16. Pembahasan Berat

663 78 4
                                    

Kini Kim dan Heejin sudah berada didalam taksi. Mereka pergi menuju Kediaman Jung. Sedari tadi tidak ada yang membuka suara, baik Kim maupun Heejin.

"Pak nanti stopnya didepan rumah warna gold.." Kata Kim.

"Iya mba.." Kata Sopir taksi tersebut.

Setelah sampai, Kim dan Heejin akhirnya turun. Mereka masuk kedalam rumah dan disambut oleh kedua orang tua mereka, Jung Jaehyun dan Kim Jiho.

"Heejin!" Seru Jaehyun kala melihat Heejin. Ia segera memeluk Heejin. Ia bahagia karena Heejin selamat dari Tsunami Banten.

"Aku kangen papa.." Kata Heejin.

Kim menghela nafas dan mendekat kearah Jiho.

"Pasti anak mama ini capek.. Ayo istirahat.. Mama sudah siapkan air hangat.." Kata Jiho mengusap kepala Kim.

Mendengar suara Jiho, Jaehyun menoleh kearah Kim. Ia lupa jika putrinya yang satu lagi juga baru pulang.

"Kim, sini peluk papa.." Kata Jaehyun merentangkan tangan.

"Peluk aja tuh Heejin.. Dia kan anak papa.." Kata Kim lalu naik keatas.

Jaehyun mengernyit. Ada apa dengan Kim? Tidak biasanya dia seperti itu.

"Kamu abis berantem sama Kim?" Tanya Jaehyun ke Heejin.

"Ada sedikit masalah kecil sih pa.. Tapi ngga papa kok.." Kata Heejin.

"Ayo Heejin.. Mama tunjukkin kamar kamu.." Kata Jiho mengajak Heejin.

Jaehyun berjalan ke kamar Kim. Ia melihat putrinya itu sedang memindahkan pakaian nya ke lemari.

Jaehyun perlahan masuk dan duduk disebelah Kim.

"Kim kenapa?" Tanya Jaehyun.

"Nggak papa" Sahut Kim.

"Papa tau, kamu berantem ya sama Heejin?" Tanya Jaehyun.

"Nggak tuh.." Kata Kim masih cuek.

Jaehyun tersenyum dan memeluk putrinya dari belakang. Sudah lama ia tidak seperti ini dengan Kim. Putrinya itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya di Rumah sakit.

"Denger papa, Kim.. Sekarang Heejin udah ngga punya siapa-siapa lagi selain kita.. Bunda dan Ayah kandungnya sudah meninggal.. Kita lah satu-satunya keluarga dia.." Kata Jaehyun.

"Tapi Heejin nyebelin Pa! Dia ternyata masih suka sama Hyunjin! Hyunjin itu pacar aku!" Kata Kim.

"Heh? Kamu ketemu Hyunjin?" Kata Jaehyun.

Kim menghela nafas dan mengangguk.

"Terus sekarang jadian?" Kata Jaehyun menggoda Kim

"Udah ah aku capek.." Kata Kim melanjutkan pekerjaan nya yang tertunda.

"Gimana? Makin ganteng nggak?" Tanya Jaehyun.

"Ih papa kok nyebelin!" Kata Kim mulai kesal.

"Hehe papa becanda kok.." Kata Jaehyun mengusap kepala Kim.

"Kerja apa dia sekarang?"

"Tentara.." Jawab Kim.

"Oh ya? Perwira atau Bintara?" Tanya Jaehyun.

"Perwira.." Kata Kim.

"Pangkatnya?" Tanya Jaehyun lagi.

"Kapten.." Kata Kim.

"Wahh hebat ya Hyunjin.. Salut papa.. Dulu waktu SMA dia kerja di minimarket.. Mandiri sejak remaja dia itu.." Kata Jaehyun.

"Calon mantunya Papa itu.." Kata Kim.

"Eh iya, Papa mau bahas perjodohan kamu sama Jeno.." Kata Jaehyun.

"Kan udah aku bilang berapa kali kalo aku ngga suka Jeno.." Kata Kim.

"Kenapa ngga suka? Jeno ganteng gitu.. Eh iya, sekarang kan udah ada Pak Kapten.." Goda Jaehyun.

"Papaaaaaa!!!"

"Papa, jangan godain Kim terus.." Tegur Jiho dari dapur.

"Umurmu berapa sekarang?" Tanya Jaehyun dengan wajah serius.

"24" Kata Kim.

"Papa harap Hyunjin segera ngelamar kamu, Kim.. Umur kamu udah cukup untuk berumah tangga.." Kata Jaehyun.

"Kami pacaran aja belom ada sebulan, Pa.." Kata Kim

"Papa harap di umur kamu yang ke 25, kamu udah nikah Kim.." Kata Jaehyun.

"Insya Allah.." Kata Kim.

"Sementara kamu berhubungan dengan Hyunjin, perjodohan kamu dengan Jeno masih tetap berjalan.." Kata Jaehyun.

"Kok gitu?!" Kata Kim Sewot.

"Bukannya itu win-win solution?" Kata Jaehyun.

Kim memijit kepalanya. Papanya itu masih tetap bersikeras untuk menjodohkannya dengan Jeno. Padahal Jeno sudah ada Siyeon.

"Papa tinggal dulu.. Jangan tidur kemaleman.. Have a nice dream!" Kata Jaehyun mencium kening Kim lalu keluar kamar.

Kim menghela nafas. Semoga saja Hyunjin kali ini serius berhubungan dengannya. Jika perjodohan ini berlanjut ke pelaminan, akan ada dua orang yang tersakiti, yaitu Siyeon dan Hyunjin. Tapi bukan cuma mereka, Kim dan Jeno pasti merasakan hal yang sama.

🌈

"Udah pulang kamu?" Kata Taeyong melihat Jeno masuk kedalam rumah.

Dengan cepat, ia menghampiri Taeyong dan membanting koper yang ada ditangannya. Berhari-hari Jeno menahan amarahnya pada Papanya. Bagaimana bisa Papanya itu memisahkan nya dengan Siyeon lebih dari 5 tahun.

"Maksud Papa Apa?!" Kata Jeno dengan amarah yang meledak-ledak.

"Kamu kenapa Jeno?" Tanya Jisoo membawakan secangkir kopi untuk Taeyong.

"Papa kenapa tega sama aku! Papa pisahin aku sama Siyeon! Aku udah inget semuanya!" Kata Jeno.

"Jadi kamu sudah bertemu dengan anak dari seorang jalang itu?" Kata Taeyong.

"Stop Papa sebut Siyeon seperti itu! Siyeon itu anak baik-baik Pa!" Kata Jeno.

"Kamu lupa dia itu siapa? Dia itu anak dari Wanita yang hampir merebut Papa kamu! Dia itu anaknya Mimi!" Kata Jisoo.

"Itu semua kan salah Tante Mimi, bukan Siyeon ma! Lagian Tante Mimi udah meninggal! Jangan sebut lagi kesalahan nya!" Kata Jeno.

"Terserah kamu Jeno! Terserah! Yang jelas kamu akan tetap menikah dengan Kim Hyunjin! Papa sudah sepakat dengan Om Jaehyun" Kata Taeyong

"Papa! Ngga bisa apa Papa sama Mama Terima Siyeon sebagai menantu? Siyeon itu perempuan baik-baik pa.. Demi Tuhan aku yakin itu!" Kata Jeno.

"Kami tidak akan menerima menantu yang merupakan anak dari seorang Jalang!" Kata Jisoo.

"Masuk kamar, Jeno!" Kata Taeyong.

Jeno benar-benar lelah. Ia benar-benar kesal menghadapi kedua orang tuanya.

"Pa.." Lirih Jeno.

"Masuk!" Kata Taeyong.

Jeno berjalan gontai masuk kedalam kamarnya. Taeyong mengusap kasar wajahnya.

"Ayo duduk, pa.." Kata Jisoo menenangkan Taeyong. Taeyong menghela nafas dan akhirnya ikut duduk.

"Pa, Jeno ngga akan papa restui dengan Siyeon kan?" Tanya Jisoo. Dengan mata yang menyalang, Taeyong menjawab,

"Tidak akan pernah"

[2] When The Heart Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang