Cuaca pagi ini cerah, semua murid SMA Garuda berjalan di koridor menuju kelas masing-masing. Ada yang masih di depan gerbang, ada juga yang baru memarkirkan kendaraannya.
Saat ini, Ara baru saja masuk ke dalam gerbang sekolah. Ia berjalan dengan langkah ceria juga memberikan senyuman pada setiap kali orang yang menyapanya. Tak lama, langkahnya terhenti oleh suara laki-laki di belakangnya. "Ara," panggil orang itu. Ara pun menoleh ke belakang dan tersenyum.
Ara memilih menghampiri orang itu dengan sedikit berlari. "Hai, Kak. Kayanya, lo seneng banget hari ini?" tanya Ara.
"Thanks untuk semuanya. Gue dan keluarga, udah baikan."
Ara yang mendengar itu cukup senang. Bahkan nasihat kemarin yang disampaikannya didengar dan langsung dipakai. Ara pikir, akan lama proses untuk Andre berbaikan dengan keluarganya. Ternyata, lebih cepat dari perkiraan.
"Syukur lah, kalo emang udah baikan, gue jadi seneng. Gak ada kesalahpahaman lagi antara lo, bokap lo, sama tante Mira."
"Iya." Andre tersenyum hangat dihadapan Ara. Setelah itu, mereka berjalan bersisian menuju kelas masing-masing.
●●●
Bel istirahat sudah dibunyikan. Semua murid berhamburan keluar kelas menuju kantin. Karena cacing-cacing di perut mereka terus berbunyi."Ra," panggil Nadine.
"Apaan, Din?"
"Kantin gak, ni?" tanya Nadine.
"Iya bentar. Ini tinggal dikit lagi gue nulisnya," jawab Ara yang masih saja berkutat dengan buku dan pulpen.
"Udah lo fotoin aja. Nanti ngerjainnya di rumah, beres deh."
"Tumben pinter," ujar Ara seraya cengengesan.
"Enak aja. Gue emang pinter dari sananya kali," kesal Nadine seraya memanyunkan bibirnya.
Ara pun membidik catatan yang ada di papan tulis melalui kamera ponselnya. Kemudian ia menyimpan kembali benda itu ke dalam saku rok abunya. "Yuk, Din!" ajak Ara pada Nadine untuk menuju ke kantin.
Sesampainya di kantin, mereka mengedarkan ke sekitar, melihat meja mana yang kosong. Setelah sudah menentukan tempat, Nadine segera beranjak pergi ke meja tersebut dan Ara mulai menujunke stand makanan serta minuman.
Tak lama kemudian, Ara kembali dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman, untuknya juga Nadine. Dan kini, mereka mulai menyantap makanan tersebut dengan khidmat.
Suara gaduh terdengar dari luar kantin, banyak pasang mata yang melihat. Keributan itu terjadi di lapangan.
"Din, ada apaan, deh, rame banget?" tanya Ara.
"Gak tau gue, Ra. Mungkin ada yang berantem kali," jawab Nadine sekenanya.
"Hus, sembarangan! Kepengen banget ada yang berantem emangnya?" heran Ara pada Nadine.
"Ya, siapa tau aja. Lo gak lupa kan, sekolah kita ini udah terbiasa dengan yang namanya keributan? Apalagi berantem kaya gitu." Perkataan Nadine tak digubris oleh Ara. Justru Ara memilih pergi, melihat situasi yang terjadi di lapangan.
"Heh, malah ninggalin gue lagi."
Nadine kesal pada Ara karena begitu saja meninggalkannya. Nadine pun akhirnya menyusul langkah lebar Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Teen FictionAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...