(04) Taman Kebenaran [REVISI]

80.9K 4.6K 133
                                    

“Kesel banget. Bawaannya pengin nendang tangkuban perahu biar jadi perahu lagi.” 

-Fiersa Besari-

***

Alarm yang sudah dipasang tepat pukul tujuh itu berbunyi nyaring. Sang empunya hanya melenguh kemudian mematikannya. Dengan setengah sadar, dia berdiri dan menuju kamar mandi.

Selesai dengan mandi, dia memilih pakaian yang cocok untuk joggingnya pagi ini. Cewek itu menarik celana training abu dan kaos putih polos berlengan pendek. Kemudian dia mengepang rambutnya menjadi dua dan memakai sepatu sport berwarna putih.

Merasa selesai dan siap, Melody menuruni satu persatu anak tangga dan menuju ruang makan. Di sana sudah ada tiga orang. Ayahnya, Ibu tiri dan adik tirinya.

"Mau olahraga, sayang?" tanya Pamela menyiapkan kursi untuk Melody.

Melody mengangguk seraya duduk di kursinya. "Iya, Mah." Tatapannya tertuju pada Felix, "Yah, nanti sore Anna mau jalan sama Mars." Felix mengangguk.

"Baiklah, Ayah percaya padanya, Anna." Felix tersenyum.

"Kalo gitu Anna pergi dulu," ucapnya kemudian pergi setelah mendapat izin.

***

Di taman ini, hari weekend memang banyak digunakan banyak orang. Seperti anak kecil hingga tua, untuk berkencan ataupun piknik keluarga.

Melody memilih duduk di bangku taman di bawah pohon yang cukup menyejukkan. Dia mengelap keringat yang mengucur di lehernya dengan handuk putih yang dibawanya.

Banyak pasang mata, terutama dari kaum adam yang memandang Melody penuh minat. Apalagi melihat tampilan Melody yang penuh dengan keringat, terutama di bagian leher cewek itu.

Hingga sebuah jaket tersampir di bahunya membuat Melody tersentak dan menoleh. Melody mengutuk dirinya, sebaiknya tidak menoleh saja jika harus bertemu dengan Leon.

"Mau ngegoda banyak cowok lo?" tanya Leon pedas.

Melody yang tak paham hanya terdiam seraya melepaskan jaket Leon. Tetapi Leon menahannya dan mengucapkan kalimat yang membuat Melody terdiam.

"Lo mau ngeliatin leher jenjang lo sama semua cowok? Iya? Apalagi leher lo ke ekspos gitu, jangan gatel, lah!" cetus Leon.

Melody menggaruk lehernya yang tiba-tiba gatal. "Lo ngomong gue gatel?!" tanya Melody kesal.

"Leonel Linford Rajendra. Lo?" tanyanya mengulurkan tangan.

Melody mendengkus namun tak urung menyambut uluran Leon. "Gue Mel--"

Ucapan Melody terhenti saat merasa tubuhnya tertarik ke depan dan berakhir di dalam dekapan seseorang.

Nyaman...

Takut semakin terbuai, Melody mencoba melepaskan pelukan Leon yang.. erat. Tetapi sia-sia. Akhirnya, Melody memilih mengalah saja.

"Gue enggak suka lo pake baju kayak gini, Melody."

Suara Leon terdengar menakutkan di telinga Melody. Apalagi jarak keduanya yang errrr, tanpa jarak.

𝙺𝙴𝚃𝚄𝙰✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang