DIA BISA, AKUPUN PASTI BISA

70 4 0
                                    



Di sebuah pohon yang rindang, tampaklah dua orang yang sedang beristirahat. Seorang pedagang bersama dengan anaknya yang masih belia. Mereka kelelahan, sehabis berdagang di kota. Dengan menggelar sehelai tikar, mereka duduk duduk dibawah pohon yang rindang itu.

Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia.


"Ayah, aku ingin bertanya..."


Terdengar suara, yang mengusik ambang sadar si pedagang.


"Kapan aku besar, Ayah..?

...Kapan aku bisa kuat seperti Ayah dan bisa membawa dagangan Kita ke kota..?"

Lanjut sang bocah


"Sepertinya, Aku tidak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tidak akan sanggup memikul dagangan Kita, jika aku tetap seperti ini."


Jari tangannya, tampak mengores gores sesuatu di atas tanah. Lalu, dia kembali melanjutkan.

"Mungkinkah aku bisa memiliki tubuh besar sepertimu, Ayah..?"


Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih dari atas tanah yang sebelumnya di kais kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk.

Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil dengan ukuran yang tidak sebanding dengan jari jari tangan si pedagang yang besar.


Kemudian, dia pun mulai berbicara,

"Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat Kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulunya berasal dari benih, yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih, yang Ayah pegang ini. Akar akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau Kamu menggali tanah ini, ketahuilah akar akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama."


Hening sejenak, Lalu Sang Ayah melanjutkan perkataannya sambil memperhatikan wajah anaknya yang kelihatannya seperti tertegun.


"Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, dia hanya membutuhkan angin, air dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupa, waktu yang membuatnya terus bertumbuh. Semua benih benih ini berterima kasih kepada mereka, karena telah melatihnya, menjadi mahluk yang sabar"


Sambil mengelus elus rambut anak kesayangannya, Sang Ayah kembali bercerita...!!


"Suatu saat nanti, Kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran"


Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tidak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, setelah seharian bekerja.






Masa depan Kita, kitalah penentunya. Jangan sekali kali, merasa "Minder atau rendah diri" Dengan kondisi ataupun keadaan yang telah Kita miliki. Semuanya ini, apakah akan semakin sukses atau tidak, di keesokan harinya atau lusa, sangatlah ditentukan oleh apa yang Kita kontribusikan di hari ini.


CERITA MOTIVASI (KOMPILASI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang