Jengah? Tentu saja.Jungkook bahkan tak mengira Soorin akan kecanduan game yang di unduhnya dalam smartphone dua jam lepas itu.Worms Zone.Akhir akhir ini game tersebut memang tengah naik daun.Jelas saja Soorin tak mau ketinggalan euphoria game action itu, terbukti dengan ia tak segan untuk berteriak dan mengumpat saat cacing yang dikendalikan berhasil membunuh cacing lain atau malah sebaliknya.Terbunuh.
Demi tuhan, gadis itu berisik sekali.Jungkook sampai menghentikan aktivitasnya membaca manga karena pecah konsentrasi oleh teriakan Soorin.Dan satu poin yang membuat Jungkook sangat kesal, pemuda itu sedari tadi berada di dekat Soorin namun diabaikan begitu saja.Soorin sama sekali tak menoleh barang menjawab apa yang Jungkook tuturkan.Sungguh Jungkook tak suka hal itu.
"Hei, bisakah kau sudahi game mu itu?" Celetuk Jungkook terlampau jengah pada situasi yang sedari awal tak menguntungkannya.
"Jangan bicara yang tidak tidak, Kook.Kau gila menyuruhku berhenti? Ini seru sekali.Eh...eh...kuda kepalaku menabrak ekor." Rancaunya seraya memiringkan tubuh ke kiri, seolah ia benar benar akan menabrak sesuatu jika tidak bergerak saat itu juga.
"Kau yang seperti orang gila."
"Diamlah.Aku sedang mencoba membunuh cacing raksasa," jemarinya menyelipkan beberapa anak rambut ke belakang telinga, "Cacing alaska datanglah pada papa."
Gadis ini benar benar gila!
Tak ada cara lain untuk menghentikan kegilaan ini, cepat saja jari Jungkook menggeser layar Soorin ke kanan.Cacing putih milik Soorin menabrak pembatas merah.Game over.Gadis itu seketika berteriak, antara kesal dan kecewa.
"Yak Jeon Jungkook, apa yang kau lakukan? Kau membunuh cacing ku."
"Bukankah itu bagus, kau tidak cacingan lagi bukan?"
Soorin mengerucutkan bibir, "Jeon Jungkook gila.Menyebalkan.Sebenarnya apa masalahmu denganku.Bukankah aku tidak mengganggumu hari ini?"Soorin menuntut keterangan pada Jungkook, tidak terima begitu saja perlakuan dari pemuda itu.
"Memang tidak sih.Tapi kau berisik, bahkan kau melupakan segala hal karena cacing itu."
Alis Soorin menukik turun dengan sudut mata yang menajam, tak bertahan lama hingga sepuluh detik berlalu ceruk bibirnya menggambar sebuah smirk.Ia lalu tertawa.
"Apa kau sedang mencoba mengatakan ingin di perhatikan, Kook?" Alis Soorin naik turun menggodanya yang malah membuat Jungkook mengernyit jijik.
"Jangan mengada ada."
"Aku tidak mengada ada.Kau pasti kesal karena aku mengabaikanmu kan.Utututu saudaraku, kenapa kau lucu sekali?" pipi Jungkook sudah menjadi bahan cubitan Soorin.
"Kau sakit, Soorin."
Dalam satu kedipan mata Jungkook bangkit dan menarik lengan Soorin yang sesegera mungkin mempertahankan diri tetap pada posisinya.
"Aku hanya bercanda, Jungkook.Jangan mengusirku."
"Kita keluar jalan jalan."
🍂
Nuansa klasik khas kesederhanaan restoran pinggir kota begitu terasa.Jendela panjang menghadap bahu jalan, meja kayu bundar tersebar di titik titik strategis lengkap empat kursi yang melingkarinya.Dinding restoran dilapisi papan kayu berpelitur, dimana terpasang beberapa hal yang berhubungan dengan musik disana, seperti foto musisi Mozart dan Beethoven.
Disisi barat restoran, dibuat panggung live music setinggi lima puluh sentimeter.Telah disiapkan pula alat alat musik di atasnya.Gitar, Celo dan sebuah piano yang kini tengah dimainkan sekumpulan anak anak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Go
FanfictionJeon Jungkook hanyalah pemuda kesepian yang terjerat akan masa lalunya yang kelam.Satu tahun berharganya dilewati dengan mengasing seorang diri dalam kesunyian distrik Buam dong. Dunia Jungkook hanyalah mengenal hitam dan abu abu lantas tersentuh...