(38) Flashback Austin [REVISI]

38.9K 1.9K 104
                                    

"Penyesalan memang selalu datang terakhir, karena itulah kita harus banyak belajar dari penyesalan."

-Ketua-


Kalian team happy ending/sad ending?🤔

***

"Papah," panggil Melody lirih.

Austin yang tengah menunduk membaca dokumen-dokumen penting itu mendongak. "Kenapa, sayang? Haus?" tanya Austin menghampiri Melody.

"Melody sakit, Pah ...," lirihnya membuat Austin terenyuh. "Melody takut kalau enggak bisa tinggal, Pah."

Austin memeluk putrinya erat-erat. "Sttt ... apa yang kamu bilang, hm? Enggak bisa tinggal? Apa maksudnya?" tanya Austin dengan suara bergetar.

Melody mencengkram lengan jas Austin, "Papah, Bunda kayaknya mau ajak Melody," adunya pada Austin.

Austin semakin mengeratkan pelukannya. Tak ingin kehilangan Melody. Sudah cukup kehilangan istrinya membuatnya terpuruk,  tidak untuk kedua kalinya. "Jangan, sayang, Papah mohon jangan tinggalkan Papah."

"Papah, cerita sama Melody, kenapa Papah sama Bunda harus pisah?" tanya Melody mendongak. "Melody pasti bisa bertahan," imbuhnya diakhiri cengiran.

Austin yang gemas pun mencuil hidung putrinya, "Seneng ya godain Papahnya?" tanya Austin membuat Melody terkekeh.

Ceklek

Pintu terbuka memperlihatkan Steven dengan seragamnya yang urakan. Wajah babak belur, sudah bisa dipastikan jika Steven baru selesai war dengan seseorang. "Mel, gimana kabarnya?" tanya Steven menghampiri Austin yang tengah memeluk Melody.

Melody tersenyum, "Baik. Agatha sama Renata gimana? Mereka enggak cengeng, 'kan?" tanya Melody menahan tangisnya.

Steven mendekat, "Enggak, mereka baik-baik aja. Mereka bisa tahan tangis mereka karena lihat lo yang kuat, Ann."

"Steven, kamu habis berantem lagi?" tanya Austin tak melepaskan pelukannya.

"Steven cuman mau tahu keberadaan Leon, Pah, tapi cowok itu hilang di telan bumi. Enggak tahu kemana."

Mendengar nama Leon disebut, Melody kembali teringat perpisahannya saat malam pensi waktu itu. "Leon?" beo Melody.

"Ann, jangan pikirin lagi tentang dia, ya. Leon cowok brengsek, dia enggak pantes buat lo." Steven mengusap pipi tirus Melody.

"Berapa lama aku tidur, Pah?" tanya Melody kembali menatap Austin.

"Enggak lama, satu jam," ucap Austin terkekeh membuat Melody memukul Papahnya.

"Papah serius!" kesal Melody.

Steven terkekeh, "Satu minggu, Mel. Dokter bilang, kalau enggak ada perubahan selama dua puluh empat jam, berarti kondisi lo kritis."

"Papah mau ajak gue ke Inggris. Lo?" tanya Melody pada Steven.

"Gue ikut." Jawaban Steven membuat Melody tersenyum manis, "Lo mau pergi, dek?" tanya Steven lembut.

𝙺𝙴𝚃𝚄𝙰✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang