(34) Patah Hati [REVISI]

36.6K 1.8K 66
                                    

Yakin cogan gemesin kayak Garry bisa di tolak?😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yakin cogan gemesin kayak Garry bisa di tolak?😂

***

Pulang sekolah, Melody segera menemui Leon untuk menjalankan rencana jalan-jalan mereka. Kini, mereka berdua sudah berjalan beriringan menuju tempat parkir.

"Leon, sebenernya kita mau kemana, sih?" tanya Melody membenarkan rambutnya.

Leon menoleh kemudian tersenyum tipis, "Aku mau ajak kamu ketemu Mamah sama adek aku. Mau, 'kan?"

Melody tersenyum lebar, "Mau dong! Aku penasaran, pasti cantik banget Mamah sama adek kamu."

Leon terkekeh sembari mengeluarkan kunci kotor dari celana abu-abunya. "Iyalah cantik, anak cowoknya aja seganteng ini," balas Leon narsis.

Melody bergidik, "Idih, jijik kamu. Aku muji Mamah sama adek kamu, eh malah kamu yang narsis."

Leon mulai memakai helmnya dan memberikan satu helm untuk Melody. "Biarin dong, sayang, 'kan pacarmu ini memang tampan," balas Leon pede.

Meski bergidik, Melody tidak menampik ucapan Leon tentang ketampanan cowok itu, "Terserah deh, nanti kalau ada yang jauh lebih ganteng kamu malu, tahu rasa." Melody mulai duduk di jok belakang.

Motor Leon melesat meninggalkan area parkir. Dari atas motor bisa Melody lihat Jo dan Renata yang lagi-lagi tengah berselisih di depan gerbang sekolah. Melody mengeryit saat melihat Renata menampar pipi kanan Jourell.

Sepanjang jalan, yang dipikirkan Melody adalah, ada masalah apa antara Jo dan Renata, apakah karena Bila atau bukan.

"Leon," panggil Melody dengan suara sedikit keras.

Leon menoleh ke samping kanan, "Kenapa, Mel?" tanyanya kembali fokus ke depan.

"Kamu tahu enggak masalah Jo sama Renata?" tanya Melody.

Leon tampak memikirkan jawaban yang pas untuk pertanyaan Melody. Bukannya menjawab, Leon justru mengambil sebelah tangan Melody dan menggenggamnya erat.

"Melody, aku minta sama kamu, jangan terlalu memikirkan masalah mereka. Aku yakin Jo bisa mengatasinya dengan dewasa, sayang."

Melody terdiam mendengar jawaban Leon. Memang seharusnya begitu, bukan? Tetapi, Melody tidak akan pernah bisa tenang jika tidak membantu Renata dalam memecahkan masalah sahabatnya.

Menyimpan dagu di bahu kanan Leon sembari memeluk pinggang cowok itu erat. "Tapi, Leon ... Renata itu sahabatku. Dia selalu bantu aku selama ini, dia juga bantu aku untuk nemuin keluargaku itu."

Leon menghela nafasnya, "Yaudah, nanti aku ceritain masalah Jo sama Renata sama kamu, ya."

Melody tersenyum lebar, "Terima kasih, sayangku, muah." ucapnya diakhiri suara kecupan membuat Leon terkekeh.

"Dasar kamu. Kalau bukan lagi naik motor, aku yang bakalan cium kamu."

Keduanya tertawa bahagia di atas motor. Di bawah langit yang cerah dan biru, Melody kembali merasakan kebahagiaan yang sederhana setelah sekian lama terkurung ego dari Ibu dan adik tirinya.

***

Garry menunduk sembari menscroll foto-foto yang berisi fotonya bersama Melody. Steven yang notabene Abang Melody sekaligus sahabat Garry hanya menghela nafasnya.

"Gar, udah jangan galauin adek gue mulu," kata Steven memasukkan bakso kecil ke dalam mulutnya yang sesekali melirik Garry.

"Stev, lo itu, 'kan Abangnya si Anna, kenapa enggak nyuruh dia buat putus sama Leon dan jadian sama Garry, sih?" tanya Kelvin memainkan sedotannya.

Steven memandang Kelvin tak suka. "Vin, gue emang Abangnya. Tapi apa hak gue soal percintaan dia? Gue bakalan turun tangan saat Leon mulai berani nyakitin dia," jawab Steven malas.

Kelvin menunjukkan raut tak percaya kemudian bertepuk tangan kecil, "Wahhh, daebak! hebat! mengagumkan." Kelvin menggeleng-geleng kecil seakan tak percaya.

Nandan menggeleng malas melihat dua temannya yang berdebat tidak penting. "Diem bisa, 'kan?" tanya Nandan datar.

Entahlah, semenjak Renata dan Jo berpacaran, Nandan semakin pendiam dan tak tersentuh, meski dengan Ashila sekalipun. "Gue males denger ocehan lo berdua."

Garry menghela nafas lelahnya. Kemudian, matanya menangkap dua insan yang menjadi pembicaraan Steven dan Kelvin saat ini. Di parkiran sana, Melody dan Leon berjalan memasuki tempat makan yang juga ditempati Garry Cs.

Steven ikut melihat arah mata Garry. Dia juga bisa melihat adiknya dan juga Leon yang saling melempar candaan dan tertawa bersama. "Enggak usah cemburu," katanya mengalihkan tatapannya dari dua insan yang tengah di mabuk asmara itu.

"Gue enggak bisa nahan perasaan ini lebih lama lagi, Stev." Garry bangkit dan meninggalkan ketiga sahabatnya yang memandang dengan tatapan berbeda.

Sementara di meja Leon dan Melody, mereka sibuk memilih menu untuk makan mereka. "Kamu mau makan apa, Mel?" tanya Leon meneliti wajah Melody.

Melody mengusap dagunya, "Hm ... aku lagi laperrr banget, Leon. Kalau pesen nasi goreng pasti kenyang," balas Melody diakhiri kekehan.

Leon tersenyum sembari mengusap rambut Melody lembut. "Aku pesenin."

Kemudian, Leon memanggil seorang waiters dam memesan makanan mereka. Selama menunggu, Melody mendesak Leon untuk menceritakan masalah Jo dan Renata.

"Ceritain cepet!" desak Melody lagi-lagi membuat Leon menghela nafas lelah.

"Oke. Aku ceritain," balas Leon mengalah demi menyelamatkan telinganya yang berdengung.

Mendengar peresetujuan Leon, Melody duduk tagap dan memasang kupingnya baik-baik. "Aku dengerin."

"Kata Jo, Renata lihat Jo ciuman sama cewek. Sehabis pulang dari rumah kamu, Mel."

Melody membulatkan matanya tak percaya. Kemudian, kedua tangannya mengepal erat. "Leon! Temen kamu itu cuman pura-pura ya sama Renata?! Kok jahat banget, sih?! Kalau mau mainin sahabat aku aja, mending putus!" pekik Melody dengan suara tertahan.

Leon mengusap lembut punggung tangan Melody. "Denger, sayang. Bukan Jo yang sengaja cium cewek itu, sayang, tapi ceweknya yang nyosor."

"Shabila?"

***

To be continue.

𝙺𝙴𝚃𝚄𝙰✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang