Kantin rumah sakit terasa begitu mencekam bagi seorang Jeon Jungkook.Mencekiknya kelewat erat dengan kilatan masa lalu yang dibangun kembali oleh otak.Kerongkongan Jungkook mendadak kering hingga ia memutuskan menegak kembali minuman dengan terburu buru.Berusaha menyarukan kegugupan yang mendera agar tak diketahui Donghwa.Namun terlambat, pemuda manis itu sudah menyadarinya.
"Kau kenapa?" cicit Donghwa pelan.Menatap intens Jungkook yang menurunkan kembali kaleng ditangan.
Yang ditanya lekas mempertemukan pandangan keduanya.Jungkook menggeleng lantas menghela napas berat, " aku tak percaya banyak hal yang disembunyikan Soorin dariku."
Donghwa tersenyum sumbang.Kegetiran tergambar samar dari lengkung di ujung bibirnya, merangsek turun menuju dada yang mati matian ia kuatkan.
"Hmm," Donghwa berdehem, "Soorin bahkan tak memberitahumu kalo sebenarnya dia itu—"
Kalimat Donghwa terpaksa menggantung oleh interupsi getaran ponsel di saku.Lekas ia mengangkat panggilan yang berasal dari Hoseok.Ada apa? Apakah telah terjadi suatu hal buruk? Donghwa mulai khawatir.
"Ne Hoseok hyung."
"...."
Mata Donghwa melebar dengan mulut yang sedikit membuka.Lalu senyum menyapukan dirinya dalam satu kali goresan, " aku akan segera kembali."
Jungkook yang tak mengerti seluk beluk percakapan keduanya hanya diam, menanti dengan sabar potongan kalimat Donghwa selanjutnya.Namun Donghwa justru bangkit menggeser kursi usai menutup telepon.
"Ayo pergi," ia menatap Jungkook dengan selaksa kepuasan pada air mukanya, "Soorin sudah sadar."
Iris Jungkook membulat diikuti tubuhnya yang beringsut meninggalkan kursi.Bersama Donghwa ia menyusuri lorong rumah sakit.Bermacam perasaan tercokol jadi satu.Bergelegak sampai Jungkook tak mengerti apa yang ia rasakan.Sedih atau bahagia? Entah.Ia hanya ingin bertemu dengan Soorin.
🍂
Donghwa lekas menerobos pintu, bergabung dengan Tuan Jung dan Hoseok yang berdiri melingkari brankar Soorin.Sementara langkah Jungkook tertambat didepan pintu.Tiba tiba saja daksanya terasa berat ia bawa berayun.Seolah magnet menahannya untuk tak menambah langkah.Jungkook justru mundur.
Hasrat menggebu Jungkook menguap seiring deru napas yang kian memburu di indra penciumannya.Ia mendadak merasa takut.Dada terhimpit sesuatu yang tak kasat mata hingga sesak.Berulang kali ia menghela napas panjang.Jungkook pikir dia tak siap, ia takut bila nanti harus berlinang air mata di depan Soorin.
Dilain sisi Soorin melihat arah kedatangan Donghwa dengan tersenyum.Pemuda itu meraih pucuk kepala Soorin dan mengelusnya pelan.Menyalurkan kelegaan, kasih sayang dengan begitu tulus.
"Kau itu baik sekali, sih.Hoseok oppa saja bahkan tak pernah melakukan hal ini padaku." Ujarnya dengan suara parau.Hoseok tak mengatakan apa apa atas sindiran adiknya.Dia hanya mengulum senyum yang amat dipaksakan sehingga getirlah yang nampak dari sana.
Tatapan sayu Soorin menyapu paras tiga orang laki laki dihadapannya.Ada perasaan bersalah terjebak dalam hatinya menyaksikan bagaimana mereka bersusah payah untuk menjaganya.
"Maafkan aku sudah merepotkan kalian dengan kondisiku."
Mereka serentak menggeleng.Menolak mentah mentah apa yang diucapkan Soorin.
"Kami menyayangimu, nak.Kami akan selalu ada untukmu." Tuan Jung berkata pelan.Mematut irisnya agar jatuh tepat di mata Soorin.
Soorin tersenyum pada ayahnya yang masih mengenakan setelan kantor itu.Ah, ia membuat ayahnya meninggalkan pekerjaan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Go
FanfictionJeon Jungkook hanyalah pemuda kesepian yang terjerat akan masa lalunya yang kelam.Satu tahun berharganya dilewati dengan mengasing seorang diri dalam kesunyian distrik Buam dong. Dunia Jungkook hanyalah mengenal hitam dan abu abu lantas tersentuh...