Bukan Superhero

171 39 29
                                    

      Sebuah ruangan bercat putih diterobos dengan begitu saja, Soorin sudah hafal tempat ini dan juga seorang pria yang tengah berkutat pada laptop diatas meja.

"Kau tadi bilang sebentar lagi.Ini sudah 25 menit." Tukas pria itu.Perlahan mulai mengalihkan pandangannya pada Soorin yang baru saja duduk disebrang meja.

"Apa yang kau pikirkan? Buam dong ke sini itu memakan waktu." Sudah selayaknya Soorin protes.Apa pria itu pikir bus akan segera datang saat Soorin membutuhkannya? Huh, lucu sekali.

"Hey bocah, aku lebih tua darimu.Panggil aku dengan benar." pria itu malah protes.Menyebalkan sekali.

"Ne, Hoseok ssi." bola mata Soorin merotasi.

"Yak, tidak begitu juga."

"Haish, kau banyak maunya.Cepatlah Hoseok oppa.Kenapa kau memanggilku kemari?" Soorin terlalu malas mendengar ocehan unfaedah dari Hoseok.Segera ia mengacu pada inti permasalahan.

"Seokjin hyung menitipkan ini padamu." Jemari panjang Hoseok mendorong sebuah kertas diatas meja kearah Soorin.

Hanya melihat secarik kertas itu saja keresahan menyerang Soorin dengan tiba tiba.Padahal apa yang bisa dilakukan selembar tulisan diujung jari Hoseok hingga membuat ia ketakutan?

  Jemarinya gemetar mengambil alih kertas tersebut dari Hoseok.Sejumlah pengharapan ia suarakan dalam lubuk hati terdalam ketika sedikit demi sedikit kertas itu terbaca olehnya.

"Bagaimana?" Hoseok segera mengungkapkan rasa penasarannya.Semakin khawatir ketikan lengosan panjang keluar dari belah bibir Soorin.

"Sebentar lagi kontrak ku memang harus berakhir."

Soorin melipat lagi kertas ditangannya, lantas meletakanya diatas meja Hoseok.Pria itu bergeming.Bola matanya bergerak tanda berpikir.Ia mencoba memastikan otaknya sedang tak salah tanggap.

"Tak apalah ini sudah konsekuensi.Tapi aku berharap ini masih bisa menunggu sampai aku menyelesaikan tugas terakhirku disini."

Lengkungan berupaya ia tampakkan.Berharap kan terlihat bahwa ia baik baik saja.Tapi siapapun tahu itu senyum ketegaran yang mengandung setumpuk luka dan kecewa.

Hoseok hanya menatap Soorin sendu, ia tak bisa berbuat lebih banyak lagi untuk gadis dihadapannya.Maka yang bisa ia lakukan hanyalah menggenggam tangan Soorin yang terasa dingin.Mencoba menghangatkan perasaan yang sama dinginnya itu dengan senyum yang sengaja ia ulas.

🍂

   Sesulit apapun keadaan, tanggung jawab harus tetap berjalan.Mungkin itulah yang memotivasi Soorin untuk tetap bertahan menghadapi Jungkook.Setelah senyum perdana yang ia saksikan Jungkook masih saja menjelma menjadi seorang kaku yang menyebalkan.

"Kook, aku bosan bermain playstation." Soorin menyuarakan kebosanannya, berharap Jungkook berinisiatif mengajaknya melakukan hal yang lain.

"Kau pulang saja."

Menghadapi Jungkook memang harus mempunyai modal kesabaran ekstra.Jika tidak, hanya ada dua piliha.Antara frustasi atau kebanyakan dosa karena sering mengumpat.

"Kau suka sekali mengusir."

 "Lalu apa mau mu?"

"Melakukan hal lain.Kita keluar melihat bunga sakura berguguran mungkin."

"Sirheo." Mutlak Jungkook bak sebuah tembok kokoh yang tak bisa untuk digoyahkan.

"Kau tega sekali pada saudara perempuanmu yang lucu ini." Wajahnya dibuat seimut mungkin dengan aksen bicara yang dibuat buat pula.Oke sekarang ia persis seperti ratu drama.

Let's Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang