(12) Maaf [REVISI]

55.8K 3.1K 65
                                    

“Tidak pernah terlalu pagi untuk berbahagia. Tidak pernah terlalu siang untuk memaafkan.” 

-Fiersa Besari-

***

Leon kembali setelah mengantarkan Melody ke rumah cewek itu. Beruntungnya, Agatha dan Renata menemani Melody agar tidak kesepian. Sebenarnya, Leon marah saat Felix membuat Melody terluka di ruangan Jennifer. Tetapi, Leon memilih bungkam dan membawa Melody keluar dari ruangan itu.

Langkah kaki cowok itu berhenti tepat saat netranya melihat orang tuanya tengah berseteru. Yang satu ingin berpisah, yang satu ingin mempertahankan karena alasan tak tentu.

"Mas! Aku udah capek sama kamu! Selama ini kamu hanya menjadikan aku sebagai pajangan aja! Gak pernah kamu menghargai aku!" ujar wanita cantik paruh baya. Dia Isabella, Ibu tiri dari Leon.

"Kamu ngerti, enggak?! Aku enggak mau pisah sama kamu dan enggak akan pernah!" sergah Dev sedikit menyentak Bella.

"Mas, kam--" ucapan Bella terhenti saat netranya melihat Leon berdiri tak jauh dari mereka. Melihat Bella terdiam, Dev ikut menolehkan kepalanya dan terpaku melihat Leon disana.

"Leon, kamu sudah pulang? Sejak kapan?" tanya Bella menghampiri putranya dan membiarkan rasa sakit menjalar begitu saja.

"Iya. Baru aja kok, Ma." Leon mencium punggung Bella tanpa ekspresi.

"Leon ke atas dulu." Leon berjalan meninggalkan kedua orang tuanya, namun perkataan Dev menghentikan langkahnya.

"Leon, Papa harap besok kamu bisa datang ke kantor. Ada yang harus kamu pelajari."

Leon berhenti. Dia berbalik kemudian memandang Dev datar, "Oke. Pulang sekolah langsung ke kantor."

"Bagus. Jangan sampai telat." Dev bersiap untuk meninggalkan Leon dan Bella. Tetapi sedetik kemudian, Dev kembali berbalik. "Oh iya, Papa lupa. Ambil dokumen yang sudah Papa persiapkan di ruangan Papa. Dokumen itu berwarna biru. Pelajari sebaik mungkin."

Kepergian Dev dibalas kepalan tangan Leon. Sesungguhnya, Leon sudah lelah menjadi boneka Papanya, tetapi Leon harus tetap bertahan demi Isabella, Mamanya.

Bella mendekati Leon kemudian mengusap wajah Leon yang mengeras. "Maafin Papamu, ya." Kemudian, Bella meninggalkan Leon yang mencoba menekan emosi dalam dirinya.

"Brengsek!" umpat Leon memukul tiang tangga samping kanannya. "Brengsek! Brengsek! Brengsek!" umpat Leon terus memukul tiang tangga tanpa henti hingga membuat punggung tangannya berdarah.

***

Melody membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Renata dan Agatha sudah tertidur nyenyak dan saling berpelukan, berbeda dengan Melody yang justru melamun. Sedari tadi yang dipikirkannya adalah keadaan Jennifer dan cara meminta maaf pada Felix.

"Keadaan Jennifer semoga enggak parah deh," lirihnya kemudian menghadap samping kanan. "Cara minta maaf sama Ayah gimana, ya? Susah banget, sih," gumamnya.

Tiba-tiba, pada bagian ginjal Melody kembali merasakan sakit namun masih bisa ditahannya. Melody bahkan sampai menggigit bibirnya agar ringisannya tak terdengar siapapun.

"Akh.. " ringisnya kemudian menarik napas secara teratur.

Wajah Melody terlihat sangat pucat, dengan susah payah dia mulai berjalan mendekat pada air putih dan obat-obatannya. Untung saja, Melody sudah makan sebelumnya. Secepat mungkin Melody meminum obat yang dianjurkan dokter padanya beberapa tahun ini.

Setelah meminum obatnya, rasa sakit mulai berkurang. Melody bernapas lega dan kembali membaringkan tubuhnya di samping Agatha. Kemudian mulai memejamkan matanya dan perlahan menyusup ke dunia mimpi.

Tetapi, matanya kembali terbuka sempurna saat sesuatu kembali Melody ingat. Bahkan, air matanya mulai menetes membasahi bantal yang ditidurinya.

Hiks.. Bunda.. An--Anna.. pengen sama Bunda. Ajak Anna, Bunda.. batin Melody merasakan sesak yang amat sangat di dadanya.

Melody mencengkram dadanya yang terasa sesak. "Tuhan.. selama ini siapa Ayahku?" gumamnya bertanya pada angin malam.

Agatha yang tertidur di samping Renata membuka mata dan melihat punggung Melody yang bergetar. Agatha tahu Melody menangis. Dan alasannya adalah.. Felix?

Mel.. ternyata kesedihan lo belum usai. Justru.. bertambah dari hari ke hari. Agatha membatin.

Saat Melody berbalik, Agatha segera menutup matanya dan kembali berpura-pura tidur. Gue salut dan bangga sama lo, Dy. Lo cewek kuat yang pernah gue temuin. Bahkan, masalah gue sama orang tua gue mah enggak ada apa-apanya. Gue cuman pengen beli album BTS, cuma belum kesampean. Sementara lo? Lo bahkan enggak tahu Bokap kandung lo siapa, batin Agatha merasakan pilu Melody.

***

Melody menuruni anak tangga satu persatu bersama dua sahabatnya. Agatha dan Renata sudah rapih dengan seragamnya, tetapi Melody masih setia dengan piyama biru yang setia menutupi tubuhnya.

Dari bawah ada Felix dan Pamela yang sudah siap untuk pergi ke rumah sakit menemui Jennifer. Melody segera berjalan cepat menghampiri keduanya.

"Ayah!" teriak Melody saat Felix dan Pamela hampir tiba di pintu.

Keduanya berbalik dan melihat Melody tengah mengatur napasnya seraya membungkuk. "Ay--yah.. " cicitnya.

Melihat itu, Agatha dan Renata segera menghampiri Melody dengan segelas air putih di tangan Renata. "Mel! Nih, minum ya. Abisin," titah Renata yang membantu Melody minum.

Pamela segera mendekati Melody kemudian mengusap punggung putrinya. "Anna, sayang, kamu kenapa?" tanya Pamela kentara dengan kepanikan.

Setelah napasnya teratur, Melody memandang wajah Pamela. Kemudian, cewek itu mendekati Ayahnya, Felix.

"Ayah.. " lirih Melody mengamit jemari besar Felix.

Kali ini, Felix tidak menghempaskan tangan Melody. Tetapi, Felix tetap memalingkan wajahnya. Dia tidak ingin memandang wajah Melody.

"Ayah.. Anna tahu Anna salah. Seharusnya, Anna sebagai Kakak menjaga dan melindungi adiknya, bukan malah menyakiti." Melody menunduk.

Air matanya mulai berjatuhan, apalagi Felix maupun Pamela tidak mengetahui masalah penyakitnya. Bahkan, sebaliknya, malah orang luar yang mengerti keadaannya.

"Ayah.. Anna janji, Anna akan meminta maaf pada Jennifer. Tapi Ayah.. Anna mohon, jangan marah sama Anna." Melody mendongak dan memandang Felix yang sudah mau menatapnya. "Ayah.. tampar Anna, pukul Anna, kalo itu bisa buat Ayah enggak marah lagi."

Melody mengarahkan tangan Felix ke wajahnya, Melody menamparkan tangan Felix beberapa kali ke wajahnya. "Tampar Anna, Yah.. tampar!"

Bukannya melakukan apa yang Anna pinta, Felix justru memeluk Anna erat. Pamela tersenyum melihat Felix kembali luluh. Dia tahu kemarahan Felix tidak akan pernah berarti untuk Anna.

"Ayah tidak akan menyakiti putri Ayah, Sayang. Ayah hanya kecewa kepada kamu, Anna. Ayah tidak marah." Felix mengurai pelukannya dan memandang wajah Anna.

"Janji sama Ayah, minta maaf sama Jennifer, ya," pinta Felix.

Melody mengangguk kemudian menyodorkan kelingkingnya. "Janji!" tegasnya tersenyum lebar.

Felix mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Melody. "Ayah pegang janji Anna." Felix tersenyum lebar.

Anna segera berhambur ke dalam pelukan Felix. "Makasih, Ayah."

Sekarang, gue mulai tenang. Sekarang, gue akan cari tahu siapa Ayah kandung gue. Batin Melody menrencanakan sesuatu.


Ig: itsme.alialia178.

To be continue.

𝙺𝙴𝚃𝚄𝙰✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang