Semanis Kkultarae

147 24 38
                                    

     Sudah sejak satu menit lalu Tuan Jeon meninggalkan apartemen putranya.Jikalau saja tak ada telepon penting dari kantor, sudah pasti ia tak akan pergi.Dan kini Jungkook telah duduk berdua bersama Soorin di sofa, dengan gadis itu mengolesi obat diluka Jungkook dengan telaten.

Rasanya panas dan perih saat obat dari Soorin mengenai kulitnya.Tapi Jungkook tak sampai menjerit.Ia lelaki, dimana harga dirinya jika karena luka kecil begitu saja ia menjerit seperti seorang wanita.

"Kenapa tanganmu bisa sampai ketumpahan air panas dari dispenser? Sebenarnya apa yang kau pikirkan?" Serang Soorin disertai tatapan sinisnya, meski demikian ia tetap melanjutkan acara mengobati tangan Jungkook.

"Tidak apa apa."

Menimbun kebohongan mungkin sudah hobi Jungkook sekarang.Tapi jika dipikir pikir akan lebih buruk lagi kalau Soorin tau alasan yang sebenarnya.Mungkin Jungkook sudah tak memiliki wajah untuk ia tampakkan lagi.

"Huh." Soorin kesal dan menekan luka Jungkook sedikit keras.

"Awww ini sakit bodoh." Lantang Jungkook dengan ekspresi yang menyuratkan akan rasa kesakitan.

"Rasakan.Siapa suruh kau tak mau jujur.Mengataiku bodoh pula.Dan apa apaan, sedari tadi kau bertingkah seperti seorang gentleman.Hey, aku tak akan kagum dengan image yang berusaha kau bangun itu, Tuan muda Jeon." Soorin ganti menggerutu saat sadar bahwa Jungkook sedari tadi menyembunyikan kesakitannya.Berpura baik baik saja padahal sebenarnya ingin memekik kesakitan.

"Kau menghujatku seperti netizen.Tak memandang dirimu sendiri yang hanya diam bak putri raja dihadapan appa ku.Apa kau pikir appa ku sedang mencarikan jodoh untukku sehingga kau harus bersikap anggun agar dipilih?"

Ini adalah kalimat terpanjang yang diucapakan oleh Jeon Jungkook.Kalimat terkutuk yang membuat Soorin malu setengah mati.

"Sialan.Aku tidak berpikir seperti itu."

      Bantal sofa melayang kearah Jungkook bertubi tubi, membuat pemuda tersebut terpojok di sudut sofa.Tawanya terdengar nyaring dan bebas, melihat Soorin menutupi rasa malu dengan menghakiminya.Jungkook sampai tak peduli akan rambutnya yang berantakan mulai menutupi wajah.Mencoba menjadi normal ternyata tak seburuk yang ia bayangkan sebelumnya.

🍂

     Ufuk barat yang mulai memerah menandakan bahwa Soorin harus mengakhiri pekerjaanya.Kakinya melangkah riang disepanjang jalan berbarengan dengan bibirnya yang mendengungkan sebuah lagu.Mengabarkan pada alam sekitar bahwa hatinya sedang sangat baik.

      Lagu yang ia senandungkan mendadak berhenti, pun dengan kaki jenjangnya yang terpaku ditempat.Matanya memicing.Kenapa sosok itu berada disana? dan sejak kapan ia berada disana?

"Donghwa?"

Pemuda yang tengah duduk dihalte tersebut berdiri rikala menyadari Soorin berada tak jauh dari tempatnya.Berlari kecil menghampiri Soorin yang masih bergeming.

"Kenapa kau bisa disini?"

"Aku menunggumu pulang kerja."

"Sejak kapan?"

Arloji stainless steel dipergelangan tangan kiri menjadi pusat perhatian Donghwa sekarang.

"Setengah jam yang lalu mungkin." cengiran manis ditampakkan olehnya.

Nafas berat dihela oleh Soorin, "Kenapa harus melakukannya? kenapa harus menungguku pulang? Dan bahkan kau tak membawa mobil kesini?"

"Aku memang sengaja ingin naik bus denganmu.Lihat, busnya sudah datang.Kajja." Donghwa menarik halus pergelangan Soorin.Mengajak gadis itu sedikit berlari agar tak tertinggal oleh bus.

Let's Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang