Saat ini Andre tengah asik memainkan ponselnya di dalam kelas. Namun, hal itu tak berlangsung lama, karena bel masuk telah berbunyi dengan nyaring. Belum lagi, ada guru pengajar yang masuk dan disusul oleh siswa tepat di belakangnya.
Raut wajah Andre seketika berubah saat melihat siapa yang ada di depan sana. Siswa dengan senyum smirk, yang tepat beradu tatap dengannya.
"Harap tenang semua! Hari ini di kelas kita, kedatangan murid baru dan kamu silahkan perkenalkan diri!" ucap Pak Hanung, guru sejarah mereka.
Siswa tersebut pun langsung menganggukkan kepalanya dan mulai memperkenalkan diri.
"Perkenalkan nama gue Marcel Dewanta, pindahan dari SMA Tunas Bangsa. Semoga bisa berteman baik." Marcel memeperkenalkan dirinya di hadapan murid dua belas Fisika 2.
"Baik Marcel, kamu duduk di sana, bangku pojok dekat Rafi." Marcel pun langsung menuju tempat di mana cuma hanya itu bangku yang kosong, ia berhenti sebentar untuk menatap Andre dan berbicara, "I'm back, Ndre." Tak lupa dengan senyum smirk andalannya.
Karena kebetulan Marcel dan Andre satu barisan tempat duduk, jadi dia dapat berbicara seperti itu pada Andre. Saat duduk, Marcel langsung bisa seakrab itu dengan Rafi, yang kebetulan memang dia termasuk siswa yang sangat supel di kelas.
●●●
Andre berada di taman belakang sekolah, ia juga sempat menghubungi Kento tadi. Ia duduk termenung di bawah pohon dengan lesehan di rerumputan. Kini dirinya bingung dengan situasi sekarang, di saat belum selesai masalah yang ada, kini sudah timbul masalah baru. Lebih tepatnya, masalah yang tertunda saat ia masih duduk di bangku menengah pertama.
Mengacak rambut dengan asal dan berteriak sebentar untuk melepas penatnya. Tidak peduli jika ada orang yang melihatnya.
"Berisik deh lo, Kak. Lagian ngapain teriak-teriak gitu, ganggu aja tau." Seseorang berujar pada Andre, yang kebetulan memang sejak tadi sudah ada di sana.
"Sejak kapan?" bingung Andre.
"Sebelum lo ke sini, gue udah ada di sini kali. Gue tuh lagi gak laper, makanya gue pilih buat diem di sini. Lumayan si, anginnya sejuk."
"Em, gitu." Ara yang mendapat jawaban seperti itu, langsung mendekat pada Andre. Ia pun duduk lesehan tepat di sampingnya.
Andre yang melihat itu terkejut dan sempat melotot tajam.
"Biasa aja muka lo, Kak. Gue mau nemenin lo, dan gue tau lo lagi ada masalah, kan?"
Andre menoleh sebentar pada Ara, kemudian pandangannya menuju arah depan kembali. Ia menatap pepohonan serta beberapa siswa/siswi yang ada di sana.
"Lo boleh kapan pun mau cerita sama gue. Gue akan nunggu lo cerita, saat lo bener-bener udah siap untuk itu. Gue cuma mau kasih tau ke lo, Kak ... kita sebagai manusia pasti punya masalah, baik itu yang ringan maupun yang berat. Tetapi, Allah tidak akan memberikan masalah pada hamba-Nya, dari batas kemampuan manusia itu sendiri. Seberapa pun masalahnya, apapun masalahnya, kita bisa kok untuk menyelesaikan itu semua. Tapi kembali lagi ke diri kita, bisa gak kita menghadapi masalah itu? Apa kita lulus pada ujian-ujian yang diberikan oleh-Nya?" Ada jeda sebentar untuk tahu apa respon Andre. Ara tersenyum saat melihat Andre diam mendengarkan semua perkataannya.
"Jadi, lo gak boleh ngerasa sendirian, Kak. Ada Kento sahabat lo yang selalu ada di sisi lo dari dulu. Dan ada gue sekarang, kalo lo merasa gak mampu menopang masalah itu sendiri. Masih ada orang-orang yang sayang sama lo. Lo bisa, Kak. Lo kuat." Ara mengusap lengan Andre dengan pelan. Andre merasa tenang saat tangan itu mendarat di lengannya. Ia juga mendengarkan dengan baik dan lebih mengintrospeksi diri. Kalau dirinya tak boleh terus-terusan berlarut dalam masalah yang dihadapi. Satu demi satu, ia memang harus mencoba menyelesaikan masalahnya.
"Makasih, Ra." Andre berujar dengan tulus.
"Sama-sama, Kak. Pokoknya gue yakin, lo bisa hadapi semua itu. Gue juga yakin, masalahnya akan cepat selesai." Dan mereka, kini saling menatap seraya tersenyum tulus. Mereka juga kini saling menguatkan satu sama lain.
●●●
Saat bel pulang sekolah, seperti biasa Kento ke kelas Andre untuk bersama menuju ke parkiran. Tapi saat masuk ke kelas, ia dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang selama ini lama menghilang.
"Jadi, lo anak baru yang di omongin semua murid?" ucap Kento sedikit sinis.
"Hai, Kento, how are you friend?"
"Temen? Sayangnya, gue gak punya temen yang pengecut kaya lo."
Andre yang masih berada di sana, langsung menatap Kento tajam untuk menghentikan pertikaian mereka. Karena ia tak ingin, jika Kento terlibat masalah di sekolah.
"Balik!" perintah Andre pada Kento.
"Bentar, Ndre, gue mau kasih pelajaran sama dia," ujar Kento tak sabar dan hendak menghampiri Marcel.
Sebelum Kento maju, ia sudah di cegah duluan oleh Andre. Terlebih, di kelas sudah tak ada murid lain selain mereka.
"Kalian yang pengecut, dan lo Ndre, banci!" Marcel pergi begitu saja, tanpa peduli dengan Andre dan Kento.
"Kenapa lo cegah gue? Padahal gue mau tonjok tuh dia." Kento kesal pada Andre yang mencegahnya untuk meninju Marcel.
Andre yang melihat Kento, hanya menghela nafas beratnya.
"Kalo lo sampe kalap, bisa terjadi masalah. Gue gak mau tangan lo kotor untuk habisin cowok kaya dia. Gue mau cara bersih untuk ini, gue yakin perlahan semuanya akan selesai. Lo waktu itu cegah buat gue gak terlibat masalah, sekarang giliran gue yang cegah lo untuk itu." Seusai menjawab ucapan Kento, ia keluar terlebih dahulu meninggalkan Kento yang kini tengah menunduk memahami kata-kata Andre. Tak lama dari itu, Kento pun menyusul langkah Andre.
________
Terima kasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Fiksi RemajaAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...