Rasa tidak mengerti turun bagai gerimis menghujam kepala Soorin.Ia masih berjalan tertatih—menyeimbangkan langkah dengan Donghwa yang tengah menarik pergelangan tangannya.Entahlah apa isi kepala dari pemuda itu, tiba tiba datang lalu membawa Soorin pergi tanpa persetujuan.Pun tanpa berpamitan pada Jungkook yang hanya bisa menatap sayu kepergian keduanya.
"Donghwa berhenti!"
Sama sekali tak ada pengindahan atas permintaan Soorin.Donghwa tetap memutuskan berjalan menuju tempat ia memarkirkan mobil, sekitar tujuh meter di depan sana.
"Donghwa kubilang berhenti!" Soorin menghentak tangan Donghwa kasar hingga cengkeramannya terlepas.Barulah si pemuda berhenti.Berbalik dengan bahu yang sedikit naik turun.
"Kamu kenapa, sih? Kenapa narik narik aku kayak gini? Aku salah apa?" Langsung saja Soorin membombardir Donghwa dengan beragam pertanyaan yang tercekal erat di benaknya.
Donghwa masih diam.Nampak seperti berusaha mengontrol suasana hatinya.Barangkali ia salah memutuskan singgah di tempat itu dan berkeliling untuk melihat lihat keramaian.Nyatanya ia justru mendapati Soorin berada di tempat yang sama.Bersama seorang pemuda, terlihat mesra dan Donghwa tak menyukainya.
Satu tarikan napas dalam di sertai pejaman sepasang mata Donghwa lantas berujar penuh penekanan, " Ku mohon jauhi dia.Jauhi Jungkook itu!"
Apalagi yang harus Soorin lakukan melotot penuh ketidakpercayaan.Perintah macam apa itu.
"Kenapa harus? Jungkook itu klien ku."
"Jauhi saja dia dan lupakan soal pekerjaanmu itu, Soorin."
Alih alih mengiyakan, Soorin malah tertawa dilanjutkan dengan tersenyum sinis.Menatap Donghwa tepat di maniknya—menantang.
"Lelucon apa yang sedang kau bicarakan Donghwa? Kau memintaku menjauhi Jungkook tanpa alasan yang jelas.Dan kau bilang lupakan?" Soorin membuang pandangannya sebentar, membasahi bibir yang terasa kering, "ini hidupku.Aku yang lebih berhak."
Sekelebat angin berhembus secepat Soorin pergi meninggalkan Donghwa yang terpaku di tempatnya.Meremat surai frustasi, binar kekesalan di wajah Soorin semakin membuatnya ingin berteriak dan mengutuk diri sendiri.Donghwa merasa bodoh.Tapi sekali lagi, Donghwa terlalu lemah untuk mengendalikan perasaannya.Ia tak mampu meredam rasa cemburu.
🍂
Jeon Haewon sekiranya akan terus merasa was was melewati malam ini.Bukan karena kediamannya tak lagi aman dari segala bentuk kejahatan kota Seoul, melainkan karena kehadiran pemuda berkulih putih susu—Jeon Yoongi—putranya sendiri.Mendadak jiwanya merasa tidak tenang dengan berbagai spekulasi yang makin berat di kepala.Haewon amat takut suatu hal yang ia simpan rapat rapat harus menampakkan eksistensinya, mengingat bahwa ada keganjilan pada kedatangan putranya malam ini.
"Kenapa kau tak memberitahu ayah bahwa kau akan pulang?" Sekedar berbasa basi, Haewon meletakkan koran harian dan menghampiri Yoongi untuk mendekapnya sebentar.
"Aku ingin membuat kejutan untuk ayah.Jika biasanya ayah yang mengunjungiku kali ini biarkan aku yang mengunjungi ayah."
Dan kau benar benar telah berhasil membuat ayahmu terkejut Yoongi.
"Ah kau pasti sangat lelah.Istirahatlah!" satu tepukan di bahu kiri menyemai sebuah senyum tipis pada bibir Yoongi.
"Bi, antarkan Yoongi ke kamarnya." titahnya pada si wanita tua yang belum undur diri dari tempat itu.
Mendengar perintah dari sang atasan, wanita tua tersebut mengangguk hendak mengambil alih tas tangan Yoongi namun ditolak oleh si pemilik, "Tidak usah ahjumma.Biar saya bawa sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Go
FanfictionJeon Jungkook hanyalah pemuda kesepian yang terjerat akan masa lalunya yang kelam.Satu tahun berharganya dilewati dengan mengasing seorang diri dalam kesunyian distrik Buam dong. Dunia Jungkook hanyalah mengenal hitam dan abu abu lantas tersentuh...