5

2K 179 51
                                    

Keempat kaki itu pada akhirnya berhenti setelah melangkah selama beberapa menit. Dia berdiam diri sementara sang tuan bergerak turun dari atas tubuhnya.

"Kau sungguh akan membantuku turun?" MiYeon mengerutkan kening ketika menyadari isyarat dari pria tampan tersebut.

"Memangnya kau bisa turun sendiri?"

"Kupikir tidak"

"Kalau begitu jika kubiarkan kau mungkin akan mencederai Grey. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi"

"Aku akan hati hati"

"Ya sudah. Cepatlah"

"Maksudku berkata begitu bukan berarti aku menolak bantuanmu. Jaraknya sangat tinggi"

Kyuhyun berdecak kesal. "Katakan lebih awal agar tidak membuang waktu"

"Tanggapanmu yang membuatku begitu"

"Cepat...!"

"Memangnya ini balapan, santailah sedikit. Kau akan cepat tua jika selalu marah"

Kyuhyun memegangi kedua tangan itu setengah terpaksa. Dan ketika kaki itu akan beranjak turun, hal yang sama terjadi untuk kedua kalinya.

"Yak!"

"Ah...!"

BRUK!

Kali ini dia sungguh berakhir menghadap tanah. Namun yang membedakan adalah adanya tubuh sekuat baja yang menjadi bantalan saat dirinya terjatuh, sekaligus kedua lengan yang reflek memeluknya kuat.

MiYeon lagi lagi membulatkan mata. Wajah tampan itu kian dekat hingga nafas mereka berbaur satu sama lain.

"Menyingkir dariku sebelum aku mendorongmu" Sinisnya dengan wajah dingin.

"Maaf. Aku tidak sengaja" MiYeon segera beranjak dari tubuh kekar tersebut. "Mungkin untuk lain kali aku akan menyewa pelatih saja jadi kau tidak perlu susah payah mengajariku lagi"

"Sayang! Ya ampun!" Elena yang baru datang nampak kaget melihat putranya terdampar di tanah.

Kyuhyun lantas bangun dan melangkah acuh tatkala langkah ibunya diikuti oleh dua pria.

"MiYeon-ah"

"Appa"

"Apa yang terjadi?"

"Tadi Kyuhyun membantuku turun tapi kakiku malah tersandung lagi dan... kami terjatuh. Aku sangat ceroboh"

"Tunggu sebentar" Elena menahan lengannya. "Kau baik baik saja? Apa yang terjadi? Ada yang terluka? Biar eomma lihat waj..."

Kyuhyun menurunkan kedua tangan Elena dari wajahnya. "Aku ingin cuci muka sebentar. Aku tidak apa apa"

"Benarkah? Syukurlah. Kalau begitu eomma akan tema..."

"Aku bisa mengurus diriku sendiri. Berhenti memperlakukanku seperti anak anak"

"Tapi..."

"Aku akan sangat marah jika eomma terus memaksa"

"Ya sudah..." Elena pun mengalah pada putra kesayangannya. "Segera temui kami begitu selesai. Kita akan makan malam bersama Presdir Lee dan juga MiYeon"

*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*

Bentangan kawasan penuh rumput hijau serta pohon rindang seluas mata memandang, membawa banyak ketenangan bagi hatinya yang meronta pilu.

Langkah demi langkah dilewati tanpa halangan demi dapat menikmati sepoi angin yang menerpa lekukan tubuh indah bagaikan karya seni tak bernilai tersebut.

TacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang