SS: After In Relationship Part.2!

3.1K 48 9
                                    

NB: Yeah guys, setelah dari hari kelulusan *swt, coba kalo bing gue bagusan dikit, dapet deh noh 10 besar-_-* Cap 3  jari tinggal nunggu waktu. Medali kelulusan gue terpaksa dibalikin, bukan gue aja sih, seluruh anak di angkatan gue harus balikin, karena tulisannya kurang, mestinya 'SMPK' malah jadi 'MPK'. Bah, tapi,apapun yang terjadi, berapapun NEM kita semua, kita harus tetap BERSYUKUR. Liburan udah di depan mata, gue yang biasanya liburan begadang sampe jam 3 atau 4 pagi, dengan aktivitas yang beragam, mendadak harus mengontrol jam bangun tidur. biasanya liburan gue bangun jam 12an. siang ya, ya kali malam. dan mendadak gue harus bangun pagi. semua demi anjing gue tercinta, Snogi Von bla bla bla. Aaa, makin cinta sama Ogi. Oh iya, btw, ini upload side story lagi. serius, gue suka banget bikin ini SS, dan ini masih to be continue yaa, masih berlanjut. Untuk cerita satu lagi ya, 'We Called This Random Feeling&Absurd Moment' distop dulu, lanjutnya ntar-ntar. So, silahkan membaca*salam kecup peluk dari pesut muah muah*

------------------M-------------------

“What?! Lo jadian sama Darren?!” teriakan Tiffany membahana di dalam mobilnya. Mobilnya sendiri. Untung saja dia masih bisa fokus menyetir, coba kalau tidak? Coba kalau dia menengok ke arah Via terlalu lama, bisa-bisa... oke, stop. Intinya ntar masuk UGD aja. emergency deh pokoknya. 

Via memperhatikan ekspresi Tiffany. Kaget. Masa sih Tiffany gak setuju? alasannya?

“Iya, gue jadian sama Darren. Kenapa lo?” tanya Via.

Via sempat melihat cengkraman Tiffany di setir mobilnya itu mengeras, namun, perlahan mengendur.

“Gak. Gue seneng banget lo jadian, Vi. Tapi tau konsekuensinya kan?”

Via menghembuskan nafas keras begitu mendengar perkataan Tiffany.

“Tiff, please deh, jangan mandang dia playboy kelas kakap. Playboy teri kayak dia mah udah tobat, Tiff, kalo dia selingkuh, kan gue  tinggal berpaling ke Kevin, hehehehe.”

Seketika itu juga suasana di mobil kembali mencair. Ketegangan antara mereka pun selesai. Bertepatan pula dengan sampainya mereka di tempat tujuan. Sebuah cafe yang baru dibangun, baru dibuka, dengan menu yang harganya murah meriah, kebersihan dan kenyamanan terjaga. Intinya, tempat itu cozy abis deh. Interiornya keren.

Mereka memilih duduk balkon atas ketimbang di dalam ruangan. Alasannya sih, karena suasananya bagus, dan udaranya adem. Padahal ya, angin malam itu berpotensi bikin orang masuk angin. Ya, namanya juga cari suasana bagus, angin aja di’masa-bodo-in’. Kalau pun masuk angin, pulang tinggal minta si mbak' kerokin. Itu sih bagi Tiffany, kalau bagi Via sih, gak tau. 

Setelah memesan makanan yang diidamkan (iya, Via juga ikut makan. Walaupun sedikit sih. Ingat kan? Via itu rakus.) mereka kembali melanjutkan obrolan, dimulai dari Via.

“Jadi, Tiff, lo restuin gue gak nih pacaran sama Darren?” tanyanya sekali lagi. Habis, tadi walaupun Tiffany bilang seneng, ekspresinya tetap saja bete.

Tiffany hanya manggut-manggut gak jelas, menyesuaikan irama lagu yang sedang di putar di cafe itu.

Via mendadak khawatir. Takut gak direstuin sama sahabatnya.

“Tiff? Marah ya??” Via mencoba meyakinkan keadaan Tiffany yang dianggapnya makin aneh.

Tiffany menggeleng. Masih tanpa bicara.

“Serius, Tiff.” Ujar Via. Mulai putus asa. 

Dan pendirian Tiffany goyah. Iya menggenggam tangan Via yang ada di depannya, please, ini bukan adegan ‘lebanese’ atau apa pun. Ini namanya adegan persahabatan

Via memandang Tiffany heran. Jangan-jangan itu tangannya mau di’remek’ lagi alias dipatahin, diancurin. Ternyata, ekspektasinya salah. Tiffany malah tersenyum sumringah.

The Moment With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang