Random: Hellw! udah jarang upload ini ya._. dan emang bakal jarang upload sih. dan hal itu berlaku untuk cerita ini dan yang satu lagi, yang 'We Called This Random Feeling and Absurd Moment'. Tambah sibuk. Putih abu-abu itu keras.Dan, swear, gara-gara yang pas gue ultah dan dikerjain (parah banget pokoknya) konsen gue untuk pelajaran di hari gue ultah itu hilang seketika. matinya, gue jadi gak ngerti circular flow itu apa, kurva ekonomi itu apa. doub-sheet. Dan emang pelajaran materinya tambah susah-_- yampun. okay, kali ini masih lanjutin ss kemarin. dan sekali lagi, gue gak ada niat untuk namatin cerita ini, dalam arti gak mau berhenti nulis tentang cerita ini, jadi ya walaupun emang udah ada epilogue-nya, tetep aja SS jalan u.u hehehehe. Dan untuk chapter kali ini... mungkin rada sedikit lebay kali ya~HEHEHE.
------
And this is the time!
Puas mendengar kisah sohibnya itu, aka si Putra. kini Darren tinggal menunggu reaksi Via yang pasti bakal kaget, atau mungkin malah diam kalau tahu tasnya dipindahin ke tempat semula. Pokoknya seperti kalimat penyemangat dalam hidupnya. 'THIS IS THE TIME.'
Begitu dilihatnya Via masuk ke dalam kelas, Darren langsung duduk bersandar dengan santai dan bergaya seperti seorang bos.
Kurang kacamata hitam pasti bisa jadi bos mafia, oh maaf, kalau khusus Darren mungkin bisa jadi PSY yang langsung ngelakuin Gangnam Style kapan saja. Oke, ini udah mulai out of the topic ya.
Dan benar saja! Via kaget setengah mati tau kalau tasnya sudah ada di meja posisi WK alias di samping Darren. Soalnya tasnya itu ditaro di atas meja dengan jelas. Cewek itu terlihat melotot dan badannya tegang. pokoknya kaget deh.
“Kok tas gue bisa ada di samping lo?!” bentak Via. Gak peduli yang dibentaknya itu cowoknya sendiri. Sampai ganti nama panggilan lagi. Pakenya gue-elo.
Darren pura-pura gak mendengar. Tapi ya daripada Via tambah emosi, ya monggo dijawab lha ya.
“Tau. Terbang kali tasnya. Tau kali kalau yang punya tas itu punya jodoh. Makanya pindah ke sini.” Jawab Darren seadanya. Nahan senyum sama tawa.
“Bohong! Gue gak mau duduk sama lo!” Via langsung menarik tasnya, tapi ditahan oleh Darren.
“Kamu gak boleh kemana-mana, udahlah duduk sini aja kenapa sih. Gak diapa-apain juga! lagian udah mau doa pagi. Gak denger tuh dari sentral udah mau doa? Kamu mau dihukum karena gak bisa doa dengan tertib? Lagian tempat duduknya juga udah permanen. Gak boleh pindah-pindah.” Itu sih alibinya Darren aja.
Ya biar Vianya gak pindah. Orang dia kalau doa pagi juga sering ngobrol, bukan sama Via sih, tapi sama Putra atau Adin yang posisinya jauhan. Ya bisik-bisik sih ngomongnya tapi kan tetap aja....
Karena gak ada pilihan, toh juga guru pagi itu sudah masuk kelas. Sampingnya Tiffany juga sudah diisi orang.
Dan kebetulan gak ada bangku plus meja nganggur di kelas itu. Semuanya juga gak ada yang gak masuk hari itu. Duhh, sial kan si Via.
Mau gak mau cewek itu harus duduk samping Darren. Ia menggeser kursinya jauh, bahkan kaki kursi bagian kanan sampai jauh dari dari batas meja. Pokoknya gak mau dekat-dekat sama Darren deh. Gak mau.
Jadilah setelah selesai doa, Via duduk dengan posisi yang jelas banget berjauhan dengan Darren. Putra dan Adin yang emang udah lama gak ngiseng, alhasil jadi punya bahan candaan.
“Aduhhhhh yang pacaran kok duduknya jauh-jauhan sih?! Kan jadi gak so sweet! Deketan dong!” goda Adin dari jauh.
Putra pun juga ikut-ikutan. “Tau nih! Gak seru ahh! Vianya gak seru! Udah, Darr, geser aja bangku lo! Biar tambah deket!”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moment With You
Fiksi RemajaKesel gak sih kalau kita harus didepak ke negara lain? Hal inilah yang dialami oleh Via. Ia didepak orangtuanya, dan dipulangkan ke Indonesia. Apalagi kedua orangtuanya menyuruhnya tinggal di rumah Tante Lydia, teman baik mamanya, yang mempunya anak...