Andre baru saja ingin memasuki kelas, tiba-tiba dirinya dihadang oleh siswi yang menurutnya itu menjijikan.
"Hai, Ndre. Mau masuk kelas, ya?" tanya siswi itu berbasa-basi.
Andre mendengkus seraya menatap datar siswi itu.
"Kok gak jawab, si? Jangan sombong gitu." Siswi tersebut berbicara dengan gaya centil dan tampilan yang bisa dibilang seperti tante-tante. Tak hanya itu, tangannya juga mendarat di tangan milik Andre. Tapi buru-buru Andre menepis tangan siswi itu cukup kasar.
"Mau lo apa, si?"
"Oh my gosh! Seorang Andre menjawab kata-kata gue. Gila-gila, bahagia banget gue," ujar siswi itu lagi dengan senangnya.
"Berisik anjir! Lo udah buang-buang waktu gue, bitch!" Andre menjawab dengan kata kasar. Seusai itu dirinya melenggang pergi dari hadapan siswi tersebut.
Siswi yang tadi menggoda Andre, sebenarnya kesal dengan kata-kata Andre yang begitu sarkasme. Tapi karena dirinya terlalu mengagungkan sosok Andre, jadi ia merasa tidak peduli akan cacian itu. Yang ada dirinya semakin gencar dan gemas dengan apa yang Andre lakukan. Sebut saja dia gila.
Andre melangkahkan kakinya dengan kesal, lantaran bertemu dengan siswi jadi-jadian macam tadi, membuat moodnya seketika buruk. Andre membalikkan tubuhnya dan turun menuju tangga kembali. Padahal dirinya sudah sampai di koridor kelas dua belas, tapi karena moodnya sudah terlanjur buruk, lagi dan lagi ia harus bolos pelajaran.
Saat menuruni tangga terakhir, Andre tak sengaja bertemu dengan Ara. Kebetulan Ara baru saja kembali dari kantin bersama Nadine.
Andre menatap Ara cukup lama. Nadine yang melihat situasi di sekitarnya pun segera pamit terlebih dahulu menuju kelas.
"Em, gue ke kelas duluan, deh, Ra. Bye." Pamit Nadine pada Ara.
"Eh, Din, kok di tinggal?" jawab Ara sedikit kesal.
"Kak, gue ke kelas duluan, ya." Baru saja Ara ingin melangkah, tangannya dicekal oleh Andre.
"Kenapa, Kak?" tanya Ara pada Andre.
"Ikut gue!" Tanpa menunggu jawaban dari Ara, Andre langsung membawa Ara keluar dari koridor.
Mereka berjalan dengan mengendap-endap menuju belakang sekolah. Entah Andre ingin membawa Ara ke mana.
"Kak, sebenernya lo mau bawa gue ke mana, si?" Kesal Ara pada Andre.
"Berisik, lo diem aja!" Dengan jawaban ini malah membuat Ara semakin kesal. Pasalnya ia tidak tahu ingin dibawa ke mana oleh Andre.
"Naik!" Titah Andre tiba-tiba.
"Hah?"
"Lo naik cepetan ke atas! Nanti gue nyusul."
"Lo gila, ya! Gue cewek. Lagian mana bisa gue lompat pagar tinggi kaya gini."
"Naik ke badan gue, biar cepet!"
"Konyol sumpah. Lo mau ajak gue bolos, kan?"
"Please, gak usah bikin mood gua tambah berantakan. Tinggal turutin apa yang gue suruh, gampang, kan? Udah cepet naik!"
"Tapi gue pake rok."
"Gua gak ngintip, udah cepetan."
Ara menghela nafasnya sebentar, ia pun mulai naik ke punggung Andre, untuk bisa melompati pagar tersebut. Setelah sampai di atas pagar, Ara menjadi bingung, pasalnya ia merasa takut untuk turun ke bawah.
Andre yang melihat itu berdecak, lantaran Ara belum juga turun dari pagar.
"Kenapa gak turun?" tanya Andre saat dirinya sudah ada di atas pagar, tepat di samping Ara.
"Takut," jawab Ara pelan.
Andre melompat begitu saja dengan mudahnya turun dari pagar, sementara Ara masih tertinggal di atas.
"Ish, kok gue di tinggal? Ini gue gimana turunnya?"
"Turun aja!"
"Kok enteng banget ngomongnya, gue takut."
"Udah lo turun aja, gue bakal tangkep."
"Hah? Gue ... gue berat." Ara berujar dengan nada yang gugup.
"Lo turun sekarang, atau gua tinggal." Ara yang mendengar kata-kata itu langsung membulatkan matanya. Jelas saja ia tak ingin ditinggal, karena sudah terlanjur di sini, jadi mana mungkin Ara sendirian. Kalau pun balik lagi ke kelas itu sudah terlambat, lantaran sepuluh menit yang lalu bel masuk telah berbunyi.
Mau tak mau, Ara melompati pagar tersebut. Dengan wajah yang terlihat takut, dan Ara pun mendarat tepat di pelukan Andre. Untung saja Andre sigap dan langsung menahannya, jika tidak, mereka bisa jatuh bersama di tanah.
"Ehem, maaf. Makasih udah di tangkep." Ara benar-benar gugup karena tak sengaja di peluk oleh Andre. Meskipun niatnya menolong, tapi tak ayal wajahnya bersemu.
Untung saja Andre tidak melihat wajah Ara yang bersemu itu, kalau dia lihat bisa tambah malu lah Ara.
Andre berjalan terlebih dahulu menuju jalan ramai, setelah itu Ara menyusulnya dan menyamai langkah Andre yang lebar itu. Mereka masih berjalan di sekitar luar sekolah, lalu langkah mereka berhenti di halte bus.
Ketika bus datang, Andre dan Ara naik dan duduk di bangku tengah. Kebetulan bus ini masih kosong, hanya ada tiga penumpang saja.
Ara duduk didekat jendela dan Andre di sebelahnya. Karena Ara bosan, akhirnya ia pun membuka mulutnya.
"Kak, kita mau ke mana, si?" tanya Ara seraya melirik Andre
"Nanti juga lo tau," jawab Andre seraya bermain ponsel.
Ara mendengkus dan langsung menatap jendela kembali. Dan kini, keheningan lah yang tercipta di antara mereka.
_______
Terima kasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Fiksi RemajaAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...