(36) Seluruh Nafas Ini [REVISI]

35K 2K 47
                                    

"Bukan hanya tentang hubungan indah, tetapi juga tentang ketakutan. Ketakutan ditinggal pergi orang terkasih."

-Ketua-

***

Ingat! Baca sampai akhir, soalnya ada tantangan buat kalian😚.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi nyaring sedari tadi, tetapi masih ada beberapa yang belum pulang. Seperti Melody dan dua sahabatnya, Kirana, Karina dan beberapa perwakilan putra untuk ikut pensi tahunan.

"Mel, lo bisa langsung ke ruang musik aja, kelas lain juga udah pada di sana. Nanti Bastian nyusul katanya." Bany, si ketua kelas berkata.

Melody mengangguk. "Oke. Semuanya, gue duluan, ya." Melody berlalu setelah mendapat izin dari yang lainnya.

Renata ditemani Agatha menuju ruang drama diikuti Kirana dan Karina. Kemudian, tiga orang pria kelasnya mengikuti. "Jonathan, nanti jangan terlalu nempel sama si Rere, ada macan ngamuk nanti," bisik Agatha masih di dengar Renata.

Bugh

"Apaan sih, Tha!" Renata memandang Jonathan di belakangnya. "Jangan di dengerin ya, Jo."

"Heeleh ... Jo, katanya." Agatha mendelik sinis. "Awas macan lo ngamuk, Re."

"Enggaklah, Tha. Jangan nakut-nakutin Jojo, dong."

"Gak papa, Re, tanpa Agatha kasih tahu juga gue udah tahu kali." Jonathan berkata dengan santai.

Renata mengangguk. "Aku harap kita bisa menang, ya." Jonathan hanya mengangguk membalas perkataan Renata.

Sementara itu di ruang musik, Melody baru saja mengambil duduk di samping Leon yang kebetulan ikut menyanyi juga. "Kamu nyanyi sama Dewi, ya?" tanya Melody.

Leon yang tengah sibuk memainkan gitarnya mendongak. "Iya."

Melody mengangguk. "Bukannya kamu paling anti ikut kayak gini, ya?"

"Iya, karena ada kamu aja di kontes nyanyi, aku ikutan." Leon menjawab jujur tanpa memikirkan jantung Melody yang dag dig dug.

"Jujur amat, Pak." Melody menyindir membuat Leon terkekeh.

"Dimana partner kamu, sayang?" tanya Leon memfokuskan pandangannya pada Melody. "Sama Bastian?"

Melody tersenyum kikuk. "Dia masih di luar. Iya, aku sama Bastian. Udah biasa."

Leon membenarkan rambut Melody yang sedikit mencuat. "Semangat, sayang."

Pipi Melody memerah. Itu justru membuat Leon gemas dan semakin gencar menggoda kekasihnya. "Panas, ya? Padahal AC nyala loh, Yang."

Melody memberenggut kesal. Bibirnya semakin maju saat Leon terus saja menggodanya. Dengan keras Melody memukul bahu cowok tampan di sampingnya. "Jangan goda aku terus, bisa?!"

Leon terbahak melihat raut kesal sekaligus malu Melody. Kesal karena terus menerus diledek dan malu karena menjadi pusat perhatian. "Udah, jangan ketawa, ih!" kesal Melody memukul Leon membabi buta.

"Aduh, sakit, Sayang. Jangan gini, dong." Leon berusaha menahan pukulan Melody yang tak seberapa. "Udah, aku berhenti ketawa."

"Udah, jangan goda aku lagi." Melody menunjuk Leon kesal.

Leon mengangguk, "Tuh Bastian," tunjuknya pada sosok tampan yang baru saja datang dengan gitar di punggungnya.

Melody mengikuti arah tunjuk Leon. Bastian, si cowok pirang itu tengah berjalan menuju ke arahnya dan Leon. "Leon, aku pergi sama Bastian dulu, ya."

𝙺𝙴𝚃𝚄𝙰✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang