Changes

158 30 26
                                    

    Suara mesin AC mendominasi ruangan yang sedang dihuni dua namja dimana keduanya hanya duduk berhadapan dalam diam.Tidak.Keduanya sedang tidak bertengkar.Hanya saja hal yang terlalu sensitif membuat keraguan menyusup agar mereka tidak berkata kata.

"Bagaimana hyung?" Tanya pemuda bercardigan abu abu pada namja didepannya yang mengenakan jas putih lengkap dengan kacamata yang nangkring manis dihidung mancungnya.

Yang ditanya tak lekas menjawab.Meloloskan napas berat atas beban yang mengganggu pikirannya.

"Persentase untuk sembuh semakin menurun."

Pemuda yang dipanggil hyung itu menyerahkan hasil pemeriksaan kesehatan pada pemuda dihadapannya yang wajahnya mulai menegang.

Masih tak percaya akan apa yang dokter itu ucapkan, ia telusuri lagi kertas yang berada di tangannya.Ruangan terasa semakin senyap dan dingin.Tubuhnya seolah dibawa menuju sebuah kubangan hitam yang memilukan.

"Hyung bagaimana ini? lakukan sesuatu." Ia terus mendesak berharap pemuda berkacamata itu punya solusi untuknya.Kematian begitu menakutkan untuk ia bayangkan sekarang.

"Maafkan aku.Aku hanya seorang dokter, bukan tuhan.Aku tak bisa berbuat banyak.Berdo'a saja supaya tuhan mendatangkan keajaiban dan aku akan berusaha semampuku untuk membantu."

Kalimat terakhir yang membuat batin semakin teriris sebelum ia pergi meninggalkan ruangan serba putih tersebut.Donghwa tak tahu harus apa ia sekarang.

🍂

    Kerinduan yang menguasai diri dengan arogan tersiram akan sebuah kebahagian yang menderas layaknya hujan.Tuan Jeon sekali lagi bertanya pada dirinya sendiri, mungkinkah pagi ini ia masih tertidur dan bermimpi indah?Duduk dengan Jungkook dalam satu ruangan.Meneliti wajah anaknya dengan seksama.Bahkan meski pemuda itu tak banyak berkata kata padanya, sedikitpun tak mengurangi perasaan yang membuncah dalam hati Tuan Jeon.

"Ada apa ayah kesini?" Selarik kalimat sederhana diajukan Jungkook pada ayahnya.Mungkin saja bisa sedikit mengurangi suasana senyap yang entah mengapa sekarang bisa menyelimuti mereka.

Padahal biasanya apartemen Jungkook tak akan pernah sepi dari ocehan.Kemana sikap bar bar Soorin beserta segudang kecerewetannya? Kenapa gadis itu berubah bak seorang Miss Korea yang anggun?Duduk diam memangku tangan dengan sesekali tersenyum pada ayah Jungkook saat beliau melihatnya.Bagus, apa sekarang ia sedang membuat image didepan tuan Jeon?

"Ayah hanya ingin mengunjungimu."

"Oh." Singkat Jungkook sebelum ia beranjak dari duduknya.

"Mau kemana?" cepat Tuan Jeon ketika sadar Jungkook akan meninggalkan tempatnya.

"Menyambut ayahku dengan secangkir kopi."
Entahlah Jungkook itu tidak pandai berekspresi atau bagaimana.Tapi yang jelas wajah dan aksen suaranya masih tersemat kata 'dingin' saat mengucapkan kalimat tadi.

    Tuan Jeon sudah tak peduli lagi dengan mimik, nada atau apalah itu.Yang terpenting bagi kebahagiaan hatinya adalah Jungkook sudah berubah.

Ia melirik gadis yang sedari tadi duduk diam di sampingnya.Merengkuh punggung tangan Soorin dengan kedua tangan hingga gadis tersebut tersentak.Menoleh dengan mata membulat.

"Jeongmal gomawo."

Sepatah katapun tiada yang keluar, tapi Soorin bisa menangkap gerak bibir dari Tuan Jeon.Wajah penuh kegembiraan pria itu membuat Soorin mengulas senyum.Ia paham bagaimana perasaan Tuan Jeon.Pasti rasanya seperti menemukan kembali sepotong puzzle terakhir yang hilang didalam tumpukan salju.Satu kebahagiaan Tuan Jeon telah kembali.Dan ia menunggu kapan satu perubahan dari Jungkook lagi melengkapinya dengan sempurna.

Let's Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang