Hari Bersejarah

13.1K 661 25
                                    

up

Kebimbangan telah berkecamuk di otak bian saat ini , masuk atau tidak. dia tau siapa orang yang berada didalam. mengingat bayangan masa lalu selalu membuat dirinya marah dan tidak trima. sangat sulit untuk berdamai dengan masa lalu.

"papa anin ngantuk!". ujarnya diikuti mulut yang terbuka matanya sedikit memerah. pastilah anin mengantuk karna semalam hanya tidur tidak sampai 5 jam.

Bian harus mengalah saat ini. pria itu melangkah memasuki rumahnya . ia langsung di sambut dengan pria yang tak pernah akur dengan dirinya.

"opaaaaa!". seru anin sumpringah. habib yang sedang duduk di ruang tamu sembari memainkan ponselnya menoleh lalu tersenyum pada cucu kesayanganya.

"rindu opa?"..

anin mengangguk semangat lalu menoleh kearah bian.

"papa mau tulun. mau sama opa!" pinta anin langsung mendapati pelototan tajam dari bian.

"engga. anin sama papa!". tekan bian membuat anin menunduk takut.

lagi-lagi pemandangan semacam itu yang habib lihat setelah kepergian anaknya. ia kira anaknya telah berubah. bukanya apa ia sangat sayang cucunya. menyerahan anin kepada bian sama saja membunuhnya secara perlahan.

"duduk dulu ayah ingin bicara!".

bian berdecih menatap habib. rasa marah dan sakit hati mendominasi.

"ayah?.. bukanya aku sudah bukan anakmu lagi?. kau mengusirku dengan keadaan anin berteriak aku orang jahat.".. bian mencibir , menyidir kelakuan ayahnya saat itu.

"anakmu?. kamu sendiri yang mengatakan anin bukan anakmu. jangan salahkan ayah bian..". balas habib tak mau kalah

"anin anakku selamanya anakku. tidak ada yang bisa mengambilnya dariku!". Emosi bian sedikit tersulut mendegar kalimat haram itu.

habib terkekeh mengejek.
"duduk dulu . ada ada hal penting yang ini ayah bicarakan.!". habib menepuk sofa di sampingnya

bian bimbang. bola matanya bergerak cepat. perasaanya tidak enak.

"cepat sedikit. ayah tau kamu orang super sibuk!". ucap habib menyindir lagi.

biab mengendus dengan langkah pelan bian duduk di sebrang sembari memangku anin. rengkuhanya begitu erat bahkan anin merasa sedikit menahan sakit.

habib tersenyum tipis karna bian memilih duduk di sebrang dan tak mau duduk di sebelahnya. okelah tak apa.

"jangan terlalu erat memeluknya.. cucuku bisa mati!". pringat habib melihat raut muka anin yang terkihat menahat sakit

bian terkejut lalu menduduk melihat anin.
"sakit?". tanya bian. anin menganguk. ia balikkan anin agar mengarah padanya.
"peluk papa katanya ngantuk!".. suruh buan.

"pengen sama opa!" anin sedikit memohon

"sama papa aja. tadi udah janji!".bian mencoba bersabar dengan nada bicara yang ia pertahankan agar tetap halus.

"iya.!"

anin menurut walau hatinya menolak. kepalanya menempel di dada bian. anin tak memejamkan mata gadis kecil itu tau jika opa dan papanya sedang bertengkar.

"apa?". tuntut bian meminta penjelasan.

"langsung saja. ayah ingin mengambil anin!".

"NGGAKKK!".. bentak bian spontan amarahnya meluap-luap hingga tubuhnya bergetar hebat rengkuhannya pun semakin erat memeluk anaknya. begitu pula dengan anin gadis itu tak mau jauh dari bian.

Bad Daddy (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang