kosan. Gak enak juga kalo gak ngapa-ngapain."
"Ya udah, seperti biasa, lo sambut kafe ini dengan ceria. Kangen juga gua sama suara lo."
"Ay-ay captain!"
Sekembalinya Ara mengganti pakaian. Ia pun segera menyambut para pelanggan kafe ini dengan senyum cerianya. Melayani setiap pembeli dengan cekatan. Ara di sana sungguh membantu Bimo dan Hanin. Karena selama dua bulan ini, mereka yang handle kafe. Meskipun ada karyawan yang lain, tetap saja Ara menjadi karyawan favorit Bimo dan Hanin di sana.
Saat ini, Ara sedang clear up bekas makan pelanggan, yang sudah tak ada penghuninya lagi di meja itu.
Ketika berbalik, ia tak sengaja menabrak seseorang hingga nampan yang berisikan dua gelas tersebut jatuh, juga airnya terciprat pada orang tersebut. Ara mengucapkan kata maaf pada orang itu dan segera membersihkan pecahan gelas di bawah yang berserakan.
"Jangan pake tangan, bahaya!" cegah orang yang kini ada dihadapan Ara.
Ara merasa familiar dengan suara tersebut. Ia pun mulai mendongakkan wajahnya seraya berdiri dengan tegak. Nah kan, sudah ia duga, orang yang ada dihadapannya ini memang sangat ia kenali.
"Lo lagi, lo lagi." Ara berujar dengan malas.
"Kayanya kita jodoh, deh. Ketemu terus soalnya."
"Gak usah ngawur ngomongnya. Sorry, karena udah cipratin bekas minuman ke lo. Gue benar-benar ceroboh." Ara meminta maaf pada sang empu yang terkena cipratan air tadi karena ulahnya.
"Gak apa-apa, santai. Gue ke meja situ ya, nanti gue panggil lagi."
Ara mengiyakan ucapan orang itu dan langsung membersihkan kembali pecahan gelas yang tersisa menggunakan sapu. Kemudian, ia membawanya ke belakang untuk di buang ke tempat sampah.
Tak lama dari itu, Ara kembali ke meja nomor enam, tempat orang yang tadi bercakap dengannya.
"Mau pesan apa, Cel?"
"Caffe latte, sphagetti cheese, waffle chocolate," pesannya seraya melihat buku menu.
"Oke, di tunggu, ya."
Ara menyiapkan apa yang di pesan oleh Marcel. Ya, orang itu ternyata Marcel. Itu mengapa ia merasa sangat familiar dengan suaranya.
Seusai itu Ara kembali ke meja Marcel untuk mengantarkan pesanannya.
"Ini pesanan lo. Kalo mau bayar, nanti langsung aja ke kasir."
Saat Ara ingin membalikkan tubuhnya, Marcel mencegahnya dengan menahan tangannya. Ia menoleh kembali ke arah Marcel dan mengerutkan dahinya.
"Ada apa lagi?" tanya Ara.
"Gue perlu waktu sama lo, duduk!" perintah Marcel.
Mau tak mau Ara menuruti keinginan Marcel. Ia duduk di hadapannya, tak lupa juga tadi ia sempat izin pada ka Bimo dengan mengkode agar diberi waktu sebentar bersama pelanggan satu ini.
"Kenapa?" buka Ara dalam pembicaraan mereka.
"Ada hubungan apa lo sama Andre?"
"Cuma temen."
"Ada yang beda, antara lo sama dia."
"Korelasinya sama lo, apa?"
"Karena gue gak suka."
Ara mengerutkan dahi yang ke sekian kalinya karena Marcel berbicara seperti itu. Kenapa juga dia tidak suka dengan kedekatan dirinya dengan Andre?
"Ya, itu terserah lo. Mau lo suka atau enggak, gue gak peduli."
"Gue cemburu."
"Hah?"
"Salah?"
"Gue sama lo aja baru kenal. Dan lo tiba-tiba bilang ke gue kalo lo cemburu?"
"Perasaan gak ada yang tau, Ra. Rasa itu datang dengan sendirinya tanpa diminta, entah itu dalam waktu yang lama atau sebentar."
Ara hanya diam membisu atas pernyataan Marcel. Mengapa harus Marcel yang suka dengan dirinya? Sementara dirinya, kini sudah mulai ada rasa dengan Andre. Menurutnya, Marcel itu hanya orang baru di kehidupannya.
Tanpa kata lagi, Ara meninggalkan meja itu dan langsung pamit pada Bimo juga Hanin. Alibinya kepada mereka yaitu tidak enak badan, tak lupa juga ia meminta maaf pada mereka berdua karena hanya dapat membantu sebentar. Dan itu dimaklumi oleh Bimo dan Hanin, bagaimana pun Ara ini juga masih libur untuk bekerja.
Marcel menghembuskan nafasnya sebentar, lalu ia meneruskan acara makannya yang tertunda tadi. Ia tahu kalau akan seperti ini respon dari Ara. Tapi apa salah kalau dirinya mengatakan cemburu dengan kedekatan Ara dan Andre?
Perasaan memang tidak ada yang tahu, datangnya secara tiba-tiba. Entah itu dalam jangka waktu beberapa menit, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Dirinya memang baru satu minggu bersekolah di SMA Garuda. Dirinya juga baru mengenal Ara ketika mereka di hukum bersama. Tapi tak salah bukan, jika menyukai seseorang yang baru saja dikenal?
Marcel memang masih menjadi musuh Andre, tapi entah itu sampai kapan. Sebenarnya juga Marcel penasaran dengan apa penjelasan dari mulut seorang Andre tentang masa lalu mereka itu.
Sedikit demi sedikit, ia mulai melupakan seseorang di masa lalunya. Ia merelakan dia bahagia di alam sana, itu berkat dirinya bertemu dengan Ara. Semuanya berubah. Rasa hampa di dalam hatinya kini tak lagi sama. Ya, meskipun dirinya tak pernah menceritakan apapun pada Ara, juga perkenalan mereka terbilang singkat. Tapi Ara punya sesuatu yang berbeda dari kebanyakan perempuan yang ia kenal.
________
Terima kasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Teen FictionAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...