13

1.7K 158 46
                                    

"Ini. Minumlah" Leena memberikannya segelas air.

"Terima kasih"

"Jadi apa saja yang kalian lakukan di tempat syuting? Jangan bilang kerjanya hanya mengajakmu ke tempat sepi dan kalian mulai... begitu"

"...."

"Yak, jadi aku benar?"

"Ti, tidak. Kami..."

"Jujur padaku"

"Ne?"

"Apa saat masih menjalin hubungan kalian selalu melakukannya? Maksudku, tadi kau bilang kalian bersama selama dua tahun, dan apa selama dua tahun itu juga kalian..."

"Tidak, hanya..." Seohyun menggigit bibir bawahnya. "Kadang kadang"

"Kalian tinggal bersama bukan? Aku jadi curiga dengan jawabanmu"

"Leena, kupikir... lebih baik jangan membahas ini"

"Sebentar!" Suaranya meninggi. "Apa jangan jangan kalian menandai setiap sudut tempat ini dengan... kegiatan tidak masuk akal kalian?"

"...."

"Seohyun-ah! Kau apa apaan?"

"Ti, tidak. Maksudku, kami... bisa tolong jangan membahasnya?"

"Kau malu? Memang sudah seharusnya begitu"

"Leena, aku... ka, kami..."

Perkataan terbata dan menggantungnya dapat dengan mudah diartikan Leena yang mengarahkan telunjuk pada sebuah objek dibawah mereka.

"Bahkan sofa yang kita duduki sekarang?"

Seohyun menunduk dan mengulum bibirnya. Dia terlihat ragu dan tidak nyaman untuk menjawab.

"Kuanggap itu Iya. Lalu seluruh meja ditempat ini?"

Wanita cantik itu menganggukkan kepalanya pelan.

"Heol" Leena menggelengkan kepala. "Kalian luar biasa. Tapi mungkin jika lantai ini, kemudian bagian di depan jendela itu termasuk maka kalian sungguh..."

Seohyun menunjukkan raut wajah yang membuat mulut Leena kemudian menganga.

"Yak, lantai ini dingin, walau menggunakan karpet pun tetap saja suhunya tidak berubah tapi kalian tetap..."

"Maaf"

"Lalu bagaimana dengan di depan kaca itu?! Maksudku, semua orang bisa melihatnya dari luar kemudian..."

"Aku juga kurang suka tapi..."

"Ya Tuhan" Leena memijit pelipisnya. "Sekarang aku mengerti kenapa kalian tidak bisa lepas satu sama lain. Kalian berdua sama sama gila"

Seohyun dirambati oleh pemikiran lain yang membuatnya jadi kalut hingga tidak menyadari jika Leena masih tetap pada keingintahuannya yang begitu keras.

"Leena, aku..."

"Kau yakin alasan pria itu tidak ingin melepasmu bukan karena tubuhmu?"

"Ne?"

"Entah salah satu diantara kalian atau malah kalian berdua adalah hypersex yang kepuasannya hanya bisa dicapai olehmu atau oleh si brengsek itu"

"Leena, bukan begitu. Kami melakukannya pun juga awalnya tidak sengaja"

"Tidak sengaja, tapi justru setelah itu kalian terus melakukannya layaknya rutinitas. Ya Tuhan, aku masih tidak bisa mempercayai semua ini"

"Maaf..."

TacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang