Side Story: One Day With Him

3.7K 55 8
                                    

Random: HELLOO! upload lagi. sayangnya gak bisa upload chapter asli. jadi upload sidestory aja ya, antara Darren sama Via. Baru inget soalnya tadi flashdisk dikumpulin, dan begonya gue ga ngopy filenya ke laptop. sumpah ini bego abis. jadi nyusul aja ya, kalo flashdisknya udah dibalikin:3 oh iya, H-6 perpisahan ke Jogja. Lusa photoshoot kelas, dan belum jelas mau kemana. foto di ancol, taman kota, atau di alam sutera. bingung kan? saya aja juga bingung. Semoga diberi kelancaran ya sama Tuhan. dan ntar gue mau iseng upload naskah drama kelas gue yang buat perpisahan ah, hahaha*begadang tuh bikinnya* oke deh! langsung aja ya  ke sidestorynya! komen! dan itu ada video 'Ring My Bell Just Dance wii' kalo mau tau seberapa 'cewek' gerakannya. *lanjut lagi dibawah*

------------------------

Via baru saja pulang dari sekolah.

Sudah 3 minggu lebih ia berada di Jakarta. Masih dengan tingkat kekesalan yang tinggi kepada Darren yang dianggapnya sangat super duper menyebalkan. Kalau bagi Via, Darren itu ‘sok iye’ playboy abis. Belum lama bersekolah saja Via bisa melihat betapa playboynya Darren yang nyaris tiap hari atau jam godain cewek.

Via saja masih bisa ingat bagaimana gaya Darren menggoda Vella, anak kelas 11 IPS 2 yang tadi lagi nongkrong di kantin bareng dayang-dayangnya. Yang menurut Via gayanya gak banget.

“Hai, Vell, ngapain?” tanya Darren dengan suara menggoda.

Kata Tiffany, Vella adalah tipikal cewek cantik, eksis, tapi otaknya gak encer. Cuma menang penampilan. Dan adalah tipe polos dan tipe yang nerima siapa saja kalau ditembak. Dan kalau Via lihat sih, ya memang begitu sih.

Vella yang memang naksir sama Darren, dan memang ‘belum’ ditembak oleh Darren langsung melancarkan jurus flirtingnya.

“Lagi makan dong. Elo udah pesen belom? Pesen siomaynya Pak Man deh, nih cobain deh! Enak banget!” ujar Vella sambil berusaha menyuapi Darren. Intinya Darren paling gak suka satu mulut sama orang. Maksudnya, paling gak sesendok, segarpu, sesedotan bareng orang lain. Maka Darren menolaknya.

“Gak deh, Vell. Kenyang nih, abis liat muka lo sih.”

Via bisa melihat dengan jelas kalau wajah Vella jadi merah. Dan gak lama Darren meninggalkan meja itu. Dan bisa ditebak lagi kalau Vella dan dayang-dayangnya langsung membicarakan Darren dengan antusias. Centilnya keliatan banget.  

Dan sekali lagi. Via benar-benar ‘empet’ sama yang namanya Darren. Udah sok ganteng, rese, nyebelin, nyolot, lain-lain deh! Pokoknya nyebelin banget!

Via melempar seragamnya dengan kasar ke arah keranjang pakaian kotor. Rasa bosan benar-benar menghinggapi dirinya. Sekarang ‘Be-Em’ benar-benar melanda dirinya. BadMood.

Dan Badmood itu benar-benar hinggap pada diri Via. Bahkan setelah ia telah mengganti seragamnya dengan baju rumah.

Hujan rintik-rintik pun turun. Dan gak lama, hujannya menjadi deras.

“Astaga! Kenapa pake hujan sih? Gue benci hujan tau!” umpat Via. Via memang benci hujan yang deras. Ya kalau gerimis sih, masih mending. Suasana galaunya masih ada. Lha kalau hujan deras seperti sekarang ini? Mendingan tidur deh!

Tiba-tiba, sekilas Via melihat kilat dan...

JGER!!

Suara petir pun menyusul. Keras.

Via langsung ketakutan. Jujur saja, cewek ini memang takut sama yang namanya petir. Petir itu pun kembali bergemuruh. Membuat Via mau gak mau harus keluar kamar. Kalau pun tidur, sudah gak bisa. Sudah terlalu takut. Biasanya, kalau di Singapura setidaknya ada mamanya yang menenangkannya. Atau Sally, pelayannya yang selalu menemani dirinya di rumah kalau kedua orang tuanya tidak ada. Dan setidaknya bisa menenangkan Via kalau ada petir seperti ini. Tapi sekarang?

The Moment With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang