"JANGAN DATANG!" Teriak Leena yang baru menjatuhkan tubuh ke atas sofa.
"Menurutmu begitu?"
"TENTU SAJA! PENYIHIR JAHAT ITU HANYA AKAN MENEBASMU DENGAN MULUT SAMPAHNYA!"
"Tolong... pelankan suaramu"
Leena bersedekap. "Aku curiga Miyeon sudah tau jadi dia memancingmu datang ke acara itu sebagai kaki tangannya"
"Tidak, Miyeon tidak tau apapun, jangan menyalahkannya"
"Jika tidak lalu kenapa? Selugu lugunya seseorang bisa saja dia merencanakan sesuatu dan kita tidak akan pernah tau apa itu"
"Dia bukan orang seperti itu"
"Seseorang yang sedang terpojok bisa berubah menjadi mengerikan disaat yang sama. Menurutmu apa yang akan terjadi jika seorang penjahat yang malah terpojok? Membunuh? Menembak? Aku tidak heran jika penyihir jahat itu bisa melakukan apapun"
"Leena"
"Jawabanku tetap tidak. Seandainya kau tidak punya jadwal selama satu bulan ke depan pun. aku tetap tidak akan memperbolehkanmu mendatangi tempat itu"
"Tapi Miyeon bilang dia mengharapkanku ada disana, aku tidak nyaman jika aku sebenarnya bisa tapi malah memilih tidak datang"
"Seohyun! Simpan kebaikanmu untuk dirimu sendiri. Aku tidak mau kau terluka lagi"
"Aku..."
"Tolong dengarkan nasehatku, entah keluarganya atau orang orang yang berhubungan dengan keluarganya, aku tetap tidak menyukai mereka"
Seohyun tertunduk membenarkan penuturan manajernya. Memang Leena sedikitpun tidak salah, hanya dirinya saja yang terlampau selalu merasa berbeda setiap kali menyangkut kehendak orang lain.
Sudah terbiasa, itulah masalahnya.
Mengesampingkan perasaannya sendiri demi orang lain seperti sebuah keharusan yang seringkali mendatangkan rasa sakit baginya.
Hatinya sudah sangat rapuh sejak perpisahan dengan prianya, dan penderitaan yang dialaminya setelah itu seperti tak henti menerpa dan kian bertambah seiring waktu.
Ting Tong!
"Tunggu sebentar" Leena mendatangi pengantar paket di depan pintu.
Dret! Dret!
Lee MiYeon : "Tolong jangan sungkan untuk datang nanti. Aku sudah memberi tahu Bibi Elena jika aku mengajak seorang selebriti ke acaranya. Walau dia juga mengundang beberapa selebriti lain tapi kubilang jika yang kuundang ini adalah temanku(?) Kuharap kau juga menganggapku sama :)"
Lee MiYeon : "Ibuku titip salam untukmu, dia juga minta maaf jika saat pertama bertemu denganmu dia terlihat aneh dan melamun. Kupikir itu karena dia kaget bertemu idolanya langsung, mohon dimaklumi saja ya. Selamat malam Seohyun-ssi"
Seohyun membaca kata demi kata itu dengan rasa gundah yang makin menjadi.
Otaknya tak henti bertanya pada diri sendiri apakah benar yang dilakukannya sekarang atau tidak.
"Apa yang harus kulakukan?"
Menolak seperti yang dikatakan Leena agak sedikit melawan hatinya. Namun jika tidak dilawan justru kuantitas sedikit itu akan bertambah berkali kali lipat menjadi hal yang akan menusuknya.
Seohyun pada akhirnya menghentakkan punggungnya pada sofa sebelum berlabuh dalam lamunan.
"Tck, mereka tidak mengenal malam dan terus mengirimkan sesuatu" Gerutu Leena yang meletakkan kotak di atas meja. "Sepertinya ini dari penggemarmu, aku tidak sempat bertanya karena pengantarnya langsung pergi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda
RomanceSegala hal berubah sejak saat itu. Meski hati berteriak akan kerinduan, kenyataan selalu hadir dan menghantam dengan sangat keras. Membuat satu hati tersiksa dan satu hati lagi menyimpan kebencian akan apa yang telah terjadi, meski telah dihadapkan...