Seumur hidupnya Yoongi paling benci untuk menjadi lemah, hah, bahkan mendengar kata itu saja sudah membuat telinganya berdengung sakit.
Tetapi kini dia memang terlihat sangat lemah, kau sebut apa seseorang yang berbaring seharian di atas ranjang dengan seorang anak berusia tujuh belas tahun tengah menceramahi tentang pentingnya menjaga kesehatan.
"Kau mendengarku hyung? Kau harus makan dengan teratur dan jangan hanya makan makanan instan" Yoongi memutar bola matanya malas.
Jungkook dan mulut berisiknya adalah satu perpaduan yang sempurna untuk membuat kepalanya berdenyut nyeri.
"Apa kau mendengarku hyung?"
"Hmm.." Hanya sebuah gumaman yang menjadi balasan segala omongan Jungkook yang mungkin telah menyaingi sebuah pidato kemerdekaan.
"Ya! Hyung!" Tangan Jungkook sukses mendarat di atas perut Yoongi, membuat sang empu perut melemparkan tatapan tajamnya kepada Jungkook.
Tetapi tatapan itu sudah tidak mempan kepada Jungkook, tujuh tahun mengenal pemuda itu membuat Jungkook kebal akan segala sifat tsundere milik Yoongi.
"Apa? Kau akan memukul kepalaku? Atau menendang bokongku?" Tanya Jungkook dengan kedua mata yang telah melotot garang.
Yoongi kembali mengatup bibirnya dan kemudian mengulum senyum melihat betapa imutnya Jungkook yang sedang dalam mode marah.
"Sesekali cobalah untuk mendengarkanku hyung, aku sangat menyayangimu dan tidak suka jika kau jatuh sakit seperti ini" Ucap Jungkook seraya mencebikkan bibirnya. Gerakan reflek yang selalu dilakukannya ketika kesal ataupun kecewa.
"Selain itu belajarlah untuk berbagi dengan kami, tujuh tahun kita bersahabat, kau tidak perlu merasa sendirian lagi" Yoongi menatap dengan seksama wajah Jungkook.
Siapa anak ini? Kenapa dia begitu perduli pada Yoongi yang bahkan bukan siapa-siapanya?
Tapi kata sahabat yang terlontar dari bibir Jungkook tidak dapat dipungkiri membuat hatinya menjadi menghangat.
"Kau ini" Yoongi menghela napas panjang seraya mengalihkan tatapannya.
Jika seperti ini terus dia tidak menjamin akan dapat menahan tangannya untuk tidak mencubit pipi bulat itu.
Kruuk...
Keduanya sontak terdiam ketika mendengar suara nyaring tersebut. Jungkook meraba perutnya, sedangkan Yoongi sudah menatap pemuda itu dengan dahi yang berkerut dalam.
"Aku lapar" Cengir Jungkook.
Yoongi mengulum senyum dan kemudian bangkit dari atas ranjang kecil miliknya.
"Eeh? Hyung, kau mau kemana? Kau masih sakit!" Seru Jungkook ketika melihat Yoongi berjalan menuju pintu kamarnya.
"Bukankah kau lapar? Kajja, kita pergi makan" Yoongi mengedikkan kepalanya dan kemudian membuka pintu berwarna coklat yang telah mengelupas di beberapa bagian tersebut.
Jungkook bersorak dengan girang, "kau yang traktir kan hyung?" Tanya bocah itu seraya menggantung pada lengan Yoongi.
Yoongi menaikkan sebelah alisnya melihat bagaimana Jungkook yang tengah menyandarkan kepala dengan manja pada bahunya.
Pemandangan itu semakin terlihat aneh dengan ukuran tubuh Jungkook yang seakan menenggelamkan Yoongi di dalam rengkuhannya.
"Malu dengan badan besarmu!" Yoongi menjentikkan jarinya pada dahi Jungkook.
"Hyuung!" Rengek Jungkook seraya mengelus dahinya yang sudah memerah.
Menghiraukan rengekan milik Jungkook, Yoongi memilih melanjutkan langkahnya, kedua sudut bibirnya sudah berkedut menahan senyum.
*****
Akhir pekan adalah hari yang paling dinanti oleh orang-orang, terutama oleh anak sekolah.Karena pada hari itu mereka dapat terlepas dari seluruh rutinitas yang terkadang membuat mereka penat selama enam hari ke belakang.
Tidak terkecuali dengan enam orang pemuda yang saat ini tengah asik menyantap makanan yang telah terhidang di atas meja kecil tersebut.
"Aigoo~ Sepertinya kalian sangat kelaparan huh?" Seokjin menatap kelima pemuda yang saat ini sedang memakan masakannya dengan lahap.
"Masakanmu memang yang terbaik hyung!" Ucap Jimin seraya mengacungkan kedua jempolnya kearah Seokjin.
"Tidak, tidak. Masakan Eomma yang terbaik! Masakan Jin hyung terbaik nomor dua" Bantah Taehyung membuat Jimin mengerucutkan bibirnya lucu. Seakan tengah memikirkan ucapan yang dilontarkan oleh saudaranya itu.
Seokjin menggelengkan kepalanya melihat perdebatan yang terjadi di antara Jimin dan Taehyung, ia mendaratkan bokongnya di atas kursi yang berada di sebelah Yoongi.
"Kau menikmatinya Yoongi-ah?" Yoongi yang sedari tadi hanya diam menyantap makanannya dengan khidmat kini mengalihkan atensi kearah Seokjin.
Pemuda berkulit pucat itu menganggukkan kepala sekilas karena Mulutnya sangat penuh dengan makanan saat ini.
"Haiis...!" Seokjin mencubit dengan gemas pipi yang menggembung itu, membuat sang empu pipi menyeringit tidak terima.
"Namjoon-ah! Kau jorok sekali, jangan gunakan tanganmu" Seokjin mengalihkan tatapannya kearah Hoseok yang tengah memarahi Namjoon.
"Tapi dengan tangan lebih cepat, Hoseok-ah" Ucap Namjoon membuat Hoseok berdecak kesal.
Di lain sisi, ketiga maknae juga tampak tengah terlibat dalam perdebatan sengit mengenai siapa yang akan mendapatkan potongan daging terakhir.
Seokjin menghela napas pelan melihat keributan yang terjadi di dalam rumah kecilnya, suara mereka berlima seakan mengisi setiap sudut dari bangunan tersebut.
Seokjin kembali menghela napas lelah, tetapi tidak bisa dipungkiri jika suara-suara itulah yang membuat ia bertahan selama tujuh tahun ini.
"Yoongi-ah, tolong aku untuk melerai mereka" Pinta Seokjin seraya mengedikkan dagunya kearah ketiga maknae yang masih terus berdebat.
Yoongi mengangkat kepalanya dan melemparkan tatapan tidak terima kearah Seokjin. "Kenapa harus aku?" Ucapnya dengan mulut yang masih asik mengunyah makanan.
"Bantu aku atau tidak ada lagi nasi goreng kimchi untuk selamanya" Ucap Seokjin penuh penekanan, tangannya telah menarik piring yang berada di hadapan Yoongi menjauh.
Yoongi mencebikkan bibirnya dan kemudian beranjak meninggalkan Seokjin yang terpana akan apa yang baru saja dilihatnya.
"Ya ampun, kenapa balok es itu terlihat sangat menggemaskan ketika merajuk seperti tadi?" Gumam Seokjin. Ia menopang kepala dengan tangan kirinya dan menatap Yoongi yang tengah melerai perdebatan diantara ketiga maknae.
Seketika pandangannya menjadi kabur membuat Seokjin menyeringit tidak nyaman.
"A-apa?" Seokjin membelalakkan matanya ketika mendapati sebuah siluet sayap berada di balik punggung Yoongi, tetapi salah satu dari sayap itu terlihat tidak sempurna.
Pemuda itu mengucek matanya guna memastikan jika ia tidak salah lihat tadi, tetapi sepasang sayap itu telah menghilang dan digantikan oleh sesosok orang yang tengah mengenakan jubah kelabu yang dilengkapi oleh aura hitam yang sangat mengerikan.
Napas Seokjin menjadi semakin berat ketika sosok itu menatapnya dengan manik mata yang menyerupai manik mata kucing.
Saat itu Seokjin tidak mengetahui jika ia baru saja melihat takdir sang sayap patah, takdir yang akan mengantar mereka pada sebuah petualangan yang menguras seluruh emosi dan perasaan mereka.
'Karena sesungguhnya menghabisi musuh tidaklah seberat ketika kau harus membuat sebuah pilihan, tetap mempercayai sahabat yang telah tenggelam di dalam kegelapan, atau melenyapkannya untuk menyelamatkan ribuan nyawa'
*****
Don't copy my story okay!Menurut kalian part ini gimana? 🤔
8 Juni 2020
~Weni
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Elemental : Rise of The Shadow (Complete)
FantasiaSequel of The Lost Power ***** Cahaya yang kembali bersinar terang membuat seluruh rakyat Azores bersorak dengan gembira. Mereka menyambut kemenangan sang Raja dengan penuh suka cita, berharap tidak ada lagi kegelapan yang menghampiri negri tercint...