This Is My Reason

61 17 1
                                    

  Suatu hal mengikat Soorin kelewat erat hingga rasanya gadis itu tersiksa dengan segala aktivitas yang dijalani.Beberapa hari terakhir ia diteror kekhawatiran yang muskil diajak kesepakatan damai.Soorin tak dapat berpikir dengan benar.Hatinya pun tiada bisa tenang.

"Bruk."

"Aduh."

Tubuh Soorin terhuyung ke belakang setelah menubruk punggung Jungkook.Ah, mungkin petuah yang sering ia dengar dari sang ayah memang benar.Berjalan dengan melamun dapat mendatangkan masalah.Dan hari ini Soorin mengalaminya.

"Ish kalo berhenti ngomong dong!"

Jungkook berbalik berhadapan dengan Soorin dalam satu garis lurus, "Yang suruh jalan ngelamun siapa?"

Soorin tertohok.Merengut seperti biasa, "Iya iya aku salah."

Barangkali ini lah yang menjadi alasan perasaan was was Jungkook untuk tak membiarkan Soorin pulang sendiri.Gadis itu sepertinya tengah di kepung berbagai macam masalah hingga berjalan tanpa fokus.

"Kau sedang banyak pikiran?"

Soorin menggeleng cepat, "Tidak."

"Ah ya aku lupa ini kan memang jarang digunakan untuk berpikir." Jungkook menekan dahi Soorin dengan telunjuknya bersamaan salah satu sudut bibir terangkat.

Tatapan tajam Soorin lahir dan langsung memindai Jungkook sebagai target utama.Gadis itu maju dengan tangan yang di dekatkan ke dahi Jungkook.

"Mau ngapain?" Jungkook menahan lengan Soorin.

"Balas dendam lah.Udah hina aku mana noyor segala."

Jungkook manggut manggut kecil.

"Tali sepatu kamu tuh lepas benerin dulu."

Bodohnya Soorin yang dengan mudah di bohongi Jungkook, gadis itu menunduk ke arah kakinya yang jelas jelas mengenakan selop hari ini.Dan Jungkook, pemuda itu telah lari menjauh sambil menahan tawa.Bersyukur dahinya terselamatkan.

"Jungkook."

Pekikan kesal mencuat dari mulut Soorin.Dia mulai berlari mengejar Jungkook.Kalap barangkali, gadis itu bahkan tak memikirkan hal lain kecuali membalas dendam pada Jungkook.

🍂

     Keseimbangan tubuh yang tak konsisten berakhir menghantarkan Soorin jatuh menubruk padatnya trotoar.Rintihan lambat laun terdengar, gadis itu mulai bersimpuh dengan lutut dan lengan yang sedikit lecet.

"Kau tidak apa apa?"

Tanya penuh kekhawatiran dari Jungkook menggema begitu jelas di telinga Soorin.Ia pun mengulurkan serta tangannya untuk membantu Soorin bangkit.Namun sebelum Soorin berhasil meraih pertolongan dari Jungkook, tubuhnya ditarik berdiri oleh seseorang.Lalu sosok itu menendang perut Jungkook sebelum menghajarnya tanpa ampun.

"Donghwa, berhenti! Apa yang kamu lakukan.Jangan sakiti dia." Soorin panik berusaha melerai perkelahian.

"Nggak Soorin aku nggak akan berhenti hajar dia."

Soorin kian kalang kabut.Donghwa telah di butakan oleh kabut hitam yang menutup mata serta hatinya.Gadis itu nyaris menangis melihat Jungkook yang berupaya keras melindungi diri.

"Lee Donghwa ku bilang berhenti!"

Kepalan tangan Donghwa menghantam udara, ia bangkit dengan mendecak marah.Soorin lekas membantu Jungkook bangkit, naas Jungkook justru menolaknya.Pemuda itu lantas pergi tanpa pamit, membuat Soorin tambah nelangsa.

"Kamu apa apaan, sih? Kamu mau bunuh dia di sini." Soorin menggertak.Mendorong tubuh Donghwa kuat hingga mundur ke belakang.

"Dia udah bikin kamu terluka."

"Aku jatuh sendiri, Donghwa."

"Kamu jatuh karena mengejar dia, kan?" Telunjuk Donghwa teracung ke arah Jungkook menjauh, "aku lihat semuanya.Aku nggak buta, Soorin."

"Tapi itu nggak bisa kamu jadikan alasan buat ngehajar dia kayak tadi.Kamu bisa saja buat dia merasa trauma lagi."

"Kenapa sih kamu selalu belain pemuda sinting itu?"

Pori pori Donghwa terbakar.Bukan oleh cahaya surya yang menyemut merah di ujung barat kota, melainkan telapak tangan Soorin yang baru saja menyentuh sebelah pipinya.Gadis itu menamparnya.

"Kamu yang sinting," mengatur napas, beban berat terasa menindih dada hingga terasa sesak, "kamu sadar nggak, secara tidak langsung kamu ingin menghancurkan impian aku.Aku bersusah payah membuat dia bangkit dan kau ingin membuat dia terpuruk lagi?"

Kepedihan merangkul Donghwa dalam sekejap.Air mata Soorin yang turun adalah kelemahan terbesarnya.Donghwa sangat tahu perihal impian Soorin yang ingin menyelesaikan tugas terakhirnya dengan baik, tapi Donghwa tak bisa jika harus melihat Soorin terluka.Karena itu hanya akan menabur beribu perih di hatinya.

"Tapi dia—"

Soorin meraih tangan Donghwa, menangkupnya dengan erat.Ia putuskan menatap manik si empunya,nanar jua penuh pengharapan, "Aku tahu kenapa kau melakukan semua ini.Aku pun tahu selama ini perasaanmu padaku telah berubah.Bagimu aku bukan lagi sahabat yang akan menemanimu bercanda dan mendengar segala ceritamu.Kamu menaruh harapan yang lebih.Tapi sungguh aku tak bisa untuk membalas perasaan mu itu.Ketahuilah aku sangat menyayangimu, Donghwa.Sebagai seorang sahabat yang selalu ada untukku.Aku tidak mau jikalau kamu harus terlampau kecewa atas diriku suatu saat nanti."

Pertahanan Soorin runtuh.Liquid beningnya terbuang membasuh tangan Donghwa yang gemetaran.Pilu berkelindan menguasai hati yang menggetas oleh pengakuan Soorin.Donghwa lantas di paksa bisu.Tak tahu menahu kata apa yang harus ia eja dari syaraf sadar yang dibekukan keadaan.Donghwa diam dalam kenestapaan.Air mata gugur menutup segala kesakitan.

TBC

Happy Birthday to our golden maknae, Jeon Jungkook.Wish you all the best, Koo.Tetap bahagia dan menjadi kelinci kesayangan ARMY💜.

Tetap bahagia dan menjadi kelinci kesayangan ARMY💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Gantengnya jodoh orang😭)

Dan selamat juga untuk BTS.Suatu kebanggaan bisa melihat lagu dynamit berada di puncak Billboard Hot 100 minggu ini.

Oh ya, jan lupa vote dan komennya ya man teman untuk cerita ini.Biar saya semakin semangat update

Sekian dan Terima kasih😊

#Salam Hangat Dari WahyuTel😉

Tulungagung
Selasa, 01 September 2020

Let's Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang