(28) JOURELL MANFRED [REVISI]

32.1K 1.8K 80
                                    

"Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju,akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya."

-FiersaBesari-

***

Sepulang dari taman, Melody segera mengurung diri di dalam kamarnya. Memilih mengurung diri daripada harus berhadapan dengan dua perempuan licik di rumahnya.

Tetapi, baru juga merasa tentram dengan keheningan dan lagu yang mengalun lewat ponselnya, harus terganggu saat seseorang dengan sengaja menggedor pintu kamarnya kencang.

"Woy! Lo di dalem, 'kan? Lo enggak mungkin budek, 'kan? Keluar, lo!" teriak Jennifer.

Melody memilih diam mendengarkan lagu dan alam mimpi pun mulai mendatangi Melody. Dia tertidur setelah lelah menghadapi hari pertama tanpa Ayahnya. Bagaimana dengan hari berikutnya? pikir Melody.

"Ish! Tuh anak budek, ya?!" geram Jennifer mengundang tatapan penasaran dari Pamela.

"Ngapain mencak-mencak di depan kamar Anna?"

Jennifer mengeluarkan jurus andalannya. "Dia cuekin Jenni, Mah. Dari tadi dipanggil enggak nyaut-nyaut. Budek kali, ya?" tanyanya dengan wajah memelas setengah kesal.

Pamela ikut kesal kemudian menggedor pintu kamar Melody. "Anna! Bangun, kamu! Jangan pura-pura tidur!" teriak Pamela yang masih diabaikan Melody yang tertidur pulas.

Karena kesal tidak mendapat sahutan dari Melody, Pamela menghampiri Jennifer yang tengah bersedekap dada. "Sudahlah, makan malam nanti biarkan dia kelaparan."

Jennifer tersenyum lebar. Ini yang diinginkannya. "Yaudah. Oh iya, Mah, Jenni mau Papah beliin tas gucci yang lagi Jenni incar. Boleh, 'kan?"

Pamela tentu mengangguk antusias. "Bolehlah."

"Yeay! Sayang Mamah. Love you," ucap Jennifer mengecu pipi sang Mamah.

"Me too, sweety." Pamela memeluk Jennifer erat.

***

Hari selasa. Melody sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dia ingin kembali masuk sekolah dan berlatih untuk memeriahkan pensi tahunan disekolahnya itu. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya untuk menyalurkan hobby menyanyinya itu.

Saat baru sampai di depan kelasnya, Jennifer- adiknya itu tiba-tiba dengan kasar menarik lengan Melody menuju rooftop. Jika biasanya Melody hanya diam, tetapi kali ini dia tidak akan diam saja jika Jennifer bertindak lebih dari ini.

Tiba di rooftop, Melody di dorong kasar Jennifer membuat lutut Melody lecet. Dengan tatapan kesalnya, Melody berdiri dam memandang tiga gadis cantik tetapi picik di hadapannya.

"Mau apa lagi sih, lo?!" kesal Melody. "Belum puas gue beberin ke semua orang kalau lo yang buat gue celaka?" imbuh Melody.

Jennifer memandang Melody sinis. "Lihat, anak kelinci sekarang udah berani sama gue," ucap Jennifer disahuti tawa dua temannya.

Melody terkekeh, "Iya, anak kelinci ini sekarang udah berani sama anak singa kayak lo," balas Melody tak mau kalah.

Memandang Melody dengan sengit, kemudian mencengkram pipi gadis itu. "Lo enggak tahu diri, ya! Lo penyebab kehancuran keluarga gue saat ini. Lo sama nyokap bangsat lo yang jadi tersangka utama!" pekik Jennifer.

"Silahkan lo hina gue sepuas lo bersama nyokap lo, Jen. Sekali lagi gue peringatin, jangan pernah hina nyokap gue." Melody menunjuk wajah Jennifer dengan kasar.

𝙺𝙴𝚃𝚄𝙰✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang