"Haah..." Itu adalah helaan napas yang kesekian kalinya keluar dari mulut Soonwa.
Ia memijat pelipisnya dengan lelah, sedangkan Yoongi yang berada di hadapannya hanya mengedipkan kedua mata kecilnya dengan polos.
"Kau..." Kembali Soonwa hanya dapat menghela napas panjang.
Ini adalah yang kesekian kalinya dalam semester ini Yoongi mendapat teguran dan di skorsing dari sekolahnya.
Skorsing!
Astaga, di usianya yang baru menginjak sepuluh tahun, Yoongi telah mendapatkan dua surat peringatan dan di skorsing selama satu minggu akibat kenakalan yang dituduhkan kepadanya.
Mulai dari membolos, tidak mengerjakan tugas hingga berkelahi pernah menjadi alasan Yoongi mendapat teguran dari pihak sekolah dan Soonwa dapat memaklumi semua itu. Karena dia sangat mengenal watak dari seorang Min Yoongi.
Tetapi untuk yang satu ini rasanya terlalu-- entahlah, Soonwa sendiri tidak habis pikir dibuatnya.
Bagaimana mungkin Yoongi dituduh meremukkan jari salah satu sunbae-nya di sekolah.
Sekali lagi ia melirik Yoongi yang masih setia memasang wajah polos yang sangat menggemaskan.
"Lalu apa yang akan kau lakukan hari ini, Yoongi-ah?" Tanya Soonwa yang pada akhirnya menyerah untuk meluapkan amarahnya kepada sang adik.
Yoongi menggelengkan kepalanya. "Bagaimana jika kau ikut hyung mengantarkan koran dan susu pagi ini?" Tanya Soonwa kepada sang adik.
Yoongi tampak berpikir sejenak dan kemudian mengulas senyum manis miliknya, menyetujui ajakan sang kakak.
Disinilah keduanya saat ini, berjalan menyusuri perumahan mewah yang setiap pagi selalu diantarkan koran dan susu segar oleh Soonwa.
Sesekali pemuda itu akan menyapa dan bercengkrama dengan penghuni perumahan itu.
Sedangkan Yoongi hanya diam dan mengikuti setiap langkah kaki sang kakak, sesekali ia akan mengulas senyum tipis ketika tatapan matanya bertemu pandang orang-orang itu.
Matahari mulai beranjak naik dan tugas untuk mengantar koran serta susu telah diselesaikan oleh kedua kakak beradik tersebut.
Kini keduanya tengah duduk di sebuah taman yang terletak tidak jauh dari perumahan tadi, hanya ada keheningan yang menyelimuti keduanya.
Beginilah keseharian mereka, dengan Yoongi yang pendiam dan Soonwa yang tidak pandai memulai sebuah pembicaraan, membuat waktu mereka dihabiskan hanya dalam keheningan namun anehnya menenangkan.
Seperti saat ini, Yoongi hanya menunduk menatap kedua kakinya yang menggantung dan kemudian menggoyang-goyangkannya dengan gerakan asal.
Lalu tatapannya jatuh kepada kedua kaki sang kakak yang memiliki ukuran lebih panjang dari kedua kaki kecilnya.
"Bagaimana rasanya menjadi tinggi?" Kata-kata itu terlontar begitu saja dari bilah tipis milik Yoongi.
"Nde?" Soonwa menyeringit bingung.
"Kenapa kaki hyung lebih panjang dari kakiku?" Yoongi mendongak dan menatap wajah sang kakak dengan tatapan polos miliknya.
Soonwa menggaruk tengkuknya bingung. "Karena aku seorang kakak?" Ujarnya tidak yakin.
"Apakah seorang kakak harus memiliki kaki lebih panjang dari adiknya?" Pertanyaan aneh kembali terlontar membuat Soonwa semakin kebingungan.
"Yoongi-ah, Menjadi seorang kakak bukan hanya tentang kaki siapa yang lebih panjang, tetapi ini tentang menjaga yang lebih muda dan membimbingnya untuk menjadi seseorang yang kelak akan berguna bagi kehidupannya maupun kehidupan orang lain. Itulah tugas seorang kakak, hyung yakin kau akan mengerti semua itu setelah kau dapat menemukan sosok adik yang hyung maksud" Terang Soonwa yang telah berlutut di hadapan Yoongi.
"Lalu bagaimana aku dapat mengetahui siapa adik yang harus aku bimbing dan lindungi itu?" Yoongi memiringkan kepalanya, dengan tatapan polos yang menggemaskan membuat Soonwa tidak tahan untuk mencubit kedua pipi gembul tersebut.
"Kau akan mengetahuinya begitu kau melihat wajahnya, tidak dengan kedua mata ini" Jemari Soonwa terulur untuk mengusap kedua mata sipit Yoongi dan perlahan turun menuju ke dada yang lebih muda. "Tetapi dengan hatimu"
Yoongi memegang dadanya seraya merenungi seluruh ucapan yang dilontarkan oleh sang kakak.
"Hatiku?" Ucapnya dengan intonasi yang terkesan datar, tidak ada emosi apapun di dalamnya.
Soonwa menatap lekat manik hitam milik Yoongi, benar, dia tidak menemukan apapun di dalam sana. Seakan-akan bocah itu hanyalah sebuah tubuh hidup tanpa jiwa di dalamnya.
Bahkan Soonwa sudah lupa kapan terakhir kali Yoongi menangis ataupun berkeluh kesah kepadanya, anak itu terlalu tenang untuk ukuran bocah seusianya yang cenderung berisik dan menginginkan banyak hal.
Apakah ada yang salah dengan adiknya ini?
Soonwa menggelengkan kepalanya, "hiduplah dengan baik Yoongi-ah, dengan atau tanpa hyung" Ucapnya seraya menepuk kepala sang adik.
Yoongi berkedip dan menganggukkan kepalanya dengan lambat. Tidak yakin akan perkataan sang kakak, namun Yoongi menangkap jika sang kakak ingin ia menjadi individu yang lebih baik untuk kehidupannya kelak.
Keduanya kini tengah berjalan pada trotoar yang sangat ramai, mengingat jika saat ini adalah jam-jam sibuk bagi semua orang, terlebih lagi ini adalah hari senin dimana awal minggu baru saja di mulai.
Tangan kecil Yoongi berada di dalam genggaman tangan Soonwa yang besar, sesekali Soonwa akan bertanya apakah Yoongi lelah atau ingin di gendong saja olehnya.
"Tidak, aku baik-baik saja" Itu adalah kata yang terucap dari bilah tipisnya, meskipun ia merasakan lelah pada sekujur tubuhnya.
Yoongi terlalu pandai menyimpan segalanya seorang diri. Bukan, bukannya ia tidak percaya pada orang-orang tetapi Yoongi hanya tidak terbiasa berbagi masalahnya.
"Kenapa kau harus menolak? Kau lelah dan kau ingin digendong"
Kedua manik mata Yoongi membola ketika suara itu terdengar bergema di dalam kepalanya.
Yoongi menoleh dan mengedarkan pandangannya guna mencari tahu suara siapa itu, namun nihil, tidak ada yang tampak tengah berbicara kepadanya.
"Apakah?" Tatapannya tertuju kepada sebuah gedung tinggi yang berada di seberang jalan. Tidak, lebih tepatnya kepada kaca gedung yang tengah memantulkan bayangan dirinya.
Tetapi ada yang aneh, bayangan itu terlihat tengah tersenyum dan melambai kearahnya, seakan memanggil Yoongi untuk mendekat.
Yoongi mengerutkan dahinya sejenak, ia melepaskan pegangan tangan sang kakak dan melangkah mendekati bayangan yang masih terlihat melambaikan tangan tersebut.
"Yoongi-ah?" Panik Soonwa ketika merasakan genggaman tangannya yang terlepas.
Ia menjulurkan kepalanya berusaha mencari keberadaan sang adik diantara keramaian trotoar pagi ini.
Kedua manik matanya membola ketika mendapati siluet sang adik yang tengah berada di tengah jalan.
"Yoongi-ah!" Serunya dengan panik. Ia menerobos para pejalan kaki demi menyusul sang adik yang tengah berada dalam bahaya.
Dia semakin berteriak ketika sebuah mobil melaju dari sisi kanan dan tidak terlihat akan mengurangi kecepatannya sama sekali.
"Tidak...!"
Brakk...
*****
Don't copy my story okay!Nah, mulai dari part selanjutnya cerita ini bakal berhubungan sama cerita sebelumnya yang berjudul The Lost Power.
Seperti kata aku di awal, kalian harus, mesti dan wajib baca cerita yang sebelumnya karena cerita ini merupakan sebuah sequel.
Oke~? 😉
9 Mei 2020
~Weni
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Elemental : Rise of The Shadow (Complete)
FantasiSequel of The Lost Power ***** Cahaya yang kembali bersinar terang membuat seluruh rakyat Azores bersorak dengan gembira. Mereka menyambut kemenangan sang Raja dengan penuh suka cita, berharap tidak ada lagi kegelapan yang menghampiri negri tercint...