SS: Kepo Kepo Kepo

2.1K 45 5
                                    

RANDOM: Well, finally bisa upload lagi setelah sekian lama. paling keteteran itu yang 'We called this random feeling and absurd moment' gak kesentuh sama sekali. huft-__- anyway, setelah UAS, dan lainnya gue bisa kembali melanjutkan 'nulis'. hehehehe. oh iya, FYI gramedia lagi diskon 20% nih terutama yang dari GPU gitu, sampe akhir tahun, kan lumayan tuh ya u.u #radarshopping yasud ya, langsung saja di baca:) 

---------M-------

“Kevin, do you remember ‘bout our appointment with Mr.Chen, don’t you?” pertanyaan itu membuyarkan lamunan Kevin untuk sesaat. Kevin mengarah ke arah asal suara. Suara Nick. Teman sekolahnya yang berasal dari Auckland.

Kevin hanya mengangguk-angguk. Tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dan langsung sibuk dengan makanannya. Ya, mereka sedang makan di kantin sekolah. Kevin melahap makanannya tapi dengan pikiran yang terbang kemana-mana.

Siapa lagi, pasti Via lah yang lagi dipikirin.

William yang kebetulan duduk di sampingnya terus memerhatikan Kevin. Sudah beberapa kali dia memergoki Kevin duduk terbengong. Kalau di kelas sih jarang menemukan Kevin bengong, karena cowok satu itu biasanya fokus untuk menyimak pelajaran dan belajar. Tapi giliran, sudah waktu bebas, pastilah Kevin langsung bengong, alias asyik dengan pikirannya sendiri. William sendiri  bingung. Apa yang dipikirkan oleh Kevin itu sendirilah yang menjadi pertanyaan besar William.

Nah, begitu Nick meninggalkan meja itu dan hanya menyisakan William dengan Kevin, William langsung menanyakan beberapa hal pada Kevin.

“Lo kenapa bengong mulu dah? Kalo mikiran yang begituan tuh jangan depan umum dong!” tanyanya sekaligus melawak. Maklum, cita-citanya kalau gak jadi public relation ya jadi pelawak gitu.

Kevin memandangi William tenang. Sekilas. Lalu kembali pada pandangannya semula.

“Hmm.... lo mau tau aja apa mau tau banget?” balas Kevin. Mengulur-ulur waktu.

“Ih, gue mau tau benjets. Kalo ada yang salah, lo bisa ngomong ke gue kok, wahai sobat. Gue gak mau temen gue mati kesamber gledek soalnya.” Ucap William. Sok perhatian.

Kevin tertawa. Sinis.

“Emang perihal kayak gitu masih berlaku di luar negeri?” tanyanya. Benar-benar belum menjawab pertanyaan William. Sengaja mengulur-ulur waktu (lagi)

William tidak mau menyerah.

Ya kalau soal galau atau pergalauan ya harus dituntaskan! Cowok tuh gak boleh galau! Itu sih prinsipnya. Life must go on, you know! And don’t let something destroy your happiness. Never ever!

“Bagi gue, itu masih berlaku. So? Jangan bilang ini masih tentang yang namanya Via ya?” tebak-tebak buah manggis. Siapa tau jawabannya benar kan?

Kevin menatap William sesaat. Ya emang bener sih tebakannya.

“Iya kali.” Jawab Kevin pendek lalu fokus ke makanannya lagi.

William menghela napas sebentar. “Bro, ngapain sih galauin orang yang bahkan, oke yang mungkin aja udah gak mikirin lo lagi? Yang mungkin aja udah lupain lo, dan milih untuk senang-senang sama pacar barunya? Itu tuh sia sia tau.....”

Sebelum William menyelesaikan kata-kata bijaknya, Kevin sudah keburu menghentikan omongan temannya itu.

“Kay, enough. Biarin gue kayak gitu. Karena apa yang terjadi pada gue, itu yang bakal gue nikmatin. Gue patah hati, toh setiap inci sakitnya gue yang rasain kan?” Nada suara Kevin sungguh terdengar tenang. Kelewat tenang malah. Tapi kalimatnya? Jezzzzz.

William terbengong-bengong memandang Kevin. Baginya, kevin itu sudah buta karena cinta! Astaga!

“Dan... dari sini.” Kevin menunjuk dadanya.  “..gue, gue masih suka dan sayang sama dia. Lo gak tau ya susahnya lupain orang kayak dia?” timpal Kevin. Masih membuat William mencerna perkataannya.

The Moment With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang