(22) Tragedi Malam [REVISI]

39.3K 2.1K 55
                                    

"Hidup dapat sangat mengecoh. Yang kita percaya bisa menikam dari belakang. Yang kita hindari malah mampu jadi penyelamat."

-Fiersa Besari-

***


Leon ternyata mengajak Melody ke rooftop. Di sana mereka bisa melihat taburan bintang di gelapnya langit malam. Bahkan, di rooftop juga sengaja disediakan teropong untuk melihat bintang.

"Ini punya Jo, ya?" tanya Melody penasaran.

"Iya, dia bilang sewaktu kecil hobi dia itu liat bintang," jawab Leon berdiri di belakang tubuh Melody. "Coba deh kamu lihat."

Bukannya fokus melihat bintang, Melody justru fokus menenangkan jantungnya yang sudah berdisko. Melody juga berdo'a semoga saja Leon tidak sampai mendengar.

"Kelihatan, 'kan?" tanya cowok itu dengan sengaja menempelkan pipinya dengan pipi kanan Melody.

"Iya, kelihatan." Bohong. Kelihatan apanya, coba? Kelihatan saltingnya mah, iya, batin Melody.

Leon melihat gurat canggung di wajah Melody. Itu justru menggemaskan untuk dirinya. Dengan sengaja Leon memeluk Melody dari belakang dan menumpukan dagunya di bahu kanan cewek itu.

"Boleh nanya, enggak?" tanya Leon tanpa melepaskan pandangannya dari langit.

"Apa?" tanya Melody.

"Apa yang pertama kamu pikirin waktu liat aku, Mel?" tanya Leon lembut.

Melody sampai lupa caranya bernapas beberapa detik. Dengan kegugupannya, Melody menjawab, "Emh ... sangar, egois, galak---" Melody menggigit lidahnya saat merasa keceplosan. "Gitu deh," putus Melody bingung.

"Emang aku sangar, ya?" tanya Leon.

Melody mengangguk.

"Aku juga galak, ya?"

Melody kembali mengangguk.

"Aku egois juga?"

Lagi-lagi Melody mengangguk.

Leon tersenyum tipis di belakang tengkuk Melody. "Aku tunjukin, bagaimana egois sesungguhnya, Melody."

Sedetik kemudian, Melody sudah menghadap ke arah Leon. Tak lupa tangan cowok itu yang masih bertengger di pinggang rampingnya. Perlahan, wajah Leon mendekat pada wajah Melody.

Melody sendiri merasa de javu dengan keadaan ini. Dan ya, Melody juga berharap seseorang menghentikan kegiatan Leon. Tetapi sayang, sampai Leon menempelkan bibirnya di ujung bibir Melody, tak ada yang menghentikan semua itu.

"Ini definisi egois buat aku, Mel," bisik Leon sebelum melakukan lebih jauh.

Perlahan ... bibir Leon bergeser dan mencium lembut pipi kiri Melody. "I love you, Mel."

Melody membuka matanya yang sempat tertutup dengan refleks. Leon juga tengah memandangnya dengan tatapan tak terbaca. Leon pun menempelkan keningnya pada kening Melody.

𝙺𝙴𝚃𝚄𝙰✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang