N.B: Ya, upload lagi. Maaf saudara-saudara, ternyata adegan mellownya di next chap. sekarang yang anarkisnya dulu ya. Sebenarnya sih gue kurang bisa menggambarkan adegan 'anarkis' itu karena gak pernah nyoba dan ngalamin *jadi berdasarkan pandangan diri aja ya* dibaca dulu ya, nanti kita nyambung lagi dibawah B)
Dan sekali lagi, Via merasakan dirinya terlalu banyak dosa, hingga dirinya harus diikuti sang penjaga neraka (re:Darren)
Gak juga sih, bagi dia duduk di samping Darren itu memang neraka, sekaligus surga. Kenapa?
Baiklah, pertama-tama kita jelaskan surga bagi Via.
Baginya, dengan duduk di samping Darren, itu …..
· memudahkannnya untuk ‘dekat’ atau PDKT *walaupun gak secara terang-terangan dan langkah ini juga dianggap surga bagi Darren*
· memudahkannya dalam hal belajar, terutama pelajaran yang berbau Sejarah dan Bahasa Indonesia. Walau pun Via gak bodoh dalam pelajaran tersebut, tapi ia masih suka bingung, dan Darren yang hebat dan ‘dewa’ dalam pelajaran sejarah, dianggap bisa membantu dirinya.
· Via bisa memukul Darren, apabila cowok satu itu mulai mencari ribut dengan dirinya, tanpa perlu terpisahkan oleh jarak.
Setelah mendingikan kepala dengan hal-hal ‘surga’, barulah sekarang Via harus merasakan panasnya duduk di samping Darren, misalnya
· Sudah gak bisa dipungkiri kalau Darren itu suka cari ribut sama Via. Jelaslah kadang mereka berantem. Tanpa mengusik ketenangan kelas. Seperti jam pelajaran matematika tadi.
Darren: Eh, itungin dong! Pusing nih gue sama nih pelajaran. *dengan suara malas, lesu.*
Via: Dih? Emang gue babu lo apa.
Darren: Ya, tolong itungin dong! *mulai nyolot*
Via: Berisik! Hitung sendiri! *mulai nyolot juga*
Darren: Hmm, nanti gue traktir deh. Ya, ya, ya? *sogoknya sambil menyenggol-nyenggol bahu Via dengan tangan kanannya*
Via: Ogah. Hitung sendiri! *tambah nyolot, plus Via menginjak kaki kanan Darren dengan kencang*
Darren: Aaaaawwwwwwwwwww! *teriaknya kencang. Satu kelas memandanginya. Termasuk Pak Putut.*
Pak Putut: Eh, Darren, ngapain kamu teriak-teriak?
Darren: Enggak pak, gak papa. Kaget aja, pak, hmm, soalnya tadi, hmm, angka yang mau diitung gede banget pak. Iya, pak, angkanya gede banget. *alibi*
Pak Putut: *Langsung percaya dan kembali ke pekerjaanya. Main laptop*
Darren: *berbisik dengan nada sedikit kasar* Eh, kodok! Ngapain lo nginjek kaki gue?!
Via: Berisik ah lo! Udah sana, gak usah banyak bacot deh! *kembali menginjak kaki Darren dengan keras*
Darren: *Merasa sudah direndahkan martabatnya, dan ia membalas Via dengan menginjak kaki cewek itu.*
Dan alhasil, Selama pelajaran mat itulah, Via menginjak kaki Darren, dan Darren membalasnya. Tanpa kegaduhan dan tanpa teriakan. Gemes. Dan sampai pelajaran mat berakhir, ‘injak menginjak’ itupun berakhir. Sudah bisa dipastikan kalau kaki mereka berdua merah.
· Via jadi gak konsen karena Darren selalu menyanyikan lirik-lirik lagu. Entah disenandungkan atau apa, tapi Via tidak suka hal itu. Bahkan ia berniat untuk pindah tempat. Alhasil Darren menurut, karena pikiran iblisnya berkata kalau Via bisa saja pindah ke samping Kevin.
![](https://img.wattpad.com/cover/984929-288-k27590.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moment With You
Teen FictionKesel gak sih kalau kita harus didepak ke negara lain? Hal inilah yang dialami oleh Via. Ia didepak orangtuanya, dan dipulangkan ke Indonesia. Apalagi kedua orangtuanya menyuruhnya tinggal di rumah Tante Lydia, teman baik mamanya, yang mempunya anak...