8

1.5K 265 29
                                    


Kangen ya?

Kangen ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yoora meletakkan segelas teh diatas meja untuk ibunya. Perempuan yang sudah berusia lanjut itu tersenyum dan menggumamkan ucapan terimakasih untuk putrinya. Yoora membalasnya dengan senyuman juga dan duduk disamping ibunya.

"Suamimu kapan pulang?" Tanya Hyera pada anak sulungnya itu.

"Dia bilang akan pulang lusa kalau tidak ada pekerjaan tambahan lagi. Ibu tau kan dia mirip dengan ayah kalau soal bekerja." Sahut Yoora dengan suaranya yang terdengar sedikit jengkel.

Hyera tertawa kecil lalu mengusap punggung tangan putrinya. Yoora selalu mengingatkannya saat dia muda dulu.
Kemudian wanita itu menghela nafas. Pikirannya kini tertuju pada putra bungsunya.

"Bagaimana kabar Loey?"

Yoora melirik sedikit pada ibunya. "Dia baik-baik saja kok." Jawabnya lalu mengigit biskuit coklat favoritnya.

"Oh ya, apa kau sudah bertemu dengan calon istrinya? Seperti apa dia?" Tanya Hyera lagi.

Yoora mengerutkan keningnya sebentar. "Dia cantik, sangat cantik. Tapi aku rasa dia blasteran karena wajahnya tidak terlalu mirip dengan wanita Korea biasanya."

Hyera mengangguk lalu menghela nafas. Setengah kasihan pada anak laki-lakinya yang sedari dulu tidak bisa bertindak sesuai keinginannya. Bahkan pernikahannya hanya sebatas untuk memenuhi ambisi dari ayahnya Loey. Hyera sendiri tidak bisa melakukan apapun untuk menahan keinginan suaminya.

"Ibu, ibu melamun lagi." Ujar Yoora.

"Ah maaf." Hyera tersenyum tipis. "Ibu hanya merindukan Loey, sudah lama sekali dia tidak kesini."

"Nanti aku akan menyuruhnya datang."

"Kalau begitu, sekalian saja suruh dia membawa calon istrinya."

Yoora tertawa tapi akhirnya mengangguk.

***

Zeline menghembuskan nafasnya dengan perasaan letih. Dia lalu mendudukkan tubuhnya diatas bangku didepan sebuah kelas, kemudian meneguk minumannya dengan rakus.

Dia dari tadi kebingungan mencari salah seorang dosennya. Zeline harus menyerahkan sebuah tugas yang deadline-nya adalah hari ini. Sialnya, dosennya itu seperti tidak tau apa itu teknologi. Dia menyuruh tugas itu selesai dengan berbentuk kertas yang sudah dijilid rapi.

Zeline cukup mendengus saja mengingat itu. Padahal kalau dalam berbentuk file, tugas tersebut cukup dikirim melalui email dan Zeline tidak perlu merasa lelah seperti ini.

"Astaga!" Zeline berjengit kaget saat merasakan sesuatu yang dingin menempel pada pipi kanannya. Dia menoleh dan menemukan William tengah tersenyum padanya. Zeline yang melihat itu jadi ikut tersenyum.

Learn [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang