Makan Malam Terakhir

54 22 2
                                    

    Sekali lagi Jungkook mengusap pipinya yang lembab—memamerkan senyum pada Yoongi—dimana seketika pemuda yang lebih tua itu tertawa kecil melihat raut menggemaskan Jungkook.

"Kau terlihat aneh sebenarnya tersenyum dengan mata sembab seperti itu.Tapi tak apalah, ini momen langka." Dia tersenyum yang serta merta menghipnotis Jungkook melakukan hal yang sama.Soorin turut mengangkat kedua sudut bibir, memperhatikan betapa kedua bersaudara itu memang di beri karunia sifat yang sama.Menyebalkan.

"Hyung hati hati dijalan."Jungkook berujar lirih.Yoongi tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah, hyung pulang dulu.Kau jaga diri baik baik," Yoongi mengusap kepala Jungkook dan beralih menatap Soorin, "dan untukmu nona, terima kasih atas bantuannya."

Soorin tersenyum malu malu, mengangguk sebagai jawaban iya.

"Oh ya, ku tunggu kedatanganmu di rumah, saeng!" Suga menepuk bahu kiri Jungkook pelan yang di sambut senyuman canggung.Pulang? Jungkook masih belum memikirkannya.Buam Dong masih terasa nyaman untuknya saat ini.

"Kau juga, Soorin–ah.Aku menunggumu menjadi adik iparku."

"Hyung."

"Yoongi ssi."

Keduanya memekik dengan raut wajah tak terima.Gagal paham dengan Yoongi yang tiba tiba mengatakan hal itu.Yoongi tentunya punya alasan.Selain untuk mengusir kekakuan Jungkook, dia sadar Soorin itu punya peran tersendiri untuk Jungkook.Hanya karena gadis itu adiknya kembali hidup normal dan hanya Soorin yang bisa membujuk Jungkook untuk bertemu dengan dirinya.

Yoongi Masih terpingkal melihat  Jungkook dan Soorin yang merengut menatap satu sama lain.Namun terbesit jua rona malu pada ekspresi keduanya.

"Kalian berdua ini sensitif sekali.Ya sudah, aku pulang."

Yoongi berlalu dengan kekehan ringan yang belum jua mengabur dari pita suara.Sementara kedua orang tadi masih mempertahan posisi mereka.

"Apa kau melihatku?" Ketus Jungkook.

Soorin gemas mengangkat kedua tangan hendak mencakar wajah si lawan bicara.Namun gadis itu melengos pergi begitu saja, meninggalkan Jungkook tersenyum menatapnya heran.

Kenapa ada orang seaneh dia?

🍂

     Sang baskara terus bergerak turun.Menelusup di balik gedung pencakar langit kota Seoul.Menitipkan siluet kedamaian malam bersama mega yang di gantung pada kanvas raksasa diatas sana.Kendati sedikit lelah Soorin tetap memaksakan diri bergerak.Mengumpulkan fragmen kaca yang bercecer.Menata bantal sofa dan membereskan bekas kekacauan.Ia sungguh tak bisa mencegah diri untuk tak membantu Jungkook.Itu seperti sudah menjadi kebiasaan.

"Akhirnya selesai." Keluh Soorin dengan mengelap sedikit peluh di dahi.Memutuskan rehat sejenak, menyelonjorkan kaki diatas karpet bulu.Menengadahkan kepala bertumpu sofa, memejamkan mata dengan damai.

Sekian detik kemudian dahinya terasa dingin.Seperti ada benda yang sengaja ditempel disana.Soorin membuka mata dan langsung mendapat suguhan wajah rupawan Jungkook yang menatapnya dari atas, seraya meletakkan minuman kaleng di dahi Soorin.Pemuda itu sedikit tersenyum, sejenak membutakan Soorin pada hal sekeliling.Terpaku pada wajah bak pangeran dongeng yang balik menatapnya dalam satu garis lurus.Soorin baru saja menyadari hal itu dan kini ia merasa gugup.

"Kau baik baik saja?"

"Ah tentu saja.Kepala ku terasa lebih dingin sekarang." Soorin lekas berdalih, memejamkan mata seolah menikmati kaleng yang menyeruakkan hawa dingin di dahinya.Ia tak mau ketahuan tengah memuja kagum visual si pemberi.

Let's Go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang