27 (dark soul)

1.2K 234 38
                                    

Jungkook terpaku ketika mendengar ucapan Yoongi yang berada di hadapannya.

"Hahaha... Aku terjatuh di tangga, tentu saja akan tergores seperti ini" Jawab Jungkook seraya tertawa sumbang.

Ia menelan ludah dengan kasar ketika mendapati Yoongi yang menatapnya semakin intens.

"Aku seperti pernah melihat bekas luka ini" Gumam Yoongi.

Sekelebat bayangan berputar di kepalanya, bayangan Jungkook yang jatuh ter telungkup di atas tanah seraya mendongakkan kepalanya. Pada pipi kiri pemuda itu terdapat sebuah luka yang masih mengeluarkan darah segar.

"Sebaiknya kita makan siang hyung, tinggalkan saja anak cengeng ini" Sela Jimin seraya merangkul bahu Yoongi menjauh.

Yoongi menoleh dengan ragu, manik kucingnya menangkap gelagat aneh dari pemuda bergigi kelinci tersebut. Jungkook terlihat baru saja menghela napas?

Benarkah firasatnya selama ini?

Mereka menyembunyikan sesuatu dari dirinya.

*****
"Langitnya sangat indah" Ucap Hoseok yang tengah menyandarkan kepalanya pada bahu Seokjin.

"Hyung benar" Timpal Taehyung.

"Langitnya memang indah, tetapi kenapa kalian bersandar seperti ini kepadaku?!" Kesal Seokjin.

Sedangkan ke empat pemuda yang menjadi tersangka hanya terkekeh mendengarkan kekesalan yang dilontarkan oleh sang hyung tertua.

Saat ini mereka bertujuh kembali berkumpul di bawah pohon yang menjadi saksi bisu perjalanan mereka selama ini.

Seokjin yang berniat beristirahat dengan bersandar pada batang pohon itu malah menjadi sasaran kejahilan bagi adik-adiknya.

Dimulai dengan Jungkook yang membaringkan kepalanya pada pahan kanan Seokjin, disusul dengan Jimin dan Taehyung pada paha kirinya serta Hoseok yang bertumpu pada bahu kanannya.

Sedangkan Namjoon dan Yoongi hanya menjadi penonton tidak jauh dari mereka berlima.

Jika Hoseok adalah teman bermain bagi para maknae, dan Seokjin akan menjadi tempat mereka bersandar dan tertawa, maka Yoongi dan Namjoon akan menjadi ayah serta pemberi nasihat. Sungguh sebuah persahabatan yang sangat indah, saling melengkapi satu sama lainnya.

Namun Namjoon menangkap sebuah gelagat aneh dari Yoongi yang tampak duduk dengan gelisah di sebelahnya, sedari tadi pemuda itu tidak berhenti memainkan cincin yang melingkari jarinya.

Kebiasaan yang ia lakukan jika tengah berpikir keras.

"Ada apa hyung?" Tanya Namjoon. Ia tidak mencoba untuk membaca pikiran Yoongi semenjak kejadian itu.

Bukan, tetapi ia tidak bisa. Entah apa yang terjadi, ia masih dapat membaca isi pikiran dari sahabat-sahabatnya yang lain, tetapi untuk Yoongi hanya kegelapan yang dapat ia lihat.

'Mungkin ini yang dibicarakan oleh tuan Ashein'

Batin Namjoon yang teringat akan pembicaraan mereka dengan seorang tetua kerajaan tempo hari.

"Hyung?" Panggil Namjoon dengan ragu.

Yoongi menoleh dan menaikkan sebelah alisnya, membuat gestur bertanya.

"Apakah benar kau baik-baik saja?" Namjoon menahan napasnya ketika pertanyaan itu sudah terlontar dengan mulus dari bilah bibirnya.

Hening, hanya terdengar suara hembusan angin dan ketiga maknae yang tengah berdebat. Tetapi Yoongi belum memberikan tanggapan akan pertanyaan Namjoon tersebut.

"Apa maksudmu?" Tanya Yoongi kembali. "Apakah karena aku yang tiba-tiba pingsan tempo hari?"

"Tidak ada yang tengah kau sembunyikan dari kami bukan hyung?"

Yoongi terdiam, apakah Namjoon mengetahui apa yang selama ini berusaha ia sembunyikan?

Sisi gelap yang selama ini hidup di dalam dirinya, tetapi sisi gelap itu tidak lagi mengganggunya selama beberapa hari ini. Bukankah itu pertanda baik?

"Apa yang harus aku sembunyikan? Hampir di seluruh waktu hidupku, aku habiskan bersama kalian, tidak mungkin ada yang dapat aku sembunyikan bukan?" Ucap Yoongi.

Namjoon terdiam, ia tahu jika Yoongi tengah berbohong saat ini. Pemuda itu tidak pernah tersenyum selebar itu ketika berkata jujur.

"Hyung~" Rengekan manja Jungkook berhasil memecah atmosfir tidak menyenangkan yang membalut kedua pemuda itu.

"Seokjin hyung memukul kepalaku" Adu Jungkook seraya mencebikkan bibirnya.

Yoongi terkekeh ketika mendengar nada manja yang dilontarkan oleh Jungkook, adik kecilnya ini tidak pernah berubah.

"Aigoo... Kau sudah sebesar ini dan masih mengadu kepadaku?" Yoongi menaikkan sebelah alisnya, menggoda Jungkook yang semakin mengerucutkan bibirnya.

"Kau mengadukanku kepada Yoongi, Jungkookie? Tidak ada kudapan untukmu malam ini" Ancam Seokjin yang pahanya masih menjadi bantal bagi Jimin serta Taehyung.

"Yoongi hyung yang akan membuatkan aku kudapan, lagi pula masakan Yoongi hyung jauh lebih enak darimu, hyung" Jungkook menujulurkan lidahnya ke arah Seokjin.

"Siapa yang mengatakan aku bersedia memasak untukmu?"

"Ya! hyung!" Kesal Jungkook, ia melepaskan rangkulannya pada lengan Yoongi dan kemudian beranjak pergi.

"Dia merajuk" Namjoon mengedikkan dagunya kearah Jungkook yang terus melangkah menjauh.

"Aku tahu" Balas Yoongi seraya tersenyum tipis. Ia bangkit dan menepuk celananya yang kotor karena duduk di atas rumput.

"Aku akan menyusul kelinci nakal itu, jika kalian telah selesai segeralah kembali ke istana, udara semakin dingin di sini" Ucap Yoongi sebelum berlalu mengejar Jungkook yang semakin menjauh.

Tap...

Sebuah tepukan halus mendarat pada pundak Namjoon.

"Dia tulus menyayangi kita" Ucap Namjoon tanpa menolehkan kepalanya, ia tahu siapa yang telah menepuk pundaknya.

"Dia memang menyayangi kita, aku bahkan tidak habis pikir bagaimana mungkin dia dapat melukai kita terutama Jungkook seperti tempo hari" Hoseok menghela napas.

"Tetapi kita juga tidak dapat menutup mata akan apa yang sudah terjadi, kau melihatnya bukan?" Tanya Hoseok.

Namjoon tidak menjawab, pandangannya masih terpaku pada punggung Yoongi yang terlihat semakin menjauh, meski begitu kedua manik matanya masih mampu menangkap siluet sepasang sayap tidak sempurna yang berada di sana.

"Itu adalah takdirnya"

"Tetapi kita masih dapat merubahnya" Timpal Namjoon.

"Bersama-sama, kita akan menghadapinya, sama seperti sembilan tahun yang lalu" Hoseok menganggukkan kepalanya, setuju akan pernyataan yang dilontarkan oleh Namjoon.

"Kita sudah terlalu lama membiarkannya sendirian"

*****
Tersesat di hampir seluruh waktu hidup menjadikan ia tidak lagi dapat membedakan yang mana yang baik dan yang mana yang buruk.

Berdiri di antara dua sisi yang bersebrangan membuat ia harus memilih, menerima uluran tangan untuk kembali naik ke atas, atau menyelami lebih jauh kegelapan yang selama ini membelenggu.

Bagaimana jika sang cahaya tidak lagi mempercayainya?

Apakah ia benar-benar harus kembali kepada pangkuan sang kegelapan?

*****
Don't copy my story okay!

6 Juli 2020

~Weni

BTS Elemental : Rise of The Shadow (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang