"Seohyun!"
"Seo!"
Kyuhyun melangkah dengan penuh kekhawatiran ke segala penjuru penthouse mencari seseorang. Takut dan resah jika apa yang dia pikirkan benar, membuatnya menjadi tidak sabar untuk membuka semua pintu dengan penuh harap.
Meskipun tidak ada satupun benda yang terlihat menghilang dari tempat yang seharusnya, tetap saja firasat Kyuhyun menguat ketika membuka pintu terakhir yang merupakan ruangan baju milik Seohyun.
Ceklek
"Seo..."
Dan disanalah pria itu membeku ditempat. Tidak ada tanda tanda wanitanya hadir melainkan hanya sebuah kekosongan yang menyakitinya hingga ke tulang.
Seluruh pakaian, bahkan aksesoris sekalipun, tas, sepatu, semuanya sirna seakan tidak pernah ada orang yang tinggal disana.
"Tuan" Penanggung jawab gedung megah tersebut berdiri di ambang pintu memanggilnya.
"Dimana dia? KATAKAN PADAKU DIMANA DIA?!"
"Maaf, Nona Seohyun dan manajernya tidak mengatakan apapun pada saya selain membawa banyak koper keluar. Jika anda khawatir saya bisa katakan jika tempat ini masih dibawah kepemilikannya, namun yang saya tidak tau adalah kemana dan kapan Nona Seohyun akan kembali"
Bagaikan kiamat, dunia Kyuhyun sudah hancur lebur tak berbentuk mendengar penuturan jika wanitanya pergi tanpa berkata apa apa.
Semua terjadi terlalu cepat hingga dia pun kewalahan menghadapi segala hal yang datang menerpa hidupnya bagaikan kehendaknya untuk bersama Seohyun adalah sebuah kemustahilan.
Apa yang salah pikirnya jika seseorang berjuang demi kebahagiaan orang tersebut. Padahal Kyuhyun telah meminta untuk menunggu sebentar lagi jika memang semuanya akan selesai dengan akhir yang dia inginkan.
Tapi sungguh rencana Tuhan tidak ada yang tau. Hari ini, begitu kabar pertunangannya mencuat ke hadapan publik, mengundang pro kontra yang kebanyakan mendera nya dengan berbagai kata kata tak manusiawi yang jika diumpamakan adalah sebuah pistol dengan peluru tak berbatas menembaknya tanpa henti.
Kyuhyun tidak menghiraukan semua itu. Dia sudah terbiasa, namun kehilangan wanitanya adalah hal tidak biasa yang membuatnya kehilangan arah dalam sekejab.
"Tuan..."
"Tinggalkan aku"
"Nde"
Hati yang awalnya masih sedikit bercahaya, sekarang sudah benar benar kehilangan sumber yang selama ini dapat melindunginya dari kegelapan.
Kosong dan sunyi. Jika awalnya Kyuhyun masih dapat merasakan sakit yang teramat parah, segalanya telah sirna tergantikan oleh kehampaan semata.
Sama seperti malam tak berbintang yang dia lihat dari tepi balkon saat ini. Semuanya sangat sunyi walau keramaian akan selalu menjumpai ketika menunduk ke bawah.
Angin malam yang menerpa kulit pucatnya tak sedikitpun menghalau penglihatannya yang tertuju pada sebuah tunas kecil pada sepetak tanah, tempat Seohyun menanamkan sebuah bibit ketika belajar menyalakan selang air padanya.
Dret! Dret!
"Aku menghubungi karena penasaran saja. Apa kau masih punya cara mengatasi kabar ini?"
"...."
"Dalam sebuah berita, tanda tanya memiliki dua jawaban. Ketika kau tak memberi mereka alternatif pilihan pada akhirnya mereka juga akan takluk ke dalam hal yang tidak kau inginkan. Terlebih mengingat pengaruh dari kedua orang tuamu, kau tidak bisa berkutik jika melawan tanpa persiapan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda
RomanceSegala hal berubah sejak saat itu. Meski hati berteriak akan kerinduan, kenyataan selalu hadir dan menghantam dengan sangat keras. Membuat satu hati tersiksa dan satu hati lagi menyimpan kebencian akan apa yang telah terjadi, meski telah dihadapkan...