(25) About Melody [REVISI]

34.6K 2K 37
                                    

"Sahabat mencarimu ketika yang lain mencacimu. Mereka merangkulmu ketika yang lain memukulmu."

-FiersaBesari-

***

Hari sabtu, malam minggu. Tepat satu minggu Melody dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan yang menimpa dirinya.

Di sebuah gang sempit yang tak berpenghuni, sekitar 400 orang pria tengah berdiri saling menatap tajam pada musuh. Garry dengan gengnya bernama vigor dan juga Leon dengan Dark Blood.

"Gue pikir lo itu pengecut kayak dulu, Gar." Leon mulai memancing emosi Garry.

Garry mengeryitkan dahinya. Perasaannya bukan masalah masa lalu yang akan cowok itu perdebatkan. Tetapi tentang masa depannya, Melody Brianna Mackenzie.

"Raisa?" tebak Garry dibalas senyum sinis Leon.

"Kenapa? Lo udah lupa karena cewek bernama Anna itu, Garry?" tanya Leon sarkas.

Garry tersenyum sinis, "Gue tahu apa yang ada di otak lo." Tatapannya menajam. "Bangsat!" umpat Garry tak mengambil waktu lama untuk menonjok wajah Leon.

Sesuai kesepakatan, anak buah Garry maupun Leon tak akan ada yang turun tangan. Karena ini adalah one by one antar ketua mereka. Sebenarnya, diantara banyaknya anggota geng motor itu, ada satu orang sekuat tenaga menahan emosinya agar tidak membogem wajah Leon.

Karena tak ingin diam saja, Leon membalas memukul kepala Garry dengan keras. Kembali dibalas Garry dengan menendang wajah Leon dengan keras.

Keduanya sempat oleng dengan pukulan lawan. Garry yang kembali siap segera menerjang Leon dan memukul cowok itu membabi buta.

"Brengsek! Bangsat! Anjing!" umpat Garry tak ingin berhenti memukuli wajah Leon. "LO BANGSAT, LEON! Ngapain jadiin Anna objek balas dendam lo, sialan?!" teriak Garry.

Leon yang berada di bawah Garry segera mengambil alih posisi dan membuat Garry berada di bawahnya. Leon, si bringas itupun memukuli wajah dan perut Garry bertubi-tubi.

"MELODY BUKAN OBJEK GUE, ANJING!" teriak Leon disertai umpatannya. "Gue beneran cinta sama, dia!" imbuh Leon menekan perkataannya agar Garry paham.

Garry terkekeh sinis, "Mungkin mulut lo bisa ngelak, Leon. Tapi enggak sama hati lo yang membenarkan ucapan gue, right?"

Pertanyaan dengan wajah meledek itu semakin membuat Leon emosi hingga ubun-ubunnya. Dengan sabar, Leon terus memukuli wajah Garry hingga berdarah-darah.

Sementara itu, di rumah sakit tempat Melody dirawat, keadaan sedikit tenang. Dokter yang seminggu ini memeriksa kondisi Melody mengatakan jika kondisi Melody sudah lebih baik hari demi hari.

"Emh ... Tuan Felix, boleh kita bicara?"

Felix memandang dokter dihadapannya, "Boleh, dok. Apa tentang kondisi dan kesehatan Anna?" tanya Fekix.

Dokter bernama Rania itu mengangguk dengan senyum tipisnya. "Benar, Tuan."

"Baiklah."

Dengan perasaan sedikit was-was,  Felix mengikuti langkah dokter Rania menuju ruangannya. Tiba di ruangan Rania, Felix segera mengambil duduk di hadapan Rania.

"Ini tentang kondisi Melody, Tuan." Rania menyodorkan sebuah kertas ke hadapan Felix.

Felix bertanya heran, "Loh, ini apa, ya?"

"Lebih baik anda baca dan simpulkan sendiri, Tuan."

Karena penasaran, Felix segera membuka lipatan kertas tentang kesehatan Melody dan membacanya dengan teliti. Hingga, saat surat itu menyatakan kondisi Melody, Felix membulatkan kedua matanya terkejut.

𝙺𝙴𝚃𝚄𝙰✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang