(01) Tertarik Jatuh Cinta [REVISI]

235K 7.8K 460
                                    

"Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan memilihkan. Kita hanyalah korban. Kecewa adalah konsekuensi, bahagia adalah bonus."

-FiersaBesari-

***

Pagi hari, seorang gadis baru saja tiba di sekolahnya. Dia sengaja berangkat pagi karena tidak ingin terlambat.

Apalagi, adik dari gadis itu yang berbeda satu tahun itu selalu saja membuatnya kesal dan terlambat. Dia tahu jika adiknya sengaja membuatnya terlambat agar semua orang memandangnya remeh. Dan ya, itu terjadi.

Perkenalkan. Dia adalah Melody Brianna Mackenzie. Cewek tangguh putri sulung dari pengusaha ternama, Felix Mackenzie.

Setibanya di gerbang, dia memilih duduk di bangku yang berada di pos satpam. Sesekali dia juga berbincang kecil dengan satpam disana.

"Iya, Neng. Semalem teh ada maling, untungnya enggak ada yang diambil." Pak Mamat menjelaskan masalah yang menimpa SMA Rajawali itu.

"Terus malingnya ketangkep, Pak?" tanya Melody penasaran.

"Alhamdulillah, soalnya pas mau kabur ada warga yang lihat, akhirnya dibekuk sama warga."

Melody mengangguk, "Tapi enggak digebukin 'kan, Pak?" tanya Melody.

"Nya henteu atuh, Neng." Pak Mamat menjawab. "Sok atuh, Bapak mau jaga gerbang dulu. Kalo udah siang banyak yang ajaib muridnya."

Melody terkekeh kemudian memperhatikan Pak Mamat yang mulai menjalankan aksinya. Sebenarnya satpam di sekolahnya ada beberapa, tetapi sebagian masih sarapan di dalam pos.

"Heh! Itu motornya jangan parkir disana! Itu parkiran guru!" teriakan Pak Mamat ditujukan untuk salah satu anggota dari geng yang ditakuti, geng Dark Blood.

Melody sempat bergidik ngeri saat memperhatikan cowok itu yang berlalu tanpa mendengarkan perintah Pak Mamat.

"Semangat, Pak!" teriak Melody sembari menyengir lebar.

Pa Mamat tersenyum. "Kajja!" teriaknya kemudian Melody dan Pak Mamat tertawa.

Ajja. Satu kata yang sering diucapkan Melody saat memperhatikan Pak Mamat yang terkadang tidak dihormati murid-murid ajaib.

Hingga tatapannya tertuju pada perdebatan di dekat gerbang. Melody bisa menebak jika itu adalah Renata, sahabatnya. Dengan malas, Melody menghampiri dan mencuri sedikit pembicaraan mereka.

"Pokoknya aku mau nanti kita jalan! Aku tunggu kamu di taman. Titik!" Renata memandang cowok di depannya dengan tatapan yang dibuat tajam.

Tatapan tajam sesungguhnya menghunus Renata. "Bodo. Gue enggak mau dan enggak akan pernah mau!" Cowok itu menekan perkataannya kemudian meninggalkan area sekolah.

Renata memandang motor cowok itu yang mulai menjauh. Kemudian berjalan seraya menunduk. Bahkan, cewek itu juga menghiraukan sapaan Pak Mamat di pagi hari.

"Kunaon Neng Rere, teh?" tanya Pak Mamat pada Melody yang tak Renata sadari keberadaannya.

Melody menggeleng. "Mungkin patah hati, Pak." Melody cengengesan diikuti Pak Mamat yang terkekeh.

"Aya-aya wae, ah," sahut Pak Mamat.

***

Melody mengejar Renata yang masih saja menunduk, bahkan tak ada senyuman ramah di bibir cewek itu.

𝙺𝙴𝚃𝚄𝙰✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang