Random: Hehehe, sama kayak 'We Called This Random Feelin&Absurd Moment' chap ini pendek. kali ini gue membahas... Putra! hehehehehe. langsung aja disimak yaaa.
Pulang sekolah.
Via dan Darren pulang bareng. Sebelum sampai ke mobilnya, terlihat Putra berlari ke arah Darren dan Via. Ia langsung memeluk erat Darren dari arah belakang. Hal itu langsung membuat Via tertawa dan Darren, sang korban, bergidik ngeri.
“Sialan lo! Woy lepas! Ada cewek gue nih!” Darren berusaha melepaskan pelukan Putra, tetapi tak bisa. Padahal, badannya Putra lebih kecilan dikit daripada badannya Darren.
“Ogah lepasin pelukan ini dari bebeb Darren!” balas Putra.
“Eh, kodok! Ntar gue disangka gay sama Via, mati aja lo.” Ancam Darren dingin, dan seketika itu juga Putra langsung melepaskan pelukannya. Dilihatnya Via masih tertawa dan Darren masih menahan malu, ia memeluki dirinya sendiri pula. Takut ada yang meluk lagi.
Sadar akan kekacauan (bukan kekacauan juga sih) yang ia perbuat, ia langsung meminta maaf. Masih dengan cengiran dan tawa khasnya.
“Sorry, mabroh. Kan kangen, boleh ya, Vi, gue peluk Darren? Hehehe. Eh, gue main dong ke rumah lo. Cokes nih...” ucapnya dengan mata melas.
Jelas dong kalau Darren pasti menolak, orang rencananya mau berduaan sama Via.
“Gak! Gak boleh!” tandasnya. Final.
Tapi Dewi Fortuna lagi mengitari Putra karena Via mengijinkan. “Yelah, Darren, sobat kamu sendiri masa gak boleh main sih?”
Dan Darren melotot be-ge-te begitu mendengar Via membela Putra.
“Lha? Kok kamu belain dia?” serunya.
“Ye biarin, amal ibadah. Udah deh, gak pake lama. Laper nih!” balas Via, judes. Dan sepertinya gak mau mendengar alasan-alasan Darren yang lainnya.
Secara terpaksa akhirnya Darren mengijinkan Putra untuk main ke rumahnya.
Sampai di rumah, bukannya sang empunya rumah yang masuk duluan, tapi malah tamu yang masuk duluan. Ya iya, si Putra itu langsung ngloyor masuk ke rumah Darren duluan dan jalan menuju ruang makan.
Darren jadi empet sendiri begitu melihat Putra sudah duduk tenang di meja makan, mulai membalikkan piring makanan dan mengambil sendok-garpu.
Bukannya malu, tapi Putra malah semangat mengajak Darren dan Via makan.
“Ngapain lo berdua matung disitu? Ayo makan! Laper nih gue!” teriak Putra yang langsung menyerbu nasi, sayur, lauk-pauk, dll.
Darren menggeram gemas, tapi Via menenangkannya.
“Udah, jangan marah. Paling dia lagi kumat.” Ucap Via.
Mereka berdua langsung menyusul Putra untuk makan.
Selama makan, Darren benar-benar tidak menikmati makan siangnya itu. Padahal, pembantunya masak yang enak-enak siang itu. Darren sibuk memerhatikan Putra yang tingkahnya lama-lama aneh. Makannya lahap sekali. Sering kali nambah. Bahkan ia malah gak sungkan menawarkan Darren sang empunya rumah untuk nambah makan.
Karena tak tahan lagi melihat sobatnya itu aneh, Darren menegur Putra.
“Put, lo kenapa sih? Kok aneh gitu?”
Putra sibuk mengunyah, kemudian menelannya.
“Aneh apa ya? Perasaan ini tetap gue deh, Putra yang tetap ganteng, kece, jago main drum, calon presiden Indonesia, calon pacar yang baik, calon suami yang ganteng dan bertanggung jawab, calon...” belum selesai mengatakan lanturannya, Darren sudah memotong kalimat Putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moment With You
Novela JuvenilKesel gak sih kalau kita harus didepak ke negara lain? Hal inilah yang dialami oleh Via. Ia didepak orangtuanya, dan dipulangkan ke Indonesia. Apalagi kedua orangtuanya menyuruhnya tinggal di rumah Tante Lydia, teman baik mamanya, yang mempunya anak...