"Cut!"
Sesuai perintah itu, seluruh kamera pun mati dan sosok tinggi yang menjadi titik perhatian semua orang segera mendatangi pria tua yang telah mengisi layar kamera bersamanya.
"Kyuhyun-ssi, sungguh menyenangkan bisa berbagi banyak hal denganmu tadi"
"Berkat anda juga saya dapat mengerti sedikitnya mengenai bidang ini. Terima kasih banyak Tuan Park"
"Ini bagian dari promosi, jadi peranmu yang sangat berpengaruh dalam memberi lebih banyak kesan pada publik. Akulah yang sangat berterima kasih"
"Ne, senang bisa membantu"
"Dan juga, kebetulan sekarang waktunya makan siang. Aku ingin mengajakmu makan, kau punya waktu?"
"Sekarang?"
"Ya, tentu saja, kecuali kau sudah punya janji?"
"Saya punya tapi mungkin mereka bisa ikut bergabung jika anda tidak keberatan"
"Bagiku itu justru terdengar seperti ide yang bagus"
"Kyuhyun-ssi" Seorang wanita mendekat. "Boleh aku mengambil foto bersamamu?"
Canggung, begitulah yang Kyuhyun rasakan mengingat telah begitu lama sejak kali terakhir ada orang yang mengajaknya demikian. Meski tetap bekerja layaknya seorang selebriti namun intensitasnya pun juga berkurang banyak perihal fokus yang sekarang sudah bukan berada pada dunia hiburan lagi.
Cekrek!
"Terima kasih banyak, kuharap kau selalu dan semakin sukses" Pesan penggemarnya sebelum berlalu pergi.
"Kau kelihatan kaku saat ada yang mengajakmu berfoto padahal karirmu telah begitu lama"
"Saya hanya ragu, setelah semua yang terjadi rupanya masih ada yang bertahan"
"Kau tau, meski banyak diluar sana yang lebih baru dan hebat nyatanya masyarakat cenderung akan tetap memilih sesuatu yang bagi mereka sudah sangat familiar. Suaramu, penampilanmu, kau telah menemani mereka bertahun tahun hingga membuat siapapun tidak mudah berpaling pada yang lain"
"....."
"Tidak perlu menjadikan perkataanku tadi sebuah beban. Kau bisa melupakannya" Sahutnya penuh nada santai. "Ayo kita pergi"
"Ne"
Tiba pada tempat yang dimaksud, rupanya dari ambang pintu saja hampir semua pasang mata memperhatikan pergerakan pria tinggi dengan perawakan gagahnya, sedang menarik kursi lalu duduk berseberangan dengan seorang pria tua berambut putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda
RomanceSegala hal berubah sejak saat itu. Meski hati berteriak akan kerinduan, kenyataan selalu hadir dan menghantam dengan sangat keras. Membuat satu hati tersiksa dan satu hati lagi menyimpan kebencian akan apa yang telah terjadi, meski telah dihadapkan...