19

1.4K 256 31
                                    







*** Happy reading ***




Irene masih mengerjakan tugas kuliah yang diberikan oleh dosennya. Walau dengan mata yang sudah mengantuk dia tetap ingin menyelesaikan tugasnya malam ini. Dalam hati, dia menggerutu kesal pada sang dosen yang kabarnya akan segera pensiun dan digantikan oleh dosen baru yang ternyata adalah anaknya.

Irene hanya berharap jika anak dosennya itu tidak seperti ayahnya.

"Kau masih belum selesai?" Tanya Junmyeon yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Belum oppa." jawab Irene sedikit merengek.

"Aku akan membantumu kalau begitu, mana yang belum selesai?" Tanya Junmyeon seraya mendekati Irene dan kini berdiri disamping istrinya.

"Tidak perlu, lagipula ini sebentar lagi selesai kok. Tapi kalau oppa mau membantuku tolong ambilkan air putih ne?" Pinta Irene.

Junmyeon tersenyum simpul lalu mengusap pelan rambut Irene, "baiklah tunggu sebentar."

Pria itu kemudian melangkah keluar dari kamar menuju dapur. Beberapa menit setelahnya dia datang dengan membawa segelas air untuk istrinya.

"Gomawo." Ujar Irene dengan senyuman. Dia lalu menegak air yang dibawa oleh Junmyeon dan melanjutkan kembali aktivitasnya.

Sedangkan pria Kim itu mendudukkan diri di ranjang dan bersandar seraya membaca buku.

Menit-menit berlalu dan Irene sudah selesai dengan tugasnya. Dia beranjak dari kursi dan menghambur ke atas tubuh suaminya. Junmyeon berjengit kaget tapi kemudian hanya tersenyum saja. Tangan pria itu lalu terulur untuk mengusap rambut Irene.

"Oppa." Panggil Irene, suaranya terdengar manja.

"Hm?" Gumam Junmyeon.

Irene tidak menjawab, dia hanya diam saja seraya memperhatikan buku yang Junmyeon baca.

"Kau sudah berbaikan dengan Zeline?" Tanya Junmyeon tiba-tiba.

Raut wajah Irene seketika berubah kesal. Wanita itu kemudian bangkit dari tubuh Junmyeon dan beralih untuk berbaring disamping pria itu.

"Aku tidak ingin membicarakannya." Sahut Irene lalu menutup tubuhnya dengan selimut.

Junmyeon menghela nafas, "baiklah. Aku tidak akan memaksa." Dia menyimpan bukunya di meja lalu berbaring. "Tapi Irene-ah," Junmyeon menghela nafas. "Apa kau tau alasan kenapa dia melakukan itu?"

Irene yang tadi memejamkan matanya sontak membukanya kembali. Pertanyaan Junmyeon barusan membuatnya terdiam.

"Dia sahabatmu bukan? Kau seharusnya sudah paham tentang dirinya." Lanjut Junmyeon.

"Tapi aku bukan sahabatnya." Tukas Irene.

"Kata siapa?" Balas Junmyeon. Tangannya kembali terulur untuk mengusap rambut Irene.

"Jika kau memang benar menyayangi Zeline dan menganggapnya sebagai adikmu, temui dia dan dengarkan semua alasan kenapa dia melakukan itu. Bohong atau tidaknya perkataan Zeline, kau bisa menilainya sendiri. Tapi kalau kau tidak mau, aku tidak akan memaksa. Hanya saja, jangan terlalu lama kecewa padanya karena kau tidak akan mendapatkan apapun kalau kau terus menyimpan perasaan kecewamu pada Zeline." Junmyeon menjelaskannya dengan sangat hati-hati. Dia tidak ingin Irene punya prasangka bahwa dia membela Zeline.

"Baiklah, aku akan mencobanya nanti." Ujar Irene kemudian. Junmyeon tersenyum lalu mengecup kening istrinya, "bagus." Ucapnya.

"Tapi oppa harus menemaniku jika ku menemui Zeline nanti."

Learn [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang