Sret!
Tirai yang membatasi kamar dengan dunia luar, tersibak dan membuat cahaya terang menyinari wanita cantik yang masih berlayar di alam mimpinya.
"Bangun, Hyunie. Kita punya jadwal"
Seohyun membuka matanya perlahan dan perlu sekian waktu untuk bisa menangkap sosok yang telah menganggu tidurnya.
"Leena?" Tubuh itu segera bangun dan bersandar pada kepala tempat tidur. "Sekarang jam berapa?"
"Jam 9!" Leena menarik lengannya menuju kamar mandi. "Padahal aku sudah mengingatkanmu tadi malam, apa kau tidak membuka ponselmu?"
"Aku lupa mengeceknya. Maaf"
"Tidak ada waktu untuk minta maaf. Cepatlah bersiap"
"Sebentar" Seohyun terhenti di ambang pintu kamar mandi.
"Ada apa?"
"Seluruh bintang tamu yang akan tampil nantinya, apa mereka juga akan melakukan rehearsal ini?"
"Tentu saja"
"Bersama kita?"
"Wait, what is so wrong with that?"
"Tidak"
"Apa yang tidak? Katakan dengan jelas padaku agar sebagai manajermu aku bisa memberi solusi"
"Lupakan saja"
"Apa ada yang kau sembunyikan dariku?"
"Tidak ada" Seohyun menutup pintu dengan gerak lambat sehingga raut murung terpeta pada wajah cantiknya. "Aku akan mandi sekarang"
"Hah?" Leena mengernyit bingung sambil bersedekap. "Dia selalu aneh setiap kali diminta memandu acara"
*•*•*•*•*•*•*•*•*•*
Kreess
Dinginnya air shower membuat tubuhnya rileks seketika. Setidaknya untuk bayang bayang pemikiran tadi malam, sudah tidak dapat membuatnya kehilangan kontrol untuk tidak mengeluarkan air matanya.
Hukuman, takdir, atau karma, bagi Seohyun tidak sedikipun punya alasan untuk muncul dalam
kehidupannya walau sudah dipikirkan berjuta juta kali akan kesalahan dimasa lalu.Tapi jika ditinjau lebih jauh lagi, entah ini patut dikatakan iya atau tidak, mungkin satu hal itu bisa dianggap sebuah kesalahan.
Saat toleransi akan perasaan dapat dikategorikan pada alasan yang membuatnya mengambil keputusan untuk melawan diri sendiri, yang mana membuat siksaan selalu datang tanpa akhir hampir disetiap malamnya yang penuh kehampaan.
Rasa yang Seohyun miliki terlalu dalam hingga tak terlihat lagi ujung bahkan permukaan dari lubang yang dia jatuhi dan arungi itu di setiap detiknya.
Dan mungkin, itulah kesalahan Seohyun sejak awal.
Dengan membiarkan perasaannya berada di puncak hingga tiba dimana landasan bahkan tumpuan yang dia pijaki hancur dan membuatnya mengambang dalam dilema hebat.
Haruskan dia melepaskan dan pergi, atau tetap berada dalam ketidakpastian yang terlalu menyakitkan.
Dia perlu jawaban, dan yang dapat menentukannya hanyalah sosok itu. Sosok yang dikemudian hari semakin menaruh amarah hingga membuat Seohyun sendirian yang tenggelam dalam pedihnya rasa penyesalan dan mencintai.
Tok Tok Tok!
"Lama sekali! Kau tidak sedang poop sambil mandi bukan?"
"Pikiranmu jorok sekali!" Teriaknya dari dalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda
RomanceSegala hal berubah sejak saat itu. Meski hati berteriak akan kerinduan, kenyataan selalu hadir dan menghantam dengan sangat keras. Membuat satu hati tersiksa dan satu hati lagi menyimpan kebencian akan apa yang telah terjadi, meski telah dihadapkan...