Zona nyaman

157 23 24
                                    

  Jungkook merasa aneh pada Soorin hari ini.Semenjak tiba diapartemen gadis itu tak berhenti tersenyum.Sekiranya pasti ada suatu hal yang membahagiakan hatinya.Tak tahan dengan sikap Soorin, Jungkook menawarkan diri bertanya.

"Kau kenapa? Apa sekarang kau benar benar gila?"

Biasanya gadis itu akan mencak mencak tak jelas meluapkan kemarahan.Sekedar mengeluarkan umpatan hari ini pun tidak.Bahkan seulas senyum yang Jungkook dapatkan.Bingung? jelas.Jungkook dibuat berkali lipat berpikir.Menghabiskan roti panggang dipiring pun rasanya tak jenak.

          Sadar akan wajah Jungkook yang haus akan rasa penasaran, Soorin terkekeh.Meneguk terlebih dahulu segelas susu yang tadi ditawarkan Jungkook sebelum meluruskan benang kusut yang membayangi pemuda gondrong diseberang meja.

"Tidak usah pusing seperti itu.Habiskan dulu sarapanmu, nanti ku beri tau." Menepikan gelas yang telah kosong dari hadapannya sehingga leluasa lengan Soorin terlipat diatas meja.Ia menanti Jungkook menghabiskan sarapannya yang hanya tersisa beberapa suap.

        Sudah tak tahu lagi Jungkook akan jalan pikiran Soorin.Senyum yang tengah terkembang kearahnya itu terlihat sangat ambigu.Tak ingin terus terusan terbelenggu oleh rasa penasaran, Jungkook mempercepat kunyahanya.Memaksa kerongkongannya naik turun menelan dengan hitungan yang sedikit terburu.Sial sekali.Soorin sungguh membuatnya penasaran.

🍂

  Dengan penuh semangat gadis itu menarik Jungkook yang hendak menjatuhkan diri keatas sofa.Membuatnya hampir saja tersungkur jika saja tidak cepat menyeimbangkan dengan gerak Soorin.

Jungkook mematung dihadapan pintu yang terbuka lebar, menghempas tangan Soorin begitu saja, membuat si empunya menoleh ke belakang.

"Kenapa berhenti?"

Masih tak ada jawaban.Hanya Jungkook yang tetap diam mempertahankan wajah tegangnya.

"Ayo keluar menikmati musim semi." ajak Soorin berusaha membujuk Jungkook agar melangkahkan kakinya lagi.

"Aku tak bisa.Diluar sana bukan duniaku" Pemuda itu berbalik hendak membuat harapan Soorin pundung.Jungkook masih tak ingin meninggalkan apartemennya.

"Jeon Jungkook." Panggil Soorin dengan lantang.Jemari putihnya menggenggam pergelangan Jungkook, menghalangi pemuda itu berjalan lebih jauh kedalam apartemen.

"Sampai kapan kau akan begini? sampai kapan kau akan menghindari dunia luar?" Pertanyaan sederhana yang terasa disisipi sebilah cutter yang mengiris batin Jungkook pelan.

"Kau tak tahu bagaimana hidupku yang sebenarnya.Kau tak tahu ketakutan yang selama ini ku alami.Tolong jangan mempengaruhiku." Datar dan penuh luka.Soorin dapat merasakan kepedihan dalam setiap kosa kata yang Jungkook keluarkan.

"Kau benar aku tak tahu apa apa tentang kehidupan mu.Tentang hal yang membuatmu seperti sekarang aku tak tahu.Tapi apa karena ada hal pahit dimasa lalu mu kau harus menyiksa dirimu sendiri seperti ini? Apa dengan kau menghindari dunia kau merasa bahagia?"

Jungkook kehilangan kata kata saat Soorin mengungkap kalimat yang terakhir.Apa dengan kau menghindari dunia kau merasa bahagia? tentu saja tidak.Jungkook hanya bisa merasakan perasaan bersalah yang semakin dalam.Kegelapan yang mendominasi bertambah pekat.

       Tercenung dan bungkam memikirkan apa yang Soorin ujarkan.Jungkook merasa kesepian mengingat hari harinya yang hitam selama ini.Lalu kedua tangan Soorin mendekap tangan kanannya hangat.Membagikan sedikit semangat lewat iris bersihnya pada Jungkook.

Let's Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang