(16) Senyum Baik-Baik Saja [Revisi]

39.6K 2.3K 39
                                    

"Yang menyakitkan itu, saat air mata mendesak turun, tetapi bibir memilih tersenyum. Aku tidak sekuat itu, saat hujan turun, air mata ini juga turun dan senyuman justru semakin lebar."

-ketua-

***

"Gar, lo enggak mau ke rumah sakit?" tanya Meleody untuk kesekian kalinya.

Garry menggeleng, "Enggak, An. Gue baik-baik aja."

Selalu seperti itu jawaban Garry saat ditanya Anna. Alhasil, pagi-pagi sekali tepatnya selesai salat subuh, Melody dan sahabat Garry membawa cowok itu ke rumah sakit karena demamnya yang tidak turun-turun.

Kini, mereka tengah memberenggut kesal menunggu dokter yang memeriksa Garry.

"Gik pipi, biik-biik iji, kik. Tai!" cetus Kelvin meledek perkataan Garry.

Melody yang terfokus pada ponselnya mendongak seraya terkekeh, "Perasaan tadi ada yang nangis jejeritan waktu Garry panasnya makin tinggi," sindir Melody sanggup membuat Kelvin mengumpat.

Steven terkekeh sembari menepuk pundak Kelvin, "Enggak papa, Garry baik-baik aja, kok." Steven menahan tawanya.

Tak dapat menahan tawa, Melody tertawa kecil diikuti Steven dan Nandan. "Vin, seketus apapun lo, senyinyir apapun lo, kalau hakekatnya udah sayang mah beda."

Melody mengangguk. "Enggak usah panik berlebih, Garry demam karena lukanya yang enggak diobatin dengan bener, Vin."

Ya, Garry mendapatkan banyak luka setelah tawuran dengan geng motornya Leon. Sudah Melody duga hal ini akan terjadi.

"An, lo enggak mau pulang dulu?" tanya Steven perhatian.

Eits, jangan salah paham. Tidak hanya Steven, Nandan dan Kelvin juga tidak kalah perhatian. Mereka hanya ingin menjaga sesuatu yang memang harus mereka jaga.

"Enggak papa, gue bakal tungguin dokternya keluar," jawab Melody.

Tak lama, dokter dan beberapa suster keluar. Melody dan yang lainnya segera beringsut mendekati sang dokter.

"Dok, bagaimana keadaannya?" tanya Melody to the point.

"Pasien sedang dalam masa belum sadarkan diri, karena itu akibat dari demam tinggi yang di deritanya. Juga, luka-luka yang belum bersih membuat dia lemas."

Melody dan lainnya mengangguk paham. "Terima kasih, dok." Melody mewakilkan.

"Sama-sama. Kalau begitu saya pergi dulu," ujar sang dokter kemudian melangkah pergi.

"Cusss kita masuk," ajak Kelvin.

Baru saja Melody akan ikut masuk, sesuatu menyadarkannya. "Eh, bentar." Melosy mencegah tiga cowok itu untuk masuk.

"Kenapa, An?" tanya Nandan.

"Ini.. rumah sakit milik keluarga Rajendra, 'kan?" tanyanya membuat tiga cowok di depannya mengangguk malas.

"Aigoo! Gue harus ke ruangannya Jenn. Duluan, ya!" teriak Melody seraya berlari menuju kamar Jennifer tanpa menghiraukan tiga cowok yang mematung.

***

𝙺𝙴𝚃𝚄𝙰✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang